Di Balik Rekor
Rekor demi rekor yang bertumbangan di Olimpiade kali ini sedikit membuat saya curiga. Jangan-jangan memang ada upaya "konspiratif"...
https://www.helmantaofani.com/2008/08/di-balik-rekor.html
Rekor demi rekor yang bertumbangan di Olimpiade kali ini sedikit membuat saya curiga. Jangan-jangan memang ada upaya "konspiratif" dari penyelenggara untuk membuat sejumlah rekor bertumbangan? Mohon dicatat, bahwa penyelenggara di sini tidak bisa sepenuhnya disematkan ke tuan rumah, Cina. Bukan rahasia lagi bila event sebesar Olimpiade juga ditunggangi banyak kepentingan sponsor. Di antaranya meng-endorse penyelenggara (sponsor resmi) dan sebagian lain mendukung atlit.
Sukses penyelenggaraan memang tidak hanya akan dikenang dari sisi ekonomis-nya saja. Mengenai berapa laba yang berhasil dikeruk panitia penyelenggara (OC), atau nilai investasi retur pasca-penyelenggaraan. Salah satu parameternya juga mengenai bagaimana Olimpiade itu akan dikenang dari sisi prestasi yang diukir selama event berlangsung. Misalnya dari jumlah pemecahan rekor, atau munculnya atlit menonjol yang lantas jadi legenda hidup olahraga. Hal-hal semacam itu akan memberikan kelanggengan citra bagi penyelenggara, atau sponsor terkait.
Jika masa lalu mewariskan nama-nama seperti Paavo Nurmi, Mark Spitz atau Carl Lewis, maka dari Beijing muncul sosok Michael Phelps. The Greatest Olympian! Tak ada yang bisa meraih emas lebih banyak daripada atlit renang asal Amerika Serikat tersebut. Secara luar biasa, Phelps turun di delapan nomor, menyabet delapan medali emas, dengan tujuh rekor dunia dan satu rekor Olimpiade!
Oke, itu sedikit mulai menakutkan. Bagaimana mungkin Phelps demikian superior, tak hanya terhadap lawan-lawannya, tapi juga ke event-event lain? Sejumlah rekor dari kejuaraan dunia seperti gampang sekali terlewati. Media massa mulai mengapungkan isu doping, karena menyebut effort Phelps tersebut sebagai "too good to be true". Hal itu, bagi saya yang konspirasis, memang menarik untuk dipertanyakan. Terlepas dari kekaguman saya terhadap dedikasi, konsentrasi dan perjuangan sosok Phelps, si hiu kolam renang ini.
Apakah tidak ada dorongan dari panitia penyelenggara yang membuat satu sistem di mana rekor bakal lebih mudah dipecahkan? Dengan teknologi, tidak ada yang tak mungkin. Misalnya dengan membuat stream kasat mata di bawah permukaan air yang mungkin akan mengakselerasi laju perenang? Atau sedikit memperbaharui sensitifitas sensor finish yang dipasang di ujung kolam, agar penghitungan waktu selesai lebih kilat? Hal yang sedikit absurd apabila kita turut mencurigai panjang lintasan kolam renang, karena itu standar yang bisa dibongkar oleh siapapun. Tapi bukannya tidak mungkin jika melihat kenekatan panitia penyelenggara di upacara pembukaan. Mereka mengganti penyanyi asli - yang kurang dianugerahi tampang "menjual" - dengan bocah lain yang mungkin sedikit lebih kamera-genik! So, another trick tidak akan sulit.
Yang jelas keberhasilan Phelps sudah menjadi mercusuar tersendiri bagi penyelenggaraan Olimpiade kali ini. Belum lagi sejumlah rekor yang dipecahkan di Water Cube, atasnama sejumlah perenang. Memang, tren-nya cenderung memperlihatkan bahwa rekor-rekor yang berkaitan dengan jargon Olimpik - citius altius fortius - akan selalu ditajamkan dari hari ke hari. Hanya saja, jika atas nama teknologi, harusnya rekor semacam itu bisa juga muncul dari kejuaraan dunia yang diselenggarakan tiap tahun. Tetapi rekor hampir pasti dipertajam di tiap penyelenggaraan Olimpiade. Dan kali ini memang lebih "ekstrim", terutama di cabang renang.
Bagaimanapun juga, ada ragam kepentingan di balik suksesnya penyelenggaraan Olimpiade modern. Di antaranya bobot oleh pertimbangan ekonomis dan politis. Karena, sekarang ini, Olimpiade tak hanya sekedar ajang tanding olahraga, tapi juga komoditas citra untuk kepentingan yang lebih besar. Olimpiade miskin pemecahan rekor tampak kurang seru dan buntutnya bakal kurang memorable. Itu sama dengan menurunnya nilai jual event empat tahunan itu di masa mendatang. Sinyal bahaya bagi pihak yang berkepentingan. So, dengan membuat nilai jual yang apik, maka banyak pihak akan "diuntungkan". Baik dari penyelenggara (IOC dan OC) atau dari para sponsor.
