Penebal Iman Jamily
Dalam khasanah setlist , Pearl Jam mempunyai pola 18 lagu di mainset , dan puluhan di encore yang dibagi dua sesi. Usai encore pertama, bi...
https://www.helmantaofani.com/2013/01/penebal-iman-jamily.html
Dalam khasanah setlist, Pearl Jam mempunyai pola 18 lagu di mainset, dan puluhan di encore yang dibagi dua sesi. Usai encore pertama, biasanya ada sesi Eddie Vedder yang membawakan lagu secara solo (dikenal dengan Ed's Encore). Vedder banyak membawakan material cover pada sesi ini, yang mengenalkan kita ke Don't Be Shy, Throw Your Arms, dan lagu lain yang menginspirasinya.
Yang unik, dalam gelaran Seattle Rock di Kafe Pisa Menteng, Selasa (29/1) lalu, band cover Pearl Jam, Perfect Ten, juga mempunyai sesi semacam itu. Bukan setelah encore pertama, tapi usai dua lagu perdana!
Set unik ini muncul setelah kecelakaan minor usai "Present Tense" dan "Go" yang mengawali set. Hasley, vokalis Perfect Ten, lantaran terbawa mood upbeat lagu, menjatuhkan diri tepat di atas pedal box Arie, gitarisnya. Set gitar mati dan butuh lumayan waktu untuk memperbaiki. Ini bahaya bagi mood audiens setelah sebelum konser juga ada kendala teknis di ampli yang lumayan lama.
Momen ini yang diambil Hasley untuk menyuguhkan Ed's Encore ala Perfect Ten. Mengambil gitar Didit, ia membuka (seperti halnya Vedder) dengan "You've Got to Hide Your Love Away". Efektif untuk men-distract atensi audiens dari hiruk-pikuk panggung yang coba memerbaiki setelan gitar Arie. Satu lagu belum cukup memperbaiki situasi, Hasley menambahnya dengan "Indifference" dan "Lukin" sampai terdengar bunyi lagi dari gitar Arie untuk masuk lagi ke dalam set reguler. Kali ini diawali (lagi) dengan "Even Flow", berlanjut (in no particular order) "Dissident" dan "Do the Evolution".
Usai Hasley, ada Deddot yang kebagian set. Sepanjang "pengamatan" saya terhadap Perfect Ten, Deddot biasanya mendapat jatah lagu-lagu yang agak rarity. Demikian "Breath" dan "Hard to Imagine" mengalun di set Deddot, mengiringi sejumlah hits yang dinanti (mixed) audiens: "Black", "Given to Fly", dan "Betterman". Pada momen ini, Nito yang sekarang menggawangi NXCS kembali bermain gitar - reuni dengan eks band-nya. Perfect Ten juga mengemulasi line up Pearl Jam dengan memperkenalkan "Boom Gaspar" mereka, pemain kibor yang meramaikan band nan ramai ini.
Audiens yang datang cukup heterogen. Artinya tidak terlalu didominasi komunitas Pearl Jam Indonesia seperti biasanya, tapi banyak juga yang menikmati dari seat mereka lantaran "mosh pit" lumayan kecil, dan tidak terlalu ramai di sana. Banyak juga audiens yang datang dari komunitas grunge. Buktinya, sambutan naik kala hits material (terutama dari album pertama) dibawakan. Berulang kali juga request terhadap Once, Alive, dan kawan-kawannya disahut.
Usai set Deddot, Perfect Ten kembali dengan Hasley dan guest vocalist, Amank Syamsu. Set kembali ke repertoir tinggi dengan dua lagu pilihan Amank ("Jeremy" dan "Animal"). "Unthought Known" juga dibawakan Hasley, dipersembahkan ke Rio Domara yang dulu bersama Sonic Wood (band Nito dan Made, bassis Perfect Ten) acap bawakan lagu penuh makna positivisme ini.
Dengan jumlah anggota band yang ramai, Perfect Ten memang dikenal sering berganti personil dalam set mereka. Irsya bergantian dengan Ekky dan Ino di drum. Made yang dulu menabuh perkusi kini mengambil bass, berseling Ino. Didit juga beberapa kali menyerahkan enam senar kepada Nito, ritual yang tampak standar meski kini status eks gitaris Alv itu sebagai bintang tamu.
