Pure Grunge and Cokehead Britpop

Tulisan ini adalah terjemahan saya atas artikel yang ada di majalah Spin (online), tentang hubungan antara artikel yang diterbitkan ...


Tulisan ini adalah terjemahan saya atas artikel yang ada di majalah Spin (online), tentang hubungan antara artikel yang diterbitkan majalah terebut 11 tahun silam (Januari 1995) dengan realita yang terjadi pada saat ini.

Saya memilih artikel ini karena menarik sekali, bagaimana sebuah pilihan untuk "mati" bisa menjadi strategi kita hidup. Tentu tidak sebanal itu pembahasannya, tetapi dalam hubungannya dengan ketenaran dan kejayaan, dunia rock (bisa) menjadi sebuah laboratorium hidup untuk diobservasi.

Kebetulan, apa yang diangkat oleh Spin kali ini menyangkut dua band favorit saya, Pearl Jam dan Oasis. Here we go:


Ethically Pure Grunge and Cokehead Britpop
Prove that History is Bunk Half the Time

by Chuck Klosterman
December 23, 2005


Bagaimanapun ahli sejarah menganalisa apa yang terjadi di masa lalu, biasanya mereka cenderung memprediksi kelanjutannya (hanya) dalam dua kondisi: bahwa semua akan berbeda sama sekali, atau semua masih tetap sama. Masalahnya, kedua kondisi tersebut bisa saja terjadi pada saat yang sama.

Sebelas tahun yang lalu, kolumnis gosip Village Voice di majalah Spin, Michael Mustro, menulis artikel yang terinspirasi oleh karakter dari film The Breakfast Club. Setelah lebih dari sepuluh tahun, paradoks sejarah tersebut membuktikan bahwa ada kondisi yang tidak berubah dan ada juga kondisi yang berubah sama sekali.

Saya tidak yakin jika artikel (cover-story) tentang Pearl Jam saat itu (Pearl Jam terpilih menjadi Best Band, tahun 1995 yang dipilih oleh pembaca Spin) atau review konser Oasis (yang bermain di klub-klub pada tur Definitely Maybe) merupakan sebuah refleksi paradoks sejarah tersebut. Tentang bagaimana musik rock akan berubah selama satu dekade selanjutnya. Atau (hanya) merupakan sebuah kisah klise tentang budaya yang melintasi ruang waktu?

Apa yang menarik dari kedua artikel tersebut adalah bukti dari prediksi apa yang akan terjadi ke depan (satunya tersamar, dan satunya lagi cenderung jelas). Dan bisa dikatakan bahwa keduanya akurat. Alasan bahwa hal ini menjadi menarik adalah fakta bahwa masa depan itu cenderung mudah diprediksi tetapi biasanya malah (kadang) menjadi sama sekali berbeda.

Artikel tentang Pearl Jam merupakan interview dengan Eddie Vedder yang merefleksikan keengganannya menerima hasil polling majalah Spin yang menempatkan Pearl Jam sebagai band terbaik tahun 1995.

“Saya setuju dengan pendapat itu,” ujar Vedder ketika reporter menyebut bahwa Pearl Jam juga terpilih sebagai band yang paling overrated. “Saya tidak akan mampu membuat band saya menjadi yang terbaik, tapi saya pasti sudah membuat Pearl Jam menjadi band paling overrated.”

Vedder kemudian juga menyayangkan bahwa Mudhoney justru tidak pernah merasakan sukses platinum (tentunya menjadi ironi mengingat Eddie dengan jelas menyatakan bahwa ketenaran-lah yang merusak hidupnya. Saya tidak begitu paham kenapa dia malah ingin Mark Arm merasakan hal yang serupa dengannya, whatever).

Dalam prediksi yang tersirat, Pearl Jam mungkin (sedang) merencanakan untuk menjadi lebih kecil, dan lebih less-important, dimana ternyata mereka benar-benar melakukannya. Luar biasa!

Saya tidak yakin bila ada band besar yang bisa mengatur kadar kesuksesan mereka secerdas Pearl Jam – mungkin U2 atau Rolling Stones, tapi mereka tetap dalam kapasitas untuk mempertahankan status stardom mereka, bukan menurunkannya.

Pearl Jam sebetulnya merencanakan semacam kurva parabola dari keberadaan mereka di industri musik. Saya kadang bingung dengan orang-orang yang membenci Pearl Jam. Saya juga tidak paham kenapa orang-orang cenderung membenci grup yang pernah merasakan menjadi band terbesar di dunia, dan kemudian meneruskan karirnya untuk menjadi tidak sebesar itu. Cukup dengan menjadi band rata-rata.

