Falied Defiance
Sebetulnya saya sudah ancang-ancang ingin mendeklarasikan jika Edward Zwick resmi masuk ke preferred director versi pribadi. Film-filmnya se...
https://www.helmantaofani.com/2009/03/falied-defiance.html
Sebetulnya saya sudah ancang-ancang ingin mendeklarasikan jika Edward Zwick resmi masuk ke preferred director versi pribadi. Film-filmnya sebelum ini, Legends of the Fall dan Blood Diamond cukup memberi kesan positif bagi sutradara yang menggemari permainan nuansa dan tekstur warna ini. The Last Samurai cenderung hit and miss, secara skenario drop, namun gambar masih masuk ke standar bagus.
Begitu juga dengan ekspektasi yang dibangun jelang menonton "Defiance", film terbaru Edward Zwick yang rilis tahun lalu. Setelah Blood Diamond yang didukung akting prima Leo Di Caprio dan Djimon Honshou, kini Defiance diperkuat oleh Mr. Bond, Daniel Craig sebagai Tuvia Bielski, seorang Yahudi Belarusia yang melarikan diri dari kejaran tentara SS Jerman. Setting film ini memang berada di sebuah hutan konifer Eropa, tahun 1941, setelah Jerman melancarkan serangan ke Rusia.
Tuvia Bielski (Craig) lari bersama tiga saudaranya, Zus (Liev Schreiber), Asael (Jamie Bell), dan Aron (George McKay) ke hutan setelah orang tua mereka dibantai polisi lokal atas perintah tentara Jerman. Di hutan, mereka bertemu dengan pelarian Yahudi lain dan membentuk koloni untuk sama-sama bertahan hidup menghindari tentara SS dan polisi lokal. Selama di hutan tersebut, intrik mulai timbul antar penghuninya, seputar sikap mereka, stok makanan dan percintaan.
Cerita itu diangkat dari kisah nyata Bielski bersaudara yang diadaptasi dari buku "Defiance: The Bielski Partisans", tentang dramaturgi dari perang. Tema ini sebetulnya menjadi spesialisasi Edward Zwick bila menengok 3 film sebelumnya (Legends of the Fall, Last Samurai, Blood Diamond). Namun ada satu aspek penting yang mungkin lupa diperhatikan, yakni casting. Dulu Brad Pitt bisa blend sempurna bersama Anthony Hopkins atau Julia Ormond, kemudian kehadiran Ken Watanabe di Last Samurai, serta duet meyakinkan Djimon Honsou bersama Leonardo Di Caprio di Blood Diamond.
Kini, Daniel Craig tak mampu menanggung ekspektasi besar untuk menularkan pesonanya kepada casting pendukungnya. Kemistri yang terjadi tak tercapai, sehingga aspek dramanya menjadi kering. Itu masih ditambah dengan skenario yang terpotong-potong dan kaku (kurang lancar bertutur). Akibatnya, banyak kejadian yang terasa canggung sebetulnya untuk ukuran sebuah adegan, gambaran dari skenario kaku dan kemistri yang kurang pas.
Salah satu hal yang turut berkontribusi terhadap hal itu adalah penggunaan bahasa Inggris sebagai pengantar dialog dicampur dengan bahasa Rusia. Terasa kurang konsisten bagi saya, karena jika ingin melakukan sulih ke bahasa Inggris, tak usah mempertahankan aksen Eropa Timur, karena toh lawan bicaranya juga berbicara dalam bahasa yang sama (berbeda bila dialog terjadi antara orang Inggris dan orang Rusia dalam bahasa Inggris). Penggunaan bahasa Inggris dalam aksen Eropa Timur (patah-patah) tidak mendukung ikatan kemistri antar pemainnya.
Satu-satunya hal yang masih tersisa, disamping scoring, adalah film ini tetap mengeskpos permainan nuansa/tekstur warna untuk menunjukkan perbedaan setting. Dengan latar statis (hutan konifer), Zwick hanya bisa bermain lewat gambar perubahan musim melalui permainan warna. Dan hal ini masih sukses untuk memberikan tambahan dramatis, ketika musim gugur, musim dingin, musim semi dan seterusnya.
Well, rasanya induksi Zwick ke sutradara top versi saya tampaknya harus ditunda dulu.
Zwick filmography:
- About Last Night (1986)
- Glory (1989)
- Legends of the Fall (1994)
- Courage Under Fire (1996)
- The Siege (1998)
- The Last Samurai (2003)
- Blood Diamond (2006)
- Defiance (2008)
Posting Komentar