Labirin Visual Del Toro
Sejak direview di JIFFest tahun lalu, film ini langsung mengundang minat saya untuk menontonnya. Tapi apa daya, JIFFest bukan SIFFest. Anta...
https://www.helmantaofani.com/2007/06/el-laberinto-del-fauno.html
Sejak direview di JIFFest tahun lalu, film ini langsung mengundang minat saya untuk menontonnya. Tapi apa daya, JIFFest bukan SIFFest. Antara Jakarta dan Surabaya terbentang 600 km jalan raya yang harus ditempuh. So, skip it.
Anyway, kesempatan nonton dateng juga setelah video bajakannya beredar (yeah, ironis). Ekspekstasi awal, yah, fantasi model seri Narnia mungkin, yang segmentasinya bener-bener untuk anak-anak. Atau varian lanjut adalah berupa visualisasi buku sketsa macam film-filmnya Tim Burton. Dan ekspektasi terakhir adalah betul-betul fantasi idealistik dari seorang model Neil Gaiman dengan Mirrormask-nya. Gambaran sinopsis mungkin bisa menceritakan sedikit.
Ofelia adalah gadis kecil yang harus tinggal di tengah hutan bersama suami ibunya yang baru, seorang kapten dari tentara militer Spanyol di bawah diktator Franco. Mereka ditugaskan untuk mengawasi pergerakan pemberontak yang berada di wilayah itu. Tinggal di tengah hutan, bagi Ofelia, justru membuka mata tentang lansekap cerita-cerita dongeng yang digemarinya. Sampai pada suatu ketika, Ofelia masuk ke dalam reruntuhan kuno di dalam hutan yang ternyata adalah sebuah labirin. Later, Ofelia mendapati di dalam labirin itu tinggal seekor (atau seorang) Faun - yang dalam mitos adalah dewa pelindung semua binatang. Faun tersebut menyebut bahwa Ofelia adalah jelmaan putri dari dewa penguasa alam bawah yang kabur ke bumi di masa lampau. Untuk kembali menjadi putri, Ofelia harus melalui beberapa tahapan ujian yang diberikan Faun.
Dari perspektif itu, film ini adalah murni fantasi. Tapi bagaimana bila disimak sinopsis lain sebagai berikut (spoiler alert): Mercedes adalah seorang pelayan yang bekerja pada Kapten Vidal, seorang bawahan Franco yang menguasai Spanyol. Mercedes bekerja pada tentara militer supaya bisa mensuplai logistik kepada kumpulan pemberontak yang di antaranya terdapat Pedro, kekasihnya yang idealis. Mercedes mendapat bantuan dari seorang dokter di kamp tersebut, tetapi karena kecerobohannya akhirnya persekongkolan mereka terbongkar Kapten Vidal yang terkenal bengis.
Untuk menonton perspektif pertama, kita harus mengembangkan daya imajinasi dan surealisasi agar bisa menikmati dengan nyaman. Tak perlu mengerti apa itu Pan atau Faun untuk menikmati visualisasi makhluk setengah kambing garapan Del Toro. Sementara perspektif kedua adalah jalinan roman yang memiliki kaidah ekstrinsik kuat seperti pada karya-karya sastra. Untuk menikmatinya, bekal utama adalah rasio dan pengetahuan latar belakang yang akan membantu.
Hebatnya, semuanya bisa berjalan beriring dengan sempurna sepanjang durasi putar kurang lebih 2 jam! Don't you ever dare to miss this film. Sebentar lagi akan putar di Cineplex 21, konon, karena banyaknya review positif. No wonder, it's a masterpiece...
Posting Komentar