Geek Movie (Part 2)
Minggu (13 Juli) kemarin, saya menemukan VCD American Splendor dalam tumpukan obral video di Carrefour. Dengan banderol 5000 perak, saya pi...
https://www.helmantaofani.com/2008/07/geek-movie-part-2.html
Minggu (13 Juli) kemarin, saya menemukan VCD American Splendor dalam tumpukan obral video di Carrefour. Dengan banderol 5000 perak, saya pikir lumayan juga mempunyai koleksi asli dari film rilisan 2003 yang dibintangi Paul Giamatti ini. Saya telah menonton American Splendor sebelumnya, dan eventually film ini saya masukkan dalam Top 10 Film Adaptasi Komik yang pernah saya post di blog ini.
Ironisnya, saya kembali menonton American Splendor tepat setelah hari sebelumnya saya menonton Wanted. Persamaan utama dua film itu adalah diangkat dari komik dan berkisah mengenai transformasi hidup seorang yang sangat biasa (so ordinary). Hanya saja, outputnya berkebalikan.
American Splendor adalah komik tentang kehidupan Harvey Pekar. Di dekade 80-an, Harvey membuat komik tentang kehidupannya sendiri, sebagai seorang file clerk di Rumah Sakit Veteran (membuat semacam blog dalam bentuk komik, jauh sebelum blog happening di beberapa tahun lalu). Sampai beberapa masa, komik ini mendapat banyak respon sehingga banyak orang yang menanti kisah hidup nan biasa dari seorang Harvey Pekar. Di versi film, Paul Giamatti didaulat untuk menggambarkan Pekar di bawah arahan duet sutradara Shari Springer Berman dan Robert Pulcini. Film ini adalah betul-betul film komik, dengan suatu transformasi ajaib dari panel ke panel lain. Dan kadang juga keluar dari panel, dengan menampilkan Harvey Pekar sesungguhnya untuk memberikan narasi dan testimoni. Satu bentuk seni visual yang sangat menarik dan cutting edge menurut saya.
Baik dari versi komik, maupun versi film, keduanya menampilkan sisi hidup Harvey Pekar yang sangat biasa. Lantas, apa menariknya bagi kita untuk mengikuti? Inilah yang saya bilang sebagai kebalikan dari Wanted dan komik superhero lainnya. American Splendor hanyalah berusaha jujur tentang kehidupannya, walau dengan warna-warna yang mungkin tidak sekemilau baju para pahlawan komik. Harvey Pekar seolah "mengajari" bahwa seberapapun standar jalan hidup seseorang, mungkin itu akan tetap menjadi menarik bagi orang lain. Tak perlu mengingkari takdir atau sifat kita. Seperti halnya karakter Toby Radloff yang tetap bangga menjadi nerd.
Sebuah konklusi yang muncul dari film luar biasa tentang orang biasa.
4 komentar
Belum lama saya beli DVD bajakan judulnya 'Penelope'. Mungkin film ini lebih dari geek movie, i prefer to call it queer but joyfull. Saya coba post di blog saya, tapi karna saya gak gape bikin review, jadi saya deskripsi-in cuma dengan 1 kalimat dan 1 kata. Jadi inti film itu kira2 ' You only need one simple spell to break one incredible curse'
nonton deh ......
Christina Ricci ya? Hmm...gue cari deh Dipidi-nya.
belakangan ini aku juga jadi rajin mengubrek2 dvd di carpur, nemu film aneh2... mulai yg film berpenghargaan sampe B movies, Kenapa ga nemu american splendor ini? aku suka gayanya yg graphic itu.
Masih ada lo padahal, di CF Ngagel.
Posting Komentar