The Pearl Jam Legacy
24 Maret lalu, album perdana Pearl Jam, Ten, dirilis ulang dalam format Remaster dan Remix, yang diberi tajuk "Legacy Edition". Ad...
https://www.helmantaofani.com/2009/04/pearl-jam-legacy.html
24 Maret lalu, album perdana Pearl Jam, Ten, dirilis ulang dalam format Remaster dan Remix, yang diberi tajuk "Legacy Edition". Ada tujuh album lain terbentang antara rilisan aseli di tahun 1991 sampai 2009 ini. Dan akan menarik untuk mengulas, apa sebetulnya "legacy" musik dari Pearl Jam selama rentang 8 album.
Secara prinsip, band masih tetap sama dengan 18 tahun silam, meski posisi penabuh drum senantiasa berganti dari masa ke masa. Namun, sejak awal berdiri, Pearl Jam memang band dari 4 orang: Stone Gossard dan Mike McCready (gitar), Jeff Ament (bass) dan Eddie Vedder sebagai frontman. Dari keempat persona itu, fondasi musik Pearl Jam ditegakkan.
Sebelum mendirikan Pearl Jam, Stone dan Jeff adalah dua orang yang konstan berkarir di bidang musik, yang turut menarik picu revolusi musikal -dikenal dengan nama Grunge atau Seattle Sound- pertengahan 1980an. Stone adalah fan dari musik hard rock yang berkembang di dekade 70-80an. Sementara Jeff adalah penganut aliran punk yang loyal. Dari awal mereka memang bertekad untuk membentuk band yang bisa memfusi keduanya.
Kedua personil lain dari Pearl Jam, Mike dan Eddie adalah missing piece dari puzzle musik Stone dan Jeff, yang tidak tercapai di band-band sebelumnya (di antaranya Green River dan Mother Love Bone). Mike adalah fan berat dari blues rock macam Jimi Hendrix, Michael Schenker dan Stevie Ray Vaughan. Sementara Eddie adalah simpatisan gerakan punk di samping fanatisme terhadap Pete Townshend (The Who) yang (malah) dianggapnya sebagai substitusi figur ayah.
Maka, meleburlah keempat orang itu untuk menggabungkan idealisme musik mereka ke dalam sebuah band yang dibentuk melalui proses (relatif) instan. Mungkin analoginya seperti halnya Led Zeppelin terbentuk, yang berasal dari musisi-musisi berpengalaman, dan bisa langsung "take off", tanpa harus bergerilya di rimba perjuangan menembus industri musik.
Kontrak dengan Sony langsung didapat oleh Pearl Jam jelang rilis Ten. 75 persennya adalah faktor momentum, karena Seattle saat itu menjadi kolam pemancingan para A&R label besar untuk mendapatkan "the next big thing" setelah Soundgarden dan Nirvana merajai musik dunia. Dengan fondasi musik yang sudah matang, tak butuh waktu lama bagi Pearl Jam untuk segera berkibar sejajar dengan Soundgarden, Nirvana dan Alice in Chains untuk membentuk apa yang dikenal sebagai Big Four.
Album selanjutnya juga senantiasa membawa nafas yang serupa, dengan fondasi yang sama. Kecenderungan musik Pearl Jam masih tetap sama dengan apa yang mereka hasilkan pada album Ten, yakni nafas rock dan fusi dengan agresivitas dan attitude punk. Yang kemudian akan membedakan adalah kadar kematangan dan silih bergantinya drummer yang turut memberi warna bagi musik Pearl Jam kemudian.
Versus dirilis selang dua tahun dari Ten, dengan muatan agresivitas yang lebih kuat, serta lirik yang lebih tajam mengupas realita sosial. Sementara Vitalogy, album "kembar" Versus, keluar setahun setelahnya, dengan konsep yang (masih) sama. Kecuali penambahan beberapa elemen eksperimental yang menandakan secara kedewasaan, Pearl Jam tengah berproses mencari jati diri.
Pergantian drummer dari Dave Abruzzesse ke Jack Irons membawa perubahan ke album selanjutnya, No Code (rilis 1996). Dave berkarakter agresif ala drummer heavy metal, sementara Jacky lebih universal, kaya dengan ritem, melodi dan groove yang lekat dengan progressive atau art rock di era 80-an. Masuknya Jacky menjadikan ladang eksperimental Pearl Jam makin luas, karena tidak terpaku pada satu konsep saja, namun meluas ke berbagai aliran musik. Di era Jack Irons, Pearl Jam menghasilkan karya-karya yang memasukkan pengaruh folk, world music, soul, punk, dan blues asli. Lebih ke akar, bila dibanding sebelumnya yang terkesan hanya mengambil unsur permukaan dari rock dan punk.
Namun, keleluasaan mereka mengambil sisi eksperimental menjadi bumerang secara komersial, ketika dari sisi penjualan No Code terjun bebas dibanding tiga album pendahulunya. Banyak fans mainstream yang mulai berpaling, ditambah dengan fakta surutnya Grunge, serta miskinnya jumlah tur yang bisa dilakukan Pearl Jam akibat boikot mereka ke raksasa event di Amerika, Ticketmaster. Pertengahan 90-an adalah masa terberat bagi Pearl Jam, di mana masing-masing anggota juga tengah berusaha mencari jatidiri dengan berbagai side-project di luar Pearl Jam.
Masa "suram" dan pengalaman membuka diri terhadap eksperimen itu justru satu hal yang kemudian sangat berperan membentuk kedewasaan mereka. Tahun 1998, Pearl Jam kembali dengan merilis Yield. Pendekatan musik dari album kelima ini adalah mengambil saripati musik dari keempat album sebelumnya. Beberapa pengamat menyebut bahwa musik di album Yield adalah benar-benar merupakan musik original Pearl Jam, yang tidak memiliki jarak terlampau jauh dengan album-album sebelumnya. Yield kemudian menjadi fondasi kedua bagi musik Pearl Jam, meski kembali mengalami pergantian drummer.
Binaural - yang dirilis tahun 2000 bersama mantan drummer Soundgarden, Matt Cameron -, Riot Act (2003), dan Pearl Jam (self titled, 2006) mempunyai akar yang sama dengan Yield, yakni lebih kental bermain di elemen rock, serta mengambil tema universal dengan sudut pandang yang mencerminkan kedewasaan pikir mereka. Sisi yang dirasa kurang dari album-album sebelum Yield, sehingga Pearl Jam berencana membuat rilisan ulang dari ketiga album perdana mereka dengan penyesuaian konsep bermusik mereka saat ini. Sekaligus sebagai retrospeksi atas dua dekade pencapaian mereka di dunia musik, pada 2011 nanti.
Selama dua dekade karir bermusik, mereka telah melampaui serangkaian proses yang membentuk mereka. Seperti filosofi dari pearl (mutiara) sendiri, yang berasal dari fluida untuk lantas mengeras dan bernilai tinggi. Pun demikian dengan Pearl Jam, yang tengah meretas jalan mereka menuju tahapan lebih tinggi. Melalui legacy musik mereka, yang dikenang sebagai tahapan proses yang membentuk mereka.
2 komentar
keren-keren, berarti ada kemungkinan alive kembali berjaya top chart seantero jagat..
Halo!
Bila anda mencari hotel murah di Bali, silahkan menghubungi kami di 0361 7982865.
Best regards;
Made Suparta
Posting Komentar