Bittersweet Derby
Mengapa kekalahan Milan di derby kemarin (15/2) lebih sakit rasanya bagi saya, dibanding derbi-derbi sebelumnya? Karena tidak akan ada lagi ...
https://www.helmantaofani.com/2009/02/bittersweet-derby.html
Mengapa kekalahan Milan di derby kemarin (15/2) lebih sakit rasanya bagi saya, dibanding derbi-derbi sebelumnya? Karena tidak akan ada lagi derbi yang sama di masa depan. Sepanjang sejarah saya menonton sepakbola, derbi Milan selalu diisi dengan sosok nomor 3 di Milan, Paolo Maldini.
Secara simpel, bila ditanya siapakah pemain terhebat menurut Anda? Saya selalu akan jawab Maldini. Saya belum lahir ketika Pele meraja, dan saya belum tumbuh berpikir ketika Maradona menggila. Tapi saya menyaksikan dan mengagumi rentang panjang karir seorang pesepakbola, yang sejak awal debutnya hingga kini seperempat abad kemudian masih bermain di level yang sama, dan di klub yang sama.
Dan mengingat bahwa Ahad kemarin adalah derbi kali terakhir untuk sang kapten, maka saya tentu lebih sedih ketika mengetahui hasilnya bukan sesuatu yang layak untuk dikenang. Namun, secara sportif, saya juga sangat terhibur dengan besarnya respek untuk Maldini. Yang paling mengharukan bagi saya adalah ketika Curva Nord, gerombolan tifosi fanatik Inter yang sangat anti-Milan, mengibarkan banner:
'Per 20 anni nostro rivale, ma nella vita sempre leale'
(For 20 years you've been our eternal opponent, but in life you're always loyal)
Paolo lantas memberikan applaus balik untuk suporter Inter, yang saat itu tentu adalah momen yang menyentuh bagi hampir semua fans Milan, mengetahui bahwa tak ada rivalitas dan kebencian yang mengalahkan respek ke Paolo Maldini.
Maldini telah bermain untuk derbi sebanyak 56 kali (tak ada yang lebih banyak lagi), sejak usianya menginjak 17 tahun di tahun 1985. Dan penampilannya pada 15 Februari lalu adalah kali terakhir dirinya menghadapi Inter Milan. Maldini telah melawan Inter yang diperkuat Lothar Mattheus, Beppe Bergomi, Roberto Baggio, Javier Zanetti, Ronaldo, Christian Vieri, Adriano dan Davide Santon yang bahkan belum lahir ketika Maldini melakukan debutnya di sepakbola.
Well, jersey nomor 3 Rossonero sudah tidak akan ada lagi di Milan Derby selanjutnya...
Dan jersey nomor 3 itu juga akan mengarungi hari-hari terakhirnya berlaga di sepakbola. Melawan Juventus dan Roma esok juga akan menjadi yang terakhir kalinya.
Forza Paolo! Forza Grande...
Forza Paolo! Forza Grande...
2 komentar
mataku basah pas membaca kembali perlakuan tifosi Inter kepada Paolo Maldini..
he is the great player ever..
Maldini adalah legenda kota Milan, bukan hanya untuk AC Milan, tapi kota Milan...
musim depan akan sangat berbeda tanpa Il Bandiera...
we'll gonna miss you so much il capitano...
Yes...so precious. Karena level permainan dia yang ngga pernah anjlok aja selama 25 tahun. Gile boneng.
Posting Komentar