Dan Perfect Ten juga tak pernah sepi dari pemain tamu. Selain Amank Syamsu, Olitz, gitaris Alien Sick, juga naik panggung membawakan beberapa lagu. Di antaranya adalah "Alive" yang dinanti banyak penonton, dan juga versi extended menarik "Daughter". Lagu dari album Versus (1993) itu memang lekat dengan improvisasi jelang coda-nya, tapi Perfect Ten featuring Olitz memasukkan banyak kejutan di dalamnya. Diawali dengan riff "Voodoo Child" dari Jimi Hendrix, tag berlanjut dengan "WMA" dan "Another Brick in the Wall (Pt 02)". Di ujung kafe, komunitas Classic Rock yang menyambangi Pisa bungah lantaran familiar dengan chant "The Wall".
Pearl Jam adalah band yang "cock rock" menurut Kurt Cobain, dan saya bersyukur karena hal itu mengenalkan saya ke sejumlah legenda klasik macam Pink Floyd, dan tentunya The Who. Nito kembali ke panggung, didapuk sebagai "spesialis Baba", mengantar ke intro "Baba O'Riley". Ini tentu menambah sumringah bapak-bapak Classic Rock di pojokan kafe dan juga audiens bibir panggung yang menyambut meriah. Koor "...teenage wasteland" membahana, dan mungkin membuat heran mereka yang tidak terlalu mengenal Pearl Jam.
Bagaimana anak-anak yang besar di tahun 1990-an ini mengenal sejumlah elemen classic rock dua dekade sebelumnya? Inilah hebatnya band asal Seattle ini dalam mengenalkan inspirasi mereka ke penggemar. Mereka tak pernah berkeberatan membawakan lagu cover semenjak usia band yang belia. Dalam sejarahnya, band Seattle memang tidak alergi membawakan lagu orang. Nirvana melejit lewat "Love Buzz" yang lagu cover. Entitas proto-grunge Green River juga merekam "Ain't Nothing to Do". Soundgarden menambahkan "Fopp", "Swallow My Pride" dan sejumlah lagu cover lain. Pearl Jam pun tak luput.
Perfect Ten sebagai sekumpulan penggemar Pearl Jam tentu juga paham bahwa sejumlah lagu cover mulai menjelma jadi lagu Vedder cs. Selain Baba, "Leaving Here" juga sempat dibawakan oleh Arie dkk, selain tentunya Hide Your Love Away di sesi improv awal set.
Sesuai janji yang diucapkannya pada wawancara radio akhir pekan lalu, Perfect Ten memanggungkan lebih dari 20 lagu. Set finale diakhiri dengan Porch, yang biasanya memang memungkasi mainset konser Pearl Jam. Moshpit kembali ke khittahnya, meski telat, dengan slam dance dan mengangkat Hasley crowd surf untuk memungkasi acara Seattle Rock edisi perdana.
Melihat Perfect Ten dengan sifat perfeksionisnya memberi tribut, bagi saya memang menjadi remedi menanti Vedder cs sesungguhnya. Banyak aspek dari Pearl Jam yang terwakili dari aksi panggung Perfect Ten semenjak awal mereka muncul. Karena, seperti yang dikatakan personil band ini, seluruh anggotanya adalah penggemar Pearl Jam yang pada dasarnya memainkan musik untuk penggemar dan menyebarkan virus ini ke non penggemar.
Perfect Ten kembali menebalkan keimanan penggemar terhadap Pearl Jam di tengah vakumnya album baru dan konser yang tak kunjung datang.
Set Perfect Ten (in no order)
Present Tense
Go
You've Got to Hide Your Love Away
Indifference
Lukin
Even Flow
Dissident
Do the Evolution
Breath
Given to Fly
Yellow Ledbetter (with Nito NXCS)
Black (with Nito NXCS)
Hard to Imagine
Betterman
Leaving Here
Jeremy (with Amank OMNI)
Animal (with Amank OMNI)
Unthought Known (dedicated to Ryo Domara)
Daughter/Voodoo Child/WMA/The Wall Pt 2 (with Olitz ALIEN SICK)
Alive (with Olitz ALIEN SICK)
Rearview Mirror
I Got Shit
Baba O'Riley (with Nito NXCS)
Porch
Follow Perfect Ten di akun twitter @Perfect10Band
Foto courtesy of Niken.
