A Show for Real Fans

Ini teladan yang bagus sekali buat industri musik di Indonesia. Panitia penyelenggara (Event Organizer/EO) konser solo Eddie Vedder di Milwa...


Ini teladan yang bagus sekali buat industri musik di Indonesia. Panitia penyelenggara (Event Organizer/EO) konser solo Eddie Vedder di Milwaukee (Riverside Theatre) 19 Agustus 2008 esok, membatalkan pembelian ratusan tiket dari calo (scalpers), untuk kemudian dijual kembali ke fans yang belum kebagian.

Show Vedder sebelumnya selalu sold out dalam hitungan jam (setelah ticket box dibuka), termasuk di Riverside. Tiket tersebut banyak yang jatuh ke tangan calo yang menjual kembali sampai sampai ribuan dollar (US$ 2000 - atau 20 juta - dari harga normal US$ 75)! Madness!!

Atas kondisi ini, EO memutuskan membeli kembali tiket dari calo (refund) plus sejumlah denda bagi para calo tersebut. Kumpulan denda tersebut kemudian akan disumbangkan untuk keperluan amal ke badan yang akan ditunjuk oleh Vedder. Fans yang belum mendapatkan tiket, bisa membelinya dengan harga normal melalui sejumlah ticket box (termasuk via internet, dengan membuka situs khusus) dengan supervisi langsung dari EO.

EO sendiri melabeli aksi ini, di antaranya lewat kampanye online dengan sebuah tagline:
"SORRY SCALPERS, PABST, RIVERSIDE AND TURNER HALL BALLROOM SHOWS ARE FOR REAL FANS", dan memasang sebuah website khusus berisi kampanye anti-calo ini, serta direktori untuk membeli tiket dengan harga normal (password: NO SCALPERS). Berikut alamat website-nya:

http://pabsttheater.org/emails-resell/eddievedder


Kebijakan ini diperkirakan akan kembali dilakukan pada sisa dua show Vedder di kampung halamannya, Chicago yang juga udah sold out beberapa jam setelah ticket box dibuka sekitar awal Juli lalu.

Eddie Vedder dan Pearl Jam memang selalu mengkompromikan harga yang ideal untuk fans mereka. Balik ke 1994, mereka pernah berseteru dengan raksasa EO, Ticketmaster, karena men-charge penonton mereka untuk biaya-biaya "siluman" seperti pajak arena, dan sebagainya, yang seharusnya menjadi tanggung jawab EO. Dalam sidang anti-trust, Pearl Jam dinyatakan kalah dan harus mengorganisasi pertunjukannya melalui EO-EO kecil di tiap kota. Hal ini yang membuat manajemen dan perwakilan label PJ turut mensupervisi proses ticketing untuk setiap pertunjukannya.

Hal itu terbukti, pada tur tahun 1996 (tur internasional pertama selepas kasus Ticketmaster), yang terekam dalam dokumentari tur Asia-Pasifik, kasus calo kembali menjadi sorotan ketika dalam hitungan jam tiket Pearl Jam di beberapa kota di Australia ludes. EO kemudian menghapus nomor seri yang dibeli oleh perorangan (diasumsikan calo) dalam jumlah masif, dan kembali menjual tiket dengan harga normal ke fans hari berikutnya.

Salut untuk PJ, Ed Vedder (termasuk manajemennya), dan EO yang mereka tunjuk. They really made for FANS! So, bagi yang masih berharap PJ konser di Indonesia, kira-kira EO bisa meng-handle calo nggak?

Related

Wawancara dengan Jonathan Cohen (Bag 2)

Menyambung wawancara yang di-publish sebelumnya, berikut episode dua interview The Uncool dengan salah satu penulis PJ20, Jonathan Cohen. Inilah bagian akhir wawancara kami dengan penulis PJ20, ...

Awesome as Green Day

Rangkuman rentang karir dari band survivor abad lalu... Minggu (4/9) adalah masa saya mengunjungi suvenir peradaban lama di Jakarta. Terletak di bilangan Mahakam, daerah Blok M, Aquarius adalah art...

Blast from the Past (JRL Note)

Dulu sekali saya pernah post tulisan tentang album-album yang membentuk fondasi musik saya. Di antara selintas, ada juga beberapa album yang semalam terlintas di memori, bersamaan dengan saya meng...

Posting Lebih Baru Di Balik Rekor

Posting Komentar Default Comments

4 komentar

donlenon mengatakan...

ini dia pahlawan kita, kang Eddie! motonya: "Kang Eddie datang, penggemar senang, Calo hilang" ^_^

Anonim mengatakan...

Mantaps nih mah Vedder. mudah-mudahan kalo nantinya manggung di endonesya tercinta.... semoga.

Helman Taofani mengatakan...

@Moenjoeng:
Wah lu juga scalper tuh, suka-nya ngutak-atik scalp suami. Hahahahaha...

Anonim mengatakan...

Emmmm...kira2 bisa nggak ya EO-EO di Indonesia menang lawan calo2 itu..?

kayaknya sih susyah...

Hot in WeekRecentComments

Recent

Konser Green Day, Redemsi yang Mengisi Memori

Konser Green Day di Jakarta, Sabtu (15/2) lalu membuka banyak catatan bagi diri saya. Hajatan tersebut menjadi redemsi bagi saya atas ikhtiar yang tertunda setengah dekade.Sekitaran hari ini, lima tah...

Konser Pearl Jam Nite XII, Energi dari Kolektivitas Penampilan

Lama tak dihelat, Pearl Jam Nite XII meluncur di Bandung. Event bertajuk Alive at The Star ini diadakan di (sesuai namanya) The Star, yang menyatu dengan Avery Hotel Bandung pada hari Sabtu, 9 Novembe...

Narasi Reaktif untuk Album Pearl Jam, Dark Matter

Terpaut 4 tahun dari album terakhirnya, Pearl Jam kembali dengan meluncurkan Dark Matter yang dirilis tengah malam WIB tadi (19 April 2024).Album sebelumnya, Gigaton (2020) memegang rekor sebagai albu...

Suar Industri Sinema dalam Film Jatuh Cinta Seperti di Film-Film

Menonton "Jatuh Cinta Seperti di Film-Film" mengingatkan lagi memori sekitar awal 2000-an, mengenai jalur apa yang mesti diambil sinema Indonesia agar bisa bersaing dan punya unique selling point?Pada...

Kedekatan Dune dan Konteks Dunia Nyata

Sebagai penonton yang lumayan paham dengan sejarah Islam dan sedikit dunia Arab, film Dune jadi bisa dinikmati lebih dalam.Ada yang belum menonton Dune? Saat ini seri keduanya tengah mengisi gedung pe...

Comments

Anonymous:

Katanya menjadi ustadz,ini kok pendeta?

Faizal jam:

selalu renyah membaca tulisan helman ini, bahasa luwes & ringan, sehingga ga bosen membacanya. cuma masukan aja, ada tradisi dari PJ nite 1 hingga ke-12, yaitu koor bareng antara vocalist & au...

papa4d:

Thanks on your marvelous posting! I seriously enjoyed reading it, you may be a great author

Anonymous:

"It seems silly, like, 'We cannot have real roulette however we will to} have this,' " Lockwood says. "But it is certified everywhere in the the} country as a slot machine, not ...

Anonymous:

In Germany and lots of|and lots of} other countries, the earnings from lotteries and betting swimming pools are used to subsidize newbie sports. Major League Soccer the highest soccer league within th...

Ads

Popular

Arsip Blog

Ads

Translate

item