Paradoks Berulang Michael Bay
Saya tak berpikir bahwa sebuah posting review dari bulan Juli 2007 masih relevan untuk menganalisa film keluaran Juni 2009. Tapi karena masi...
https://www.helmantaofani.com/2009/08/paradoks-berulang-michael-bay.html
Saya tak berpikir bahwa sebuah posting review dari bulan Juli 2007 masih relevan untuk menganalisa film keluaran Juni 2009. Tapi karena masih sama persis pelakunya, maka masuk akal juga jadinya...
Setelah menggali dari arsip lama di sini, saya masih bisa mengaplikasikan sebuah paradoks untuk menganalisa film-film Michael Bay:
x + y = ~
x: Adegan Dahsyat nan Heboh
y: Drama Klise yang Boring
~: Durasi Film yang Panjang
Rumus serupa masih bisa digunakan untuk menyimpulkan formulasi Transformer Revenge of the Fallen, sekuel dari film yang melahirkan rumusan tersebut. Karena merupakan gugus persamaan linear, maka di sekuel kali ini segalanya berlipat. Adegan aksinya bertambah dahsyat dan heboh, yang berbanding lurus dengan "cheesiness" kualitas cerita dan drama yang klise, plus durasi yang juga berlipat.
Seorang teman diskusi di sebuah milis film bahkan menganalogikan Transformer RotF (hey, ini mirip dengan akronim RotFLMAO - red) dengan film porno, which I totally agree. Bahwa bila kita pegang remote control, bisalah kita skip habis drama-drama dan alur yang tak penting dari Transformer untuk bisa fokus ke aksi para robot alien dari Cybertron tersebut. Sama seperti film porno di mana cerita tak lagi fundamental dalam film.
Rilis The Dark Knight telah mengubah banyak konstelasi film musim panas dan eye-candy yang diangkat dari komik atau budaya populer lain. Bahwa cerita yang berkualitas bisa setanding dengan gambar dan aksi yang ada. Maka, ketika kini Michael Bay masih melanjutkan formulanya (yang tak lagi relevan) di sekuel Transformer, menurut saya itu adalah langkah setback.
Mungkin Bay perlu merenungkan sebuah ucapan yang terlontar dari salah seorang tim sukses salah satu calon presiden ketika ditanya presenter televisi mengapa kandidat yang diusungnya terlihat kurang menguasai isu mengenai kemiskinan yang diperdebatkan? Jawabnya, karena itu debat calon presiden, bukan calon Menko Kesra. Well, Michael Bay mungkin bisa lebih fokus ke departemen aksi (kita anggap ini setara menteri) untuk sekuel selanjutnya, sementara tampuk presidensial (sutradara) bisa dimandatkan ke yang lebih "adventurous", di mana ia akan menyusun kabinet, di antaranya berisi penulis skenario yang lebih jempolan lagi.
Setidaknya tidak lagi menipu penonton dengan melipat jarak dari Petra di Yordan sampai Giza di Mesir menjadi "walking distance" yang remeh, kemudian menutupi dengan adegan aksi yang heboh. We're not that dumb.
Posting Komentar