Yang unik, dalam gelaran Seattle Rock di Kafe Pisa Menteng, Selasa (29/1) lalu, band cover Pearl Jam, Perfect Ten, juga mempunyai sesi semacam itu. Bukan setelah encore pertama, tapi usai dua lagu perdana!
Set unik ini muncul setelah kecelakaan minor usai "Present Tense" dan "Go" yang mengawali set. Hasley, vokalis Perfect Ten, lantaran terbawa mood upbeat lagu, menjatuhkan diri tepat di atas pedal box Arie, gitarisnya. Set gitar mati dan butuh lumayan waktu untuk memperbaiki. Ini bahaya bagi mood audiens setelah sebelum konser juga ada kendala teknis di ampli yang lumayan lama.
Momen ini yang diambil Hasley untuk menyuguhkan Ed's Encore ala Perfect Ten. Mengambil gitar Didit, ia membuka (seperti halnya Vedder) dengan "You've Got to Hide Your Love Away". Efektif untuk men-distract atensi audiens dari hiruk-pikuk panggung yang coba memerbaiki setelan gitar Arie. Satu lagu belum cukup memperbaiki situasi, Hasley menambahnya dengan "Indifference" dan "Lukin" sampai terdengar bunyi lagi dari gitar Arie untuk masuk lagi ke dalam set reguler. Kali ini diawali (lagi) dengan "Even Flow", berlanjut (in no particular order) "Dissident" dan "Do the Evolution".
Usai Hasley, ada Deddot yang kebagian set. Sepanjang "pengamatan" saya terhadap Perfect Ten, Deddot biasanya mendapat jatah lagu-lagu yang agak rarity. Demikian "Breath" dan "Hard to Imagine" mengalun di set Deddot, mengiringi sejumlah hits yang dinanti (mixed) audiens: "Black", "Given to Fly", dan "Betterman". Pada momen ini, Nito yang sekarang menggawangi NXCS kembali bermain gitar - reuni dengan eks band-nya. Perfect Ten juga mengemulasi line up Pearl Jam dengan memperkenalkan "Boom Gaspar" mereka, pemain kibor yang meramaikan band nan ramai ini.
Audiens yang datang cukup heterogen. Artinya tidak terlalu didominasi komunitas Pearl Jam Indonesia seperti biasanya, tapi banyak juga yang menikmati dari seat mereka lantaran "mosh pit" lumayan kecil, dan tidak terlalu ramai di sana. Banyak juga audiens yang datang dari komunitas grunge. Buktinya, sambutan naik kala hits material (terutama dari album pertama) dibawakan. Berulang kali juga request terhadap Once, Alive, dan kawan-kawannya disahut.
Usai set Deddot, Perfect Ten kembali dengan Hasley dan guest vocalist, Amank Syamsu. Set kembali ke repertoir tinggi dengan dua lagu pilihan Amank ("Jeremy" dan "Animal"). "Unthought Known" juga dibawakan Hasley, dipersembahkan ke Rio Domara yang dulu bersama Sonic Wood (band Nito dan Made, bassis Perfect Ten) acap bawakan lagu penuh makna positivisme ini.
Dengan jumlah anggota band yang ramai, Perfect Ten memang dikenal sering berganti personil dalam set mereka. Irsya bergantian dengan Ekky dan Ino di drum. Made yang dulu menabuh perkusi kini mengambil bass, berseling Ino. Didit juga beberapa kali menyerahkan enam senar kepada Nito, ritual yang tampak standar meski kini status eks gitaris Alv itu sebagai bintang tamu.
