A Shine New (Architectural) Era
Buku ini mengupas tentang opini dari para master-arsitek tentang kemungkinan atau state of the "arch" di abad ke-21. Pada da...
https://www.helmantaofani.com/2006/02/shine-new-architectural-era.html?m=0
Buku ini mengupas tentang opini dari para master-arsitek tentang kemungkinan atau state of the "arch" di abad ke-21. Pada dasarnya hampir semua berpendapat tentang aspek-aspek geopolitik, sosial budaya dan juga ekonomi yang pasti akan mempengaruhi wujud aristektur. Di sini, para pakar tersebut memandang arsitektur sebagai sebuah entitas budaya yang senantiasa berkembang. Pembahasan-pembahasannya disusun dalam skala pandangan subjek tertentu misalnya isu politik, forms, digitalisasi dan sebagainya.
Dari kacamata praktisi profesional, tentu kita bisa mengantisipasi atau membuka ruang lintas diskusi dengan arsitek-arsitek tersebut. Secara garis besar, dalam buku ini dinyatakan bahwa arsitektur tidak hanya terbentuk dari sisi konstruktifnya belaka, tetapi memiliki sisi-sisi yang lain, yang menjadikannya distinctive dibanding seni yang lain, atau ilmu konstruksi. Pandangan Bernard Tschumi sendiri mengenai "envelopes" misalnya, menegaskan tentang unsur-unsur arsitektur yang dibentuk dari vektor (manifestasi program) dan selubung atau envelope (diantaranya- sebagai manifestasi konteks).
Atau simaklah opini yang menunjukkan evolusi apresiasi arsitektur dari segi "pakem proporsional" era klasik, uji tektonika sampai ke batasan arsitektur fashionik yang serba persepsif saat ini dalam analogi proporsi manusia da Vinci, seorang binaragawan dan Elvis Costello (esai dari Sylvia Lavin). Munculnya butik-butik seperti Prada-nya Herzog/Meuron yang tidak terikat dengan skala dimensional juga menjadi preseden khusus tentang gejala penyikapan arsitektur di masa ini. Disamping pe-redefinisi-an beberapa isu arsitektur mulai dari ruang virtual, dampak globalisasi, tata kota di era perang dan sebagainya.
Beberapa master-arsitek yang terlibat antara lain menghadirkan nama-nama besar di dunia teori dan pragmatisasi arsitektur. Bernard Tschumi sendiri, kemudian Peter Eisenman, Rem Koolhaas, Greg Lynn, Alejandro Zaera Polo, Hani Rashid, Zaha Hadid, Frank Gehry, Kenneth Frampton, dan para avant-garde architects lain. Dengan bahasa yang lugas dan singkat, buku ini mungkin bisa jadi pedoman bagi para pecinta arsitektur untuk menyelami dinamika kompleks dari lepas landasnya disiplin ilmu tersebut menyongsong era baru. Jika pada era modern dulu meninggalkan literatur-literatur klasik, di antaranya dari Le Corbusier, mungkin buku ini bisa menjadi landmark transisi era arsitektur.
Heavily recommended!
Posting Komentar