Pearl Jam hanya membuat satu lagu yang bagus (Corduroy), tetapi mereka juga mempunyai puluhan lagu yang lumayan medioker. Sebetulnya mereka bisa saja membuat tiga album lagi yang merupakan replika dari Ten, lantas menghabiskan sisa karir mereka dengan bersantai, memakan lobster dan berenang di kolam emas. Tapi mereka tidak melakukannya. Mereka tidak melakukannya karena mereka berpikir bahwa hal itu akan menjadikan mereka tidak disukai.

You see, nice guys do not finish last, tapi nice guys finish in the middle.

Hal itu membawa kita ke Oasis, sebuah band yang berhasil melampaui kadar medioker mereka dan menjadi megalomania. Oasis adalah gambaran anti-Pearl Jam. Mereka tidak bersikap baik kepada semua orang, termasuk kepada mereka sendiri.

“Itu karena Oasis dipenuhi dengan macam-macam ketegangan yang tumbuh dari hubungan aneh Gallagher bersaudara,” tulis Jonathan Bernstein. “Yang patut dipertanyakan apakah band tersebut bakal berkembang?”

Oasis (ternyata) benar-benar berkembang. Mereka berkembang menjadi keras kepala, dan semakin susah untuk membawa mereka semakin serius. Tapi akan lebih susah untuk mendebat karya musikal mereka, dimana ketika Pearl Jam hanya membuat satu lagu yang benar-benar bagus, Noel Gallagher paling tidak membuat tiga lagu yang bagus di Definitley Maybe. Dan dia terus membuat karya yang bagus.

Acquiesce sangat hebat, hampir tiga kali lebih bagus dari lagu-lagu terbaik Definitely Maybe. Sementara Don’t Look Back in Anger lebih bagus sebelas kalinya. Semua orang mungkin berpikir jika Be Here Now kurang rapi, tapi album tersebut tetap saja jauh lebih keren dibanding semua album yang dikeluarkan Blur. Bahkan Oasis menghasilkan dua dari tiga album Britpop paling menonjol yang dirilis sepanjang dekade 90-an.

Jadi di sini kita bertanya-tanya, siapa yang lebih baik? Pearl Jam yang sukses mengubah diri menjadi band medioker, sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Atau Oasis yang “kebetulan” menjadi rockstar? Baik Eddie atau Noel sama-sama mengagumi Neil Young. Sosok yang juga ditanya dengan pertanyaan serupa di tahun 1979, better to burnt out or fade away?

Everything has changed, absolutely nothing changed.

Related

spin 3469819922022015249

Posting Komentar Default Comments

Hot in WeekRecentComments

Recent

Konser Green Day, Redemsi yang Mengisi Memori

Konser Green Day di Jakarta, Sabtu (15/2) lalu membuka banyak catatan bagi diri saya. Hajatan tersebut menjadi redemsi bagi saya atas ikhtiar yang tertunda setengah dekade.Sekitaran hari ini, lima tah...

Konser Pearl Jam Nite XII, Energi dari Kolektivitas Penampilan

Lama tak dihelat, Pearl Jam Nite XII meluncur di Bandung. Event bertajuk Alive at The Star ini diadakan di (sesuai namanya) The Star, yang menyatu dengan Avery Hotel Bandung pada hari Sabtu, 9 Novembe...

Narasi Reaktif untuk Album Pearl Jam, Dark Matter

Terpaut 4 tahun dari album terakhirnya, Pearl Jam kembali dengan meluncurkan Dark Matter yang dirilis tengah malam WIB tadi (19 April 2024).Album sebelumnya, Gigaton (2020) memegang rekor sebagai albu...

Suar Industri Sinema dalam Film Jatuh Cinta Seperti di Film-Film

Menonton "Jatuh Cinta Seperti di Film-Film" mengingatkan lagi memori sekitar awal 2000-an, mengenai jalur apa yang mesti diambil sinema Indonesia agar bisa bersaing dan punya unique selling point?Pada...

Kedekatan Dune dan Konteks Dunia Nyata

Sebagai penonton yang lumayan paham dengan sejarah Islam dan sedikit dunia Arab, film Dune jadi bisa dinikmati lebih dalam.Ada yang belum menonton Dune? Saat ini seri keduanya tengah mengisi gedung pe...

Comments

Anonymous:

Katanya menjadi ustadz,ini kok pendeta?

Faizal jam:

selalu renyah membaca tulisan helman ini, bahasa luwes & ringan, sehingga ga bosen membacanya. cuma masukan aja, ada tradisi dari PJ nite 1 hingga ke-12, yaitu koor bareng antara vocalist & au...

papa4d:

Thanks on your marvelous posting! I seriously enjoyed reading it, you may be a great author

Anonymous:

"It seems silly, like, 'We cannot have real roulette however we will to} have this,' " Lockwood says. "But it is certified everywhere in the the} country as a slot machine, not ...

Anonymous:

In Germany and lots of|and lots of} other countries, the earnings from lotteries and betting swimming pools are used to subsidize newbie sports. Major League Soccer the highest soccer league within th...

Ads

Popular

Arsip Blog

Ads

Translate

item