Itu juga bisa berarti rekor demi rekor akan selalu bertumbangan di Olimpiade guna mempertahankan gengsi event ini. Tidak percaya? Mari kita tunggu di London, tahun 2012!
Photo Source.
PS: However, saya sangat menikmati menyaksikan Olimpiade, terlepas dari pikiran gila saya di atas. Terutama dengan sukses Indonesia sabet emas di malam kemerdekaan. Olahraga tetaplah olahraga!
7 komentar
Postingan yang bagus,dan karena olimpiade ini merupakan pesta terbesar dunia olah raga pastilah segala seuatunya dipersiapkan dengan baik oleh panitia penyelenggara, Salam olah raga
Gitu ya? Termasuk pemecahan rekor dipersiapkan panitia penyelenggara ngga ya? Hehehehe...
Salut untuk si manusia ikan Phelps..Sayang atlet Indonesia tak berbuat banyak di ajang ini..
Dari tahun ke tahun hanya bisa peroleh emas dari bulutangkis...
4 tahun lagi harus ada Phelps lain dari Indonesia..
Oia kok gak ada nama diriku di blogrollnya.. Tapi mau di link-kan..
@Reni: Done that!
kenapa pemecahan rekor terjadi di olympiade?
setahu saya, atlit paling tangguh adalah atlit olympiade. ini dikarenakan metode latihan mereka memang dirancang sedemikian rupa sehingga performa sang atlit mencapai puncak pada saat penyelenggaraan olympiade. mungkin itulah sebabnya mengapa banyak rekor yang terpecahkan saat olympiade berlangsung. bukan saat kejuaraan tahunan.
berbeda halnya dengant atlit sepakbola eropa. mereka dirancang untuk mencapai puncak performa pada liga domestik dan eropa pada bulan-bulan tertentu setiap tahunnya, sehingga di arena piala dunia atau piala eropa (juni-juli) malah seringkali sudah habis.
Untuk poin bahwa atlet mungkin dipersiapkan performa-nya untuk Olimpiade, bisa jadi itu memang salah satu faktor kenapa banyak pemecahan rekor di Olimpiade. Gengsi medali di Olimpiade memang mungkin bisa memacu atlet untuk habis-habisan memenangkannya, dibanding kejuaraan reguler.
Tapi soal atlit yang paling tangguh adalah atlit Olimpiade, saya kurang setuju. Sejak awal, misi IOC menyelenggarakan Olimpiade adalah untuk "atlit amatir", dan dikotomi ini masih menghinggapi sebagian besar atlit dunia. Di luar, ada kompetisi khusus "pro" yang mungkin jadi sarangnya para atlit kelas dunia. Paling gampang bisa dilihat dari cabang sepakbola dan tinju. Olimpiade, selain sebagai sarana "bakti negara", juga dianggap satu gerbang menuju profesionalisme. Tantangan "ketangguhan" ada di dunia pro.
Contoh lain, kalo suka nonton tayangan IEX dari DWTV, bisa terlihat kalo sebetulnya Olimpiade itu memang entry level. Bagi ekstrimis, triatlon bukan lomba di trek kaya Olimpiade. Ada dekatlon yang menguji "manusia paling tangguh". Ada marathon 200 kilometer di dunia pro.
Mungkin jika dibatasi ke ajang atletik, renang dan ajang terukur yang terdisiplin, ada benarnya. Tapi jangan remehkan Kejuaraan Dunia. Seiring dengan makin banyak atlit yang "nyari makan" di olahraga, World Series sering ngasih prize money yang lebih gede. Itu bikin gengsinya naik, kalo tidak dibilang menyaingi Olimpiade.
Untuk badminton ada All England. Untuk tennis ada Wimbledon. Masih banyak lagi Nah dari situ, rasanya IOC perlu "menaikkan pamor" Olimpiade. Itu dasar paranoia konspirasisnya.
Paling mutakhir, paranoia semacam ini mulai muncul menyikapi pemecahan rekor Usain Bolt, yang juga "too good to be true". Banyak orang mulai curiga dengan handicap angin yang menunjuk angka nol, ketika Bolt bertanding di nomor 100 meter. Artinya, saat itu, yang ada cuman udara, sama sekali ngga ada angin. Bagi sebagian orang, itu terlalu aneh aja...hehehe.
Deus ex machina lah...
itulah..karena sekarang ini olahraga sudah tidak melulu soal ajang kemampuan. banyak kepentingan yang bermain di sana, utamanya kepentingan kaum kapitalis..
kecurigaan akan adanya konspirasi tentu masuk akal, apalagi kalau mengingat bahwa pamor Olimpiade semakin hari memang semakin menurun..
it make sense..
Posting Komentar