Round on Round, Serie A
Minggu lalu, 26 Agustus adalah awal dari kompetisi baru Liga Italia Serie A. Kompetisi yang sempat menjadi favorit di Indonesia ini (belakan...
https://www.helmantaofani.com/2007/08/round-on-round-serie.html
Minggu lalu, 26 Agustus adalah awal dari kompetisi baru Liga Italia Serie A. Kompetisi yang sempat menjadi favorit di Indonesia ini (belakangan tergeser oleh Liga Inggris) memulai awal baru setelah tahun lalu seolah berada di titik nadir akibat hempasan kasus calciopoli. Kini, dengan kembalinya tim-tim tradisional, harapan untuk kembalinya duel-duel klasik membubung tinggi di musim 2007/2008. Terutama dengan munculnya raksasa Serie A, Juventus yang tahun lalu didemosi ke Serie B.
Munculnya Juve sama dengan melempar kapak perang ke juara bertahan, Internazionale, yang musim lalu sangat dominan di kompetisi domestik. Untuk kasus calciopoli, kubu Juventus menuduh bahwa tangan-tangan Inter turut berperan dalam menjebloskan vonis turun kasta mereka ke Serie B. Kini, Inter memang menjadi satu-satunya klub yang belum pernah degradasi sejak berdiri di 1908. Harapan Juve dan juga harapan klub lainnya, termasuk rival sekotanya, AC Milan adalah merusak kampanye seratus tahun Internazionale yang dirayakan musim ini dengan seragam St. George Cross-nya. Perang sekota antara Milan dan Inter bahkan sudah terjadi di penghujung musim lalu ketika kedua klub saling berbalas ejekan melalui dua selebrasi besar di kota yang dulu bernama Mediolanum tersebut. Kubu Milan mengejek raihan scudetto Inter yang terlihat "kecil" dibanding trofi Liga Champions yang mereka raih.
Perang berlanjut di bursa transfer ketika keduanya mengklaim mendapatkan pemain Cagliari asal Honduras, David Suazo. Inter akhirnya mendapatkan Suazo sebagai salah satu pembelian terbaik musim ini bersama dengan bek Christian Chivu. Tidak seperti biasanya, laju transfer Nerazzurri sedikit direm. Selain karena faktor tim yang sudah settle dengan komposisi musim lalu, gejala "lesu transfer" ini juga merupakan penyakit jamak klub-klub Serie A pasca krisis ekonomi dua tahun lalu. Selain Inter, klub-klub lain juga mengetatkan ikat pinggang untuk membatasi pengeluaran dalam membeli pemain. AC Milan misalnya, hanya mendatangkan Alexandre Pato yang baru bisa bermain mulai Januari 2008, serta Emerson dari Real Madrid seraya menutupi kegagalan menggaet bintang-bintang incaran mereka di akhir musim lalu.
Klub-klub lain juga memasang strategi untuk memperoleh pemain bidikan mereka dengan cara selain membeli. Fabio Quagliarella, yang menjadi bintang Sampdoria musim lalu harus merelakan dirinya berbaju Udinese lantaran status kepemilikan bersama (comproprierta). Sementara bintang-bintang tua kembali dilirik lantaran harga bintang muda meroket di pasaran. Oleh karena itu, jangan kaget jika Roma kemudian menangkan Ludovic Giuly dari Barcelona yang tersisih oleh Lionel Messi. Atau berlabuhnya Christian Vieri ke Fiorentina untuk menggantikan superstar Viola sebelumnya, Luca Toni.
Salah satu klub yang paling "royal" dalam mengeluarkan uang belanja pemain adalah Juventus. Klub yang bermarkas di Turin itu membeli sejumlah pemain baru agar bisa segera kembali ke deretan elit Italia. Sebagai tim promosi, Juventus tentu akan menghadapi kompetisi yang lebih sulit dibandingkan dengan atmosfer Serie B musim sebelumnya. Tetapi bekal pemain berpengalaman Juve dalam diri Pavel Nedved, David Trezeguet dan Gianluigi Buffon tampaknya akan cukup untuk menjaga konsistensi Super Juve. Berbeda dengan dua tim promosi lainnya, Genoa dan Napoli. Genoa yang akan meramaikan Derby Marassi tahun ini cukup berhasil mempertahankan bintang-bintang mereka yang membawa klub kota pelabuhan tersebut ke Serie A. Demikian juga dengan Napoli yang mengincar renaissance mereka untuk bernostalgia dalam era Maradona dua puluh tahun silam. Tetapi amunisi Napoli dan Genoa masih bisa dibilang setara dengan kekuatan klub gurem Serie A yang menjadi survivor musim lalu seperti Catania, Cagliari atau Parma. Mereka harus berjuang keras agar tidak terseret kembali ke Serie B.
Yang jelas, munculnya Genoa dan Napoli akan menghadirkan partai-partai klasik yang penuh nuansa nostalgia ketika Serie A bergerak menuju kompetisi terbaik dua puluh tahun lalu. Jika pada masa itu Serie A memunculkan dream team AC Milan sebagai simbol kejayaan Liga Italia di Eropa, maka patut ditunggu kiprah klub-klub Italia di percaturan Eropa musim ini. Lazio telah mengawali dengan meloloskan diri dari hadangan Dinamo Bukarest untuk berlaga di creme dela creme kompetisi Eropa, Liga Champions. Dengan demikian, Serie A mengirimkan 4 duta terbaik musim lalu untuk berlaga dalam diri Milan, Inter, Roma dan Lazio. Empat klub dari dua kota. Tahun lalu, kota Milan berpesta karena wakil-wakilnya berjaya di kancah domestik dan Eropa. Tahun ini, apakah giliran kota Roma?
Roma dan Lazio tak seakur Milan dan Inter, meski belakangan derby kota Milan mulai menunjukkan tensi. Tetapi aroma derby Roma adalah aroma gladiator yang membawa romantisme Colleseum di masa lampau. Tidak ada derby yang level kebenciannya melebihi derby Roma. Tidak juga Derby Marassi antara Sampdoria dan Genoa musim ini. Derby mereka justru dikenal anteng, sehingga memunculkan julukan Derby della Lantera. Tidak juga Juventus dan Torino yang melagakan Derby della Mole. Fans Juventus sangat minim di kota industri di belahan utara Italia tersebut. Kota penghasil mobil Fiat itu justru didominasi oleh suporter Torino, klub yang membawa nama kota tersebut. Oleh karena itu, bukan jaminan meski Juventus memiliki reputasi yang lebih mengkilap, mereka bakal memenangi derby melawan Torino. Atmosfer derby selalu berbeda. Tanyakan pula pada persaingan sengit klub-klub asal Tuscany yang musim ini memunculkan persaingan Fiorentina, Empoli dan Siena. Musim lalu, Empoli menunjukkan jatidiri mereka sebagai lahan penghasil bibit-bibit muda sepakbola Italia yang saat ini ditantang eksistensinya oleh Fiorentina.
Tak hanya di utara, persaingan klub yang secara geografis terletak di selatan Italia juga tak kalah sengit. Setelah Messina terdepak, sorotan akan kembali mengiringi derby Sisilia antara Palermo dan Catania yang musim lalu menjadi biang kerok kerusuhan. Dua wakil pulau yang identik dengan mafia tersebut akan ditantang oleh Napoli, yang mencoba mendirikan kejayaannya kembali, dan Cagliari, kuda hitam dari pulau Sardinia. Jangan lupakan Reggina, salah satu klub "Houdini" musim lalu setelah bisa meloloskan diri dari jeratan degradasi meski berbandul pengurangan nilai.
Kali ini tidak ada pengurangan nilai dan hukuman-hukuman. Semua klub berada sejajar dalam garis start, dan Mei nanti akan diketahui siapa yang finish pertama. Sambil menunggu hasilnya, masi kita saksikan duel-duel akbar yang akan terjadi di layar televisi dengan gratis. Trans 7 masih berbaik hati dengan membeli hak siar kompetisi negeri spaghetti ini menyisihkan Liga Inggris yang makin mahal. Liga Inggris malah absen dari televisi terestrial yang memanjakan rakyat Indonesia. Secara positif, hal ini berarti peluang Serie A untuk kembali merebut hati rakyat Indonesia seperti awal dekade 90-an lalu. Liga Italia, bukan tidak mungkin, akan mengalami renaissance mereka untuk menjadi kompetisi terbaik di dunia.
Benvenuto Serie A!
3 komentar
benvenuto serie A..
selamat datang buat Juventus..gw koq yakin banget musim ini Inter gak akan bisa lagi melenggang mulus kayak taun lalu. paling untung mereka cuman bakal finish di urutan ke 3 di bawah AC Milan dan Juve. ato bahkan urutan 4..?, karena serigala2 kota Roma juga pasti gak mau kalah....
Milan udah mulai dengan manis. walopun gak jadi pake Ronaldinho, tapi tetep aja mengigit dengan Kaka-nya..(bukannya dengan gigi..?, hehehe). itu belum termasuk si gigi kelinci Ronaldo, si lucky boy Inzaghi..kalo udah pada sehat..awas deh yang lain....
tapi...
gw masih sedih...gak bisa liat EPL...
huaaaaaaa...I miss my ManUtd...:(
aku gak terlalu tertarik ama sepak bola. Tapi Kayla, my-five-years-old-daughter, justru suka banget ama bola! Tiap kali ng-browse2 TV dan nemu acara bola, dijamin dia nggak akan mau pindah channel. Kira-kira kenapa, ya? :)
@Ifool: Well..Inter kemaren juga "diperkosa" Barca tuh, 5-0. Tapi tim yang di pre-season kurang sukses biasanya malah menggigit di kompetisi lho. Jadi, jangan remehin Inter.
@Vina: Mungkin liat warna ijo cerah (lapangan) dan kostum yang warna-warni kali ya? Hehehehe...
Posting Komentar