Catatan Usai Saudi: Berbuah Belum Tentu Manis
Some Epic Leave It Tragic... Sebuah pengingat bahwa sama sekali tidak ada yang perlu disesali dari kekalahan Indonesia atas Arab Saudi ...
https://www.helmantaofani.com/2007/07/post-saudis-match-notes.html
Sebuah pengingat bahwa sama sekali tidak ada yang perlu disesali dari kekalahan Indonesia atas Arab Saudi di kualifikasi Grup D, Piala Asia, Sabtu (14/7) lalu. Gol yang terjadi di menit ke-93, setelah skor imbang 1-1 bertahan jelang semenit gim bubar.
Babak pertama memberi bukti, kapabilitas Syamsul Chaeruddin dkk bertarung dengan raksasa Asia yang berulang kali mengantar pemain mereka ke nominasi pemain terbaik Asia. Tahun 2005, gelar tersebut melayang ke Said Al Monthaseri, yang dipulangkan Helio Dos Anjos karena cedera. Kualitas Yasser Al Qathani dkk yang dibilang sebagai "monster", ternyata bisa diimbangi dengan bekal teknik dari pelatih Ivan Kolev yang bermain taktis. Serta, tentunya, semangat juang dalam diri anak-anak Garuda yang turut dipompa 80.000 penonton di Senayan (serta ratusan juta doa dari penjuru negeri).
Beberapa kisah heroik memang tidak selalu diakhiri dengan akhir manis. Sejarah telah mencatat di negeri ini ketika Gubernur VOC, De Kock frustrasi dengan durasi Java Orlog yang dikobarkan Dipanegara sampai harus mengakhiri dengan siasat perundingan. Atau ketika Inggris merasakan kehilangan besar dalam momentum perjuangan arek-arek di 10 November 1945. Semuanya berakhir dengan tragis di satu sisi, tetapi membarakan api semangat yang tidak akan pernah padam dalam diri semua orang yang mengingatnya.
Jadi, jika akhirnya Garuda harus berhenti di tangan laskar Taeguk, Rabu nanti, rasanya perjuangan mereka akan tetap dikenang sebagai sesuatu yang membarakan semangat. Bahwa akhir kiprah Garuda di Piala Asia adalah awal dari lenyapnya inferioritas bangsa kita terhadap bangsa lain, khususnya di bidang sepakbola.
Akan sangat rindu rasanya, mendengarkan kembali lagu Indonesia Raya dinyanyikan dengan penuh penghayatan oleh puluhan ribu. Dan akan sangat kehilangan, aksi-aksi dari wakil negeri multietnis ini dalam sebuah kesatuan yang diimpikan sejak 80 tahun lalu melalui kongres demi kongres pemuda negara bekas jajahan Belanda ini.
Sepak bola telah memberi secercah harapan (yang bukan lagi mimpi) kepada negeri yang tengah menderita hebat ini. Sepak bola telah memberi semangat menyatukan negeri yang berada di ambang cerai berai ini.
Tapi tunggu dulu, perjuangan belum selesai!
Tim Garuda belum pasti berakhir tragis seperti halnya partai Arab Saudi tempo hari. Rabu nanti, giliran tim Ginseng yang akan merasakan hempasan semangat juang Ponaryo dkk yang disokong ombak pengharapan dari negeri duaratus juta jiwa ini.
Namun, di balik itu semua, yakinlah bahwa kita tidak sekadar bermimpi lagi untuk berdiri sejajar dengan bangsa lain. Sepak bola sudah membuktikan. Saatnya semua elemen turut bangkit. Mimpi berprestasi sudah bukan lagi otonomi kampanye politisi busuk di tubuh PSSI. Mimpi itu akan disempurnakan oleh tim Indonesia menjadi sebuah langkah menuju realitas.
Dan bagi semua yang patah harapan selepas kekalahan Sabtu kemarin, jangan remehkan semangat anak-anak Garuda. Mereka telah menampar kita semua pada dua partai di Piala Asia 2007 ini.
8 komentar
post Saudis Match :
rasanya hampir nggak percaya, lemes..lama juga, sampe2 pas tidur nggak nyenyak, bangun bbrapa kali sambil mikir "knapa koq bisa masuk ya..?". pagi2 sampe gak mau baca kompas dulu, gak tega liat foto depannya....
malamnya berharap abis Bahrain bisa ngalahin Korsel, biar pertandigan trakhir Bahrain gak main mata ama Saudi dan Korsel jatuh mental....eeee, kejadian, Alhamdulillah..
hari ini masuk kantor dengan optimisme yg sama kayak sabtu pagi..klo Bahrain bisa, knapa kita nggak...?...
We are not fucking done yet..!!!
Kekalahan kaya gini sih, "untungnya" udah sering gw alamin, entah itu dialamin Timnas Italia atau AC Milan. Tapi simpati gede banget aja kemaren malem sama penonton yang udah ada di stadion...they deserved point.
Bete juga sih liat Indo kalah. Tapi bukan salah leluhur kalo tubuh pemain kita spt teletubbies, akibatnya kalah duel udara :(
Gw kagum dgn Yasser Al Qathami, heading, dribling & body balancenya maknyus. 4 pemain indo dilewati begitu saja. Hehe.. kok gw malah mengagumi pemain negara lain yah :D
Tapi gw tetep dukung Indo, jgn mau kalah ama vietnam yg udah lolos duluan !
Betul mas...Yasser Al Qathani emang tokcer tuh. Masih muda, dribel mantap, aerial prowess juga oke. Sayang, kalo Saudi ngasi policy boleh ekspor pemain, mungkin dia udah maen di Eropa tuh...
Nah itu dia, gw sendiri baru sadar kalo gak ada pemain Saudi yg merumput di liga elit eropa. Ternyata emang dilarang policy ya ?
Yah sekali2 Saudi export pemain bola kek, jgn minyak doank wank wank wank wank... =D
Kalo bole, dari jaman Saeed Al Owairan pasti udah melanglangbuana ke Eropa tuh.
Pa kabar lagi sobat?Ni baru pulang dari Jakarta, mencoba menjalani peran sebagai saksi sejarah atas penampilan tim Garuda.
Saya melihat langsung peristiwa yang anda sebut Saudis Match. Bagi kami(yang melihat langsung di stadion) betapa para pemain telah memberi segala daya yang mereka punyai. Kekuatan otot mereka diforsir sampai diluar batas kemampuan. Tapi saudi punya kualitas untuk membuat sebuah perbedaan.
Paginya, saya bersua langsung dengan Yandry Pitoy. Sekali lagi wasit menjadi scape goat yang sempurna oleh kiper nomor satu tim nasional itu. Itu hak dia, juga hak Nurdin dkk untuk menarik perhatian khalayak ramai. Saya sangat setuju dengan ungkapan bahwa Nurdin cs telah berusaha memanipulasi aksi heroisme para pemain seaakan-akan menjadi prestasi dan kesuksesan pengurus!
Btw, Sobat Helman, tulisan anda bagus2. Senang sekali akhirnya saya punya kawan untuk mengolok-olok Nurdin cs. Keep going my pren...
@mas Aji:
hehehehe..
kayaknya seneng banget mas dapat teman bwat ngolok2 Nurdin Halid Dkk.
masukin namaku jg dunk....
walopun satu daerah ama NH, tp soal pesepakbolaan nasional, gak ada lagi yg namanya kedaerahan..yg ada gimana cm nama INDONESIA..!!!
semoga besok2 persepakbolaan kita makin maju yak...
Posting Komentar