Sembilan Distrik untuk District 9
District 1 - The Plot District 9 adalah film encounter makhluk estra terestrial dan manusia, dalam dimensi dan gaya yang sedikit berbeda ke...
https://www.helmantaofani.com/2009/10/sembilan-distrik-untuk-district-9.html?m=0
District 1 - The Plot
District 9 adalah film encounter makhluk estra terestrial dan manusia, dalam dimensi dan gaya yang sedikit berbeda ketimbang film yang sudah-sudah. Menggabungkan "Close Encounters of the Third Kind", "Evangelion"/"Patlabor" dari Jepang, dan "Blair Witch Project" (sebetulnya ada satu lagi film yang sangat bisa dibandingkan, sebuah film horor-yang judulnya saya lupa- tentang rumah angker di daerah selatan Amerika Serikat). Ini film yang memanfaatkan dimensi hiperealitas Jean Baudrillard, tapi tidak memaksakan kadar realitasnya dengan tetap memberikan pijakan hiburan kepada para penontonnya.
District 2 - The Cast and The Crew
Neil Blomkamp, sineas asal Afrika Selatan yang menjadi residen Vancouver adalah sutradara film pendek yang gemar bermain efek visual. Ini lantaran portfolionya sebagai 3D artist masih lebih panjang ketimbang karir sutradaranya. Namun dia menemukan momentum ketika menyutradari film pendek "Alive in Joburg" pada 2005, yang menarik minat sineas Hollywood Peter Jackson (sutradara Lord of the Rings). Di film tersebut (Alive in Joburg), terlibat pula nama Sharlto Copley yang menjadi aktor dan produser. Dus, ketika Peter Jackson menawarkan beberapa proyek kepada Blomkamp, maka Copley menjadi satu kesatuan paket. Kali ini dalam pengembangan skrip "Alive in Joburg", dalam film panjang bertajuk "District 9".
District 3 - Style
"Alive in Joburg", film pendek berdurasi 6 menit, yang bisa dengan mudah ditemukan dengan YouTube menampilkan gaya semi-dokumenter. Dan adaptasi LP-nya (dalam istilah kaset), "District 9", masih mengusung gaya serupa. Berupa cuplikan interview, reportase dan montase video seperti berita dan fituret-nya. Tentu agar kadar realitasnya makin tinggi, seperti halnya dulu "Blair Witch Project" kala menjadi topik hangat di pertengahan 90-an untuk memperdebatkan nyata atau maya. Metode itu menjadi semakin jamak, di antaranya yang lumayan baru adalah "Cloverfield", karya Matt Reeves.
District 4 - Anonymous Cast
Untuk mendukung gaya dokumenter, tentu sebuah film lebih sahih bila diperkuat dengan pemilihan aktor dan aktris yang cermat. Konsekuensi memilih bintang film yang sudah "punya nama" adalah akan merusak sisi hiperealitas yang tengah dibangun. Untuk itu, Sharlto Copley yang profil Wikipedia-nya masih sangat pendek (dan sampe saat tulisan ini dibuat, di IMDB belum ada foto profilnya) akan sangat cocok berperan sebagai Wikus Van Der Merwe, protagonis film District 9, sebagai petugas MNU yang diberi mandat untuk mendisiplinkan para alien pengungsi dari planet lain. Copley yang alsi Afrika Selatan juga terlihat sangat piawai melafalkan dialek Afrikaans (bila dibandingkan dengan Leo Di Capiro sekalipun di "Blood Diamond"). Ke-anonim-an Copley dan latar kulturalnya yang gayut dengan karakter Wikus adalah kombinasi yang paling pas untuk mendukung gaya Blomkamp membesut film ini.
District 5 - Alien
Nah, yang menarik, bila mengaca pada gaya "Blair Witch Project", mungkin masuknya tema alien ini akan lebih pas bila hanya berurusan dengan misteri penampakan atau encounter makhluk luar angkasa seperti yang sering kita baca di koran atau website kuning. Namun Blomkamp menyusun skenario cerita yang lebih gamblang untuk memperlihatkan kontak alien dengan manusia dengan lebih jelas. Bayangkan apabila sebuah UFO berukuan raksasa menampakkan diri di siang bolong, namun tidak terjadi havoc seperti halnya di film "Independence Day" atau "War of the Worlds". Dan makhluk alien yang tidak sesaru Klaatu di "Day the Earth Stood Still", dan tidak sesangar "Alien" di tirlogi Ripley, namun lebih seperti makhluk menjijikkan seperti krustasea sehingga dipanggil "prawn" oleh manusia.
District 6 - Allegory
Ada beberapa pelanggaran logika bila kita mengikuti dasar cerita. Namun Blomkamp tidak patuh ke logika. Ia lebih yakin untuk menampilkan sebuah alegori. District 6 adalah istilah eksis untuk sebuah lokasi historis, di mana pada akhir abad 20 kaum kulit putih menekankan eksistensi purifikasinya dengan melarang etnis lain untuk menginjakkan kaki di area dalam kota Cape Town, Afrika Selatan. Ini makin menyemi dengan adanya politik apartheid yang mulai diberlakukan sejak 1948 mengenai segregasi rasial yang ketat, sehingga diskriminasi menjadi tak terelakkan lagi. Isu rasial ini selalu hangat, dan bila kita berkesempatan ke Afrika Selatan, beberapa monumen untuk mengenang pandangan tak bermutu itu masih bisa kita jumpai. Tema ini menjadi generator cerita yang memang terasa banal ditampilkan secara alegoris oleh Blomkamp. Kaum kulit putih dalam dunia apartheid menjadi diri mereka sendiri (dengan MNU sebagai apparatus fasisme), sementara kaum kulit hitam di bawah Mandela disimbolkan sebagai alien. Spesies yang berbeda, yang dalam padangan kaum kulit putih adalah makhluk yang nista. Ini pula yang mungkin membuat Blomkamp ngotot tidak mau memindah setting keluar dari negara Bafana tersebut, karena tidak ingin mencabut konteks alegorinya.
District 7 - Transformation
Alegori itu menjadi lembut dan tak terlalu merisaukan sebetulnya untuk diabaikan para penonton yang berharap District 9 menjadi escapist movie. Adegan hiperealitas memang ditambah dengan aspek "gore" yang ditampilkan di film ini, sehingga mungkin beberapa bisa membuat sedikit mual. Namun ada juga kompensasi brilian yang tentu tak lepas dari portfolio efek visual Neil Blomkamp. Yang paling hebat tentunya peragaan senjata alien. Kemunculannya tak se-ekstravagansa film Hollywood pada umumnya (less is more), namun tetap mampu memediasi aspek naratif yang tak lazim dengan aspek hiburan. Ini yang membedakan "District 9" dari "Cloverfield" misalnya.
District 8 - Reception
Bila Anda membaca penuturan saya dari satu sampai tujuh, tentu akan sependapat bahwa "District 9" adalah sebuah film brilian yang menampilkan gaya tutur inkonvensional, namun masih menawarkan peragaