10 Memorable Matches
Selama bertahun-tahun menjadi fans sepakbola, saya memiliki banyak sekali memori tentang pertandingan-pertandingan yang berkesan. Saya mulai...
https://www.helmantaofani.com/2007/10/10-memorable-matches.html
Selama bertahun-tahun menjadi fans sepakbola, saya memiliki banyak sekali memori tentang pertandingan-pertandingan yang berkesan. Saya mulai "mendalami" sepakbola sejak helatan Euro 96 dengan mengambil spesialisasi di sepakbola Italia, baik kancah klub maupun lingkup timnas, serta tentunya tim nasional Indonesia dan kesebelasan lokal yang saya dukung. Oleh karena itu, memori ini tidak akan lepas dari konteks tersebut. Subyektif memang, tapi inilah yang bisa saya share ke pembaca sekalian...
01. Jerman vs Italia 0-2
Venue: Signal Iduna Park, Westphalen
Fixture: World Cup 2006 Semifinal
Memori terindah yang bahkan sampai sekarang ini masih membuat saya tergetar jika menilik ulang pertandingannya. World Soccer, Four Four Two dan BBC mencatat partai ini sebagai pertandingan terbaik di Piala Dunia yang merupakan replika dari pertandingan sepakbola terakbar sepanjang masa ketika kedua tim juga bersua di semifinal Piala Dunia 1970. Skor 0-0 selama 118 menit diimbangi dengan permainan menyerang silih berganti. Ketika pertandinga tampak akan berakhir dengan adu pinalti, Fabio Grosso mengubah hal itu ketika sepakannya menerima umpan Andrea Pirlo melaju di tiang jauh gawang Jens Lehmann. Alessandro Del Piero membuat saya terbang ke langit ketujuh dengan golnya di menit terakhir untuk menambah duka ribuan suporter tuan rumah. Italia membungkam dunia dengan kemenangan ini.
Memorable effect: I just don't care if Italy win the tournament or not (which apparently they won). We're going to the final IN STYLE.
02. Liverpool vs Milan 3-3
Venue: Istanbul
Fixture: Champions League 2004/2005 Final
Sejujurnya, ini adalah memori yang paling ingin saya hapus. Tetapi sejak detik pertama kickoff sampai peristiwa diblok-nya tendangan Andriy Shevchenko oleh Jerzy Dudek masih membekas tajam di otak saya.
Memorable effect: Didn't touch any newspaper and tabloid for at least two month, commiting suicide once (which luckily, I have no gut at all), stay in my room for three days, anti-social, quit online, blaspheming all the time, lost confidence.
03. Malaysia vs Indonesia 1-4
Fixture: Asian Cup Semifinal 2004
Di leg pertama, Malaysia secara mengejutkan mampu membungkan Senayan dengan skor 2-1. Laga Indonesia seolah menemui karang terjal setelah terjadi isu sweeping paksa yang mereduksi niat ribuan TKI untuk mendukung Indonesia di Malaysia. Antusiasme para TKI memang mengharukan. Di tengah situasi terjepit lantaran kekalahan di leg pertama, serta bayangan sweeping mereka masih total mendukung Garuda. Semua tidak berjalan dengan baik ketika di babak pertama Indonesia tertinggal 0-1. Akan tetapi, situasi berbalik di babak kedua ketika Boaz Salossa cs. menggelontor gawang Malaysia dengan 4 gol.
Memorable effect: Boosting mood and suddenly feel proud of being Indonesian. I felt the same emotion lately, when Indonesia struck Bahrain in Asian Cup 2007 opening match.
04. Milan vs Inter 3-2
Venue: Guiseppe Meazza Stadium, Milan
Fixture: Serie A 2003/2004
Di babak pertama, Milan tertinggal dua gol. Salah seorang Milanisti Indonesia yang didaulat sebagai komentator oleh stasiun televisi lokal mencoba menghibur hati Milanisti yang menonton bahwa di babak kedua Milan akan membalas dengan tiga gol. Gol Clarence Seedorf, mantan pemain Inter yang baru bergabung dengan Milan di awal musim, di menit-menit akhir memastikan ramalan tersebut untuk mewujudkan salah satu kemenangan terindah yang paling dramatis dalam sejarah derby Milano tersebut.
Memorable effect: Stuck with the commentator' opinion, about having faith in our beloved team.
