Proudly Bahasa
Seberapa gawatkah apresiasi terhadap Bahasa Indonesia? Hampir 80 tahun lalu para pemuda kita merumuskan jika mereka akan menggunakan Bahasa ...
https://www.helmantaofani.com/2007/10/proudly-bahasa.html
Seberapa gawatkah apresiasi terhadap Bahasa Indonesia?
Hampir 80 tahun lalu para pemuda kita merumuskan jika mereka akan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai apparatus penyambung komunikasi dari berbagai bahasa yang ada di bumi Nusantara. Sebut saja bahasa Jawa dengan bermacam dialeknya, kemudian Sunda, Bugis, Padang, Batak dan sebagainya. Dari rumusan sederhana itu kemudian berkembang mengenai simbolisasi Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu Nusantara, setangkub dengan tiga gagasan lain berupa kesatuan wilayah dan kesatuan rumpun ras.
Itulah yang menjadi angle sebuah tayangan di Metro TV berjudul Snapshot (Selasa, 23 Oktober 2007 - 19:36 WIB). Acara ini menampilkan potongan-potongan gambar yang menjadi bukti pelanggaran kaidah sehari-hari. Untuk memperingati Sumpah Pemuda, maka tayangan mengetengahkan penggunaan Bahasa Indonesia yang dianggap mulai menurun nilainya. Acara tersebut seolah menghimbau untuk kembali merenungi upaya pendiri bangsa kita yang berupaya mempersatukan bangsa lewat Bahasa. Kaidah sudah dirumuskan, sehingga bisa menjadi petunjuk bagi kita untuk mempraktekkannya dalam keadaan sehari-hari.
Kenyataannya, susah untuk menemukan penggunaan Bahasa yang baik dan benar. Dalam acara Snapshot, berbagai kalangan melalui klip video, mulai dari kaum marjinal sampai pejabat tinggi ditengarai sering menggunakan bahasa yang tidak baku, bahkan salah kaprah. Penggunaan istillah-istilah asing juga merebak, memicu pendapat dari redaktur naskah acara tersebut sebagai bahasa nasional yang mulai ditinggalkan.
Saya tidak akan mendebat tentang mereka yang memakai istilah asing maupun kurang memahami istilah baku Bahasa Indonesia. Tidak semua orang bisa paham dengan istilah "unggah" (upload), "tetikus" (mouse) dan istilah-istilah pembakuan lainnya. Dan saya juga tidak akan menggugat mereka yang resah dengan penggunaan istilah tidak baku seperti kata "ni'mat", "tehnik" dan sebagainya.
Tetapi menggelitik rasanya stasiun yang bernama "Metro TV" menyindir para pemakai istilah asing melalui tayangan yang berjudul Snapshot tersebut. Dan geli rasanya ketika asumsi ketidakbanggaan terhadap Bahasa Indonesia digulirkan stasiun televisi yang mempunyai program-program bernama Headline News, E-Lifestyle, Kick Andy, Metro This Week atau Sport Corner.
Foto: dkimages
5 komentar
betul....
gw juga kecewa ama Metro TV yg kadang2 suka kayak merasa paling bener...
mengkritik cara orang berbahasa, tp gak nyadar kalo dia salahnya udah banyak...
@Ipul...
Gue termasuk pelanggar berat soalnya...hehehe. Tapi ngga papalah. Creme de la creme-nya kan gue masi bisa komunikasi sama ente yang notabene orang Makassar kan yak? Dan sodara-sodara dari Sabang sampe Merauke juga bakal paham baca isi blog gue. Hehehehe...
tapi acara favorit televisi sekarang, buat gua, adalah kick andy
televisi yang lain, maaf saja, ga banyak perubahan selama dua dekade ini
ga ada sumbangsihnya untuk kemajuan peradaban orang kampung kaya gua
@Eko:
Loh, masalahnya bukan sama kualitas acara sob. Tapi Metro (via Snapshot) menggulirkan wacana ketidakbanggaan terhadap Bahasa Indonesia, sementara mereka sendiri justru menunjukkan preseden itu. Coba kalo acaranya diganti "Tendang Andy", lebih fair kan? :D
Wah ini sebenarnya topik yang hampir sering saya lontarkan ketika sedang 'nongkrong' dengan teman-teman atau orang yang saya baru kenal.Hingga muncul tayangan di snapshot yang rasanya bikin ketawa karena Metro TV sendiri juga tidak jauh beda: "tidak bangga dengan bahasanya atau kebarat-baratan!".
Tetapi yang jelas saya berharap banyak lagi yang peduli terhadap hal-hal seperti ini disaat nasionalisme kita dipertanyakan! Sampaikan walau hanya sepatah kata!.
Posting Komentar