Dan Perfect Ten juga tak pernah sepi dari pemain tamu. Selain Amank Syamsu, Olitz, gitaris Alien Sick, juga naik panggung membawakan beberapa lagu. Di antaranya adalah "Alive" yang dinanti banyak penonton, dan juga versi extended menarik "Daughter". Lagu dari album Versus (1993) itu memang lekat dengan improvisasi jelang coda-nya, tapi Perfect Ten featuring Olitz memasukkan banyak kejutan di dalamnya. Diawali dengan riff "Voodoo Child" dari Jimi Hendrix, tag berlanjut dengan "WMA" dan "Another Brick in the Wall (Pt 02)". Di ujung kafe, komunitas Classic Rock yang menyambangi Pisa bungah lantaran familiar dengan chant "The Wall".
Pearl Jam adalah band yang "cock rock" menurut Kurt Cobain, dan saya bersyukur karena hal itu mengenalkan saya ke sejumlah legenda klasik macam Pink Floyd, dan tentunya The Who. Nito kembali ke panggung, didapuk sebagai "spesialis Baba", mengantar ke intro "Baba O'Riley". Ini tentu menambah sumringah bapak-bapak Classic Rock di pojokan kafe dan juga audiens bibir panggung yang menyambut meriah. Koor "...teenage wasteland" membahana, dan mungkin membuat heran mereka yang tidak terlalu mengenal Pearl Jam.
Bagaimana anak-anak yang besar di tahun 1990-an ini mengenal sejumlah elemen classic rock dua dekade sebelumnya? Inilah hebatnya band asal Seattle ini dalam mengenalkan inspirasi mereka ke penggemar. Mereka tak pernah berkeberatan membawakan lagu cover semenjak usia band yang belia. Dalam sejarahnya, band Seattle memang tidak alergi membawakan lagu orang. Nirvana melejit lewat "Love Buzz" yang lagu cover. Entitas proto-grunge Green River juga merekam "Ain't Nothing to Do". Soundgarden menambahkan "Fopp", "Swallow My Pride" dan sejumlah lagu cover lain. Pearl Jam pun tak luput.
Perfect Ten sebagai sekumpulan penggemar Pearl Jam tentu juga paham bahwa sejumlah lagu cover mulai menjelma jadi lagu Vedder cs. Selain Baba, "Leaving Here" juga sempat dibawakan oleh Arie dkk, selain tentunya Hide Your Love Away di sesi improv awal set.
Sesuai janji yang diucapkannya pada wawancara radio akhir pekan lalu, Perfect Ten memanggungkan lebih dari 20 lagu. Set finale diakhiri dengan Porch, yang biasanya memang memungkasi mainset konser Pearl Jam. Moshpit kembali ke khittahnya, meski telat, dengan slam dance dan mengangkat Hasley crowd surf untuk memungkasi acara Seattle Rock edisi perdana.
Melihat Perfect Ten dengan sifat perfeksionisnya memberi tribut, bagi saya memang menjadi remedi menanti Vedder cs sesungguhnya. Banyak aspek dari Pearl Jam yang terwakili dari aksi panggung Perfect Ten semenjak awal mereka muncul. Karena, seperti yang dikatakan personil band ini, seluruh anggotanya adalah penggemar Pearl Jam yang pada dasarnya memainkan musik untuk penggemar dan menyebarkan virus ini ke non penggemar.
Perfect Ten kembali menebalkan keimanan penggemar terhadap Pearl Jam di tengah vakumnya album baru dan konser yang tak kunjung datang.
Set Perfect Ten (in no order)
Present Tense
Go
You've Got to Hide Your Love Away
Indifference
Lukin
Even Flow
Dissident
Do the Evolution
Breath
Given to Fly
Yellow Ledbetter (with Nito NXCS)
Black (with Nito NXCS)
Hard to Imagine
Betterman
Leaving Here
Jeremy (with Amank OMNI)
Animal (with Amank OMNI)
Unthought Known (dedicated to Ryo Domara)
Daughter/Voodoo Child/WMA/The Wall Pt 2 (with Olitz ALIEN SICK)
Alive (with Olitz ALIEN SICK)
Rearview Mirror
I Got Shit
Baba O'Riley (with Nito NXCS)
Porch
Follow Perfect Ten di akun twitter @Perfect10Band
Foto courtesy of Niken.
Posting Komentar