05. PSS Sleman vs Solo FC 1-2
Venue: Mandala Krida Stadium, Jogjakarta
Fixture: Liga Indonesia 2003
Ini adalah laga tandang prestisus bagi rivalitas Joglosemar. Meski secara formal tidak ada gesekan antara Pasoepati dan Slemania, tetapi dalam laga yang digelar di kandang musuh bebuyutan suporter Solo, Brajamusti tetap perlu diwaspadai. Dan itu terbukti ketika terjadi kerusuhan akibat miskoordinasi panpel mengenai jatah tiket bagi suporter tamu. Setelah bentrok, laga dilanjutkan dengan gol Marcelo Braga. Perayaan gol Braga sangat melecehkan suporter tim tamu. Tetapi hal itu justru menjadi bumbu penyedap ketika di saat-saat akhir Solo FC berhasil mencetak dua gol ke gawang Sleman. Saya merasakan tribun seolah runtuh ketika bersama ribuan suporter lain bersorak menyambut gol Fajar Listyantoro.
Memorable effect: Sneaking through the mob and riot, released all "reddish" attribute as survival attempt getting into the train-station. It's my first away experience.
06. Perugia vs Milan 1-2
Venue: Renato Curi Stadium, Perugia
Fixture: Serie A 1998/1999 - last fixture
Jika menang, Milan akan mewujudkan sebuah mission impossible yang dituai di akhir musim. Buah dari konsistensi di 10 pertandingan terakhir, Milan mampu menyalip Lazio tepat sebelum kompetisi berakhir, yakni di giornata 32. Dua gol dari Andreas Guglielminpietro dan Oli Bierhoff sukses mewujudkan scudetto pertama setelah era Cappello. Esoknya, headline besar berjudul "Ladrino" atau "Maling" menghiasi surat kabar untuk menggambarkan pencurian sukses titel scudetto dari Milan atas Lazio.
Memorable effect: Angry with Rayana Djakasuria for gave no credit (for he's a journalist) to Milan's effort caliming the title (he's a huge Lazio fan, perhaps). Play the Championship Manager and Winning Eleven with 3-4-3 formation.
07. Inggris vs Italia 0-1
Venue: Wembley Stadium, London
Fixture: World Cup 98 Qualification
Pertandingan ini bertepatan dengan hari lahir saya, yakni 12 Februari 1997. Inggris saat itu tengah "hip" dengan popularitas Manchester United yang meledak di dunia bola. Apalagi punggawa Inggris saat itu dianggap yang terbaik di bawah asuhan Gelnn Hoddle yang memadukan alumni Euro 96 dengan debutan muda dari Manchester United. Hasilnya? Gianfranco Zola membungkam Wembley dengan gol semata wayangnya.
Memorable effect: I hate England for life! So, this is a sweet B-Day give.
08. Korea Selatan vs Italia 2-1
Fixture: World Cup 2002 2nd Round
Kekalahan menyakitkan di babak ekstra dengan sistem sudden death (the worst idea in football history). Lebih menyakitkan lagi menyusul banyaknya keputusan kontroversial dari wasit asal Ekuador, Byron Moreno. Italia unggul di awal pertandingan melalui Christian Vieri, untuk kemudian disusul oleh gol Korea di penghujung waktu. Di masa ekstra, Ahn Jung Hwan menyundul bola ke gawang Italia untuk membawa negeri gingseng ke perempat final. Tamparan memalukan untuk Italia yang dua tahun sebelumnya sukses maju ke final Piala Eropa.
Memorable effect: Never manage to fix any damage I was made with something called friendship. I declare hate for anyone who mocking me up. I also hate Korea for life!
09. Inter vs Milan 0-6
Venue: Guiseppe Meazza Stadium, Milan
Fixture: Serie A 2000/2001
Sejujurnya, saya absen dari siaran langsung pertandingan ini (karena memang tidak disiarkan). Pagi-pagi setelah pertandingan, saya segera ke warnet untuk mencari hasil. Saya sedikit tidak percaya dengan display di situs RAI yang memuat gambar papan skor 0-6. Tetapi berkat teknologi, highlight pertandingan tersebut kini tersimpan rapi di dalam harddisk dan selalu menjadi kenangan indah untuk disaksikan berulang kali.
Memorable effect: Making me sure I'm on the right side of Milan. Never believe that Inter actually claim two victories from last year's campaign. Hey, they're the team whose supporter beg for mercy rite?
10. Lazio vs Milan 4-4
Venue: Olimpico Stadium, Rome
Fixture: Serie A 2000/2001
Lazio dan Milan tengah berada di form terbaik mereka. Milan dan Lazio bersaing dalam perebutan scudetto dalam dua tahun terakhir. Bomber baru Milan yang direkrut di awal musim, Andriy Shevchenko mencetak hattrick pada pertandingan ini. Pertandingan sendiri sangat menarik karena kedua tim saling berbalas serang sehingga menghasilkan 8 gol di skor akhir.
Memorable effect: I bought all the newspaper and tabloid covering this match.
