4x4
Berikut adalah review singkat empat film yang saya pilih di awal tahun ini untuk menutup "hutang" film-film di tahun sebelumnya. O...
https://www.helmantaofani.com/2009/01/4x4.html
Berikut adalah review singkat empat film yang saya pilih di awal tahun ini untuk menutup "hutang" film-film di tahun sebelumnya. Oh ya, maaf jika saya menonton ini dari DVD bajakan akhirnya, karena sedikit frustrasi juga menunggu filmnya rilis di bioskop lokal (Surabaya).
Hell Boy 2: The Golden Army
Saya pikir, tidak lagi banyak "kejutan" spesial efek setelah Guillermo del Toro menyajikan dengan apik film Pan's Labirynth. Aaura Lords of the Ring karya Peter Jackson juga masih sangat mempengaruhi pandangan kita mengenai visualisasi elf. Dan ketika harapan bertumpu pada karakter Hell Boy, tidak ada improvisasi ekstrim yang mengejutkan di film kedua ini. Semua masih repetisi formula film pertama dengan dialog ceplas-ceplos dan banyolan ala Hell Boy. Saya sedikit overekspektasi dengan sekuel Hell Boy kali ini. Mungkin karena pengaruh Pan's Labirynth yang (terlalu) menggembungkan harapan saya terhadap Del Toro.
Mel Gibson cukup cerdas untuk tidak menggiring kisah tentang Indian Maya ini menjadi kisah picisan macam Scorpion King atau film aksi jadul. Dengan pendekatan realis, memang film ini memberikan daya tarik tersendiri, meski kadang terlalu sadis untuk ditonton. Satu-satunya hal yang mengganggu adalah plot yang jadi relatif tertebak setelah sorotan mulai menaungi karakter Jaguar Paw. Sebagai informasi, Apocalypto adalah film yang sangat memperhatikan detail. Bahasa yang digunakan masih menggunakan bahasa Maya, dan castingnya juga rata-rata berasal dari keturunan suku Indian Maya di Amerika Tengah. Ini adalah referensi visual bagus bagi penggemar sejarah untuk melihat seputar fakta arkeologis dan historis bangsa Maya yang salah satunya kegemaran mereka mengambil jantung korban yang masih berdegup.
Perbandingan dengan Mystic River sangat tak terhindarkan. Film yang disutradarai Ben Affleck ini diangkat dari novel karya penulis yang menghasilkan Mystic River. Kesamaan tema dan setting menjadi poin kuat perbandingan. Dengan mengambil latar "child-molestation" di lingkungan sub-urban Boston (Dorchester), maka kita bisa menarik benang merah dengan Mystic River, film sukses karya sutradara Clint Eastwood di tahun 2003. Bagusnya, saya pikir Gone Baby Gone tidak terlalu kalah langkah dengan Mystic River meski dengan casting yang lebih bersahaja. Okelah jika Sean Penn menjadi susah dikejar oleh Casey Affleck, namun aksi para pendukung seperti Ed Harris dan Amy Ryan tak terlalu "outclassed" dengan penampilan Tim Robbins atau Marcia Gay Harden di Mystic River.
Highlight utama dari film ini adalah gambar sinematografi yang indah, serta tampilan kostum(bisa dibandingkan dengan kostum yang bersumber dari lukisan potret) yang sangat detail dan pas dengan deskripsi visual historis mengenai Inggris Tudor. Berkisah tentang kisah sejarah Henry VII yang "bercerai" dari Kepausan gara-gara ingin melegalkan pernikahannya dengan Anne Boleyn. Film ini berangkat dari sejumlah fakta, tetapi diterobos dari sisi penggambaran dramatis. Oleh karena itu, bagi sebagian yang mungkin menilai film ini dari aspek drama, kemistri antara Anne Boleyn (yang diperankan Natalie Portman) dan Henry VII (Eric Bana) menjadi masalah besar ketika mereka "gagal" menampilkan gambaran ikatan yang menggila hingga melahirkan aliran Gereja Anglikan. Namun bagi mereka yang ingin melihat dramatisasi kisah sejarah, akan menarik melihat penggambaran karakter kompleks di sekitar Henry VII yang didukung dengan bahasa gambar nan solid dari Kieran McGuigan.
Posting Komentar