10 komentar
gw komentarin pertandingan pertama yak...
waktu itu trus terang gw dukung Jerman, soalx Italy kayaknya "biasa aja" walopun sebenarnya emang grafiknya udah menanjak semenjak pertandingan vs. Australia yg rada2 kontroversial itu. knapa gw dukung Jerman ?, lebih karena faktor tuan rumah dan performa yg lebih stabil.
pas babak perpanjangan waktu ampir abis, gw makin yakin Jerman yg bakal menang. abis Italy kan terkenal agak2 sial kalo adu penalti, apalagi lawannya Jerman yg yg notabene jagoan dlm adu tos-tosan kayak gitu.
eh, tiba2 gw jadi takjub setengah mati pas Grosso ternyata berhasil membobol gawang Lehmann...nyaris gak percaya...soal gol Del Piero sih, kalo gw bilang tinggal tunggu waktu aja..yg fenomenal tuh yg Grosso...
btw, elo gak masukin pertandingan semifinal Euro 200 Italy vs. Belanda, di mana Italy akhirnya menang adu penalti walopun main cuma dengan 9 pemain. trus final Euro 2000 Italy vs. Prancis ?, yg pastinya sangat menyakitkan bwat semua pecinta timnas Italy....
Gol Grosso adalah released. Seperti halnya semua gol-gol yang lahir di penghujung pertandingan. Tapi being fan of Gli Azzurri, ngga pernah bikin segalanya tenang sampai peluit terakhir (regarding ke trauma Euro 2000). Jadi gol Grosso adalah released, trus gol Del Piero adalah ultimate joy. This is Italy vs the World...
Skeptisme itu musuh Italia nomer satu Bung. Seluruh dunia dibungkam sama gol Grosso dan Alex. Termasuk skeptisme presiden FIFA Sepp fucking Bladder (haha) yang menolak ngasih piala ke tim pemenang Piala Dunia 2006.
Gw ngga coba ngasih polarisasi Zidane vs Materazzi. Tapi kenyataan bahwa pasca insiden final, media-media Inggris mengklaim menyewa lip-reader untuk menafsirkan bahwa omongan Materazzi adalah SARA, dengan menyebut teroris dan ras Aljazair Zizou. Kenyataannya: NOL besar, seperti dilansir Zizou dan Matrix sendiri.
Itu consideration-nya kenapa semifinal, yang notabene juga merupakan pertandingan terbaik Piala Dunia, berhasil membawa Italia membungkap semua pengkritiknya. Overwhelm dari partai itu kalo gw ngalahin euforia juara. Sampai sekarang masih kerasa kalo ngulik partai itu lagi.
Euro 2000? Detil pertandingannya udah lupa tuh. So, berarti ngga memorable kan? Kalo kemarin Milan ngga menang di Athena, mungkin top memorable-nya adalah Istanbul 2005. So, karena Italy udah revans ke Prancis, ko Euro jadi ilang ya...hehehe.
Lagian Piala Dunia >> Euro, di kancah internasional.
kalo Indo-Arab : 1-2 gak masuk itungan ? Saya teriak2 lho waktu Ellie Aiboy nyetak gol.
Indonesia - Saudi? Wah saya sih malah kepikir mau masukin Indonesia - Bahrain tuh yang dimenangi Garuda.
Italia - Brasil WC 1994,tidakkah berkesan? Klo buat saya, itu sebanding dgn yg bung alami utk istanbul 2005. Roberto Baggio, pahlawanku, memberi kenang2an yg tak bakal hilang dr memori otak jg hati ni.
Btw saya jd tifosi italia dr menjelang WC 1986, jd sekitar umur 5 tahun. Buat saya setiap pertandingan yg berakhir dg kekalahan Italia lbh sering mudah utk dikenang. Tmasuk Copa del Mondo 1990 dr Maradona cs di Napoli. WC 2002 dr korsel+kartu merah Totti.
Tp Italy x jerman 06 adalah luar biasa, dramatis! bikin dada sesak dg perasaan haru.
Sebenarnya masi menunggu kekalahan tragis Man Utd, ni bs jadi memorable match jg...
Sukses bro, tabik
Lah udah dikasih introduksi kalo ini adalah mulai Euro 96 so on. Waktu Piala Dunia AS, gw belom terlibat secara emosional dengan pertandingan sepakbola.
wekekek..ternyata Indonesia pernah menekuk lututkan Malingsia..wekekeke..rasain loe..HALAL BIHALAL BLOGGER SURABAYA ON 10 NOVEMBER 2007 + LAUNCHING KOMUNITAS BLOGGER SURABAYA "TUGU PAHLAWAN" SELENGKAPNYA DI BLOG KU MAS.
milan 4 lazio 4
salah satu pertandingan terbaik di serie A. top notch! sheva lagi keren2nya
wah ga teliti ni bung, sori deh...
9 dari 10 pertandingan pilihan anda sangat sesuai dengan pertandingan-pertandingan sepanjang masa yang selalu saya kenang...:)
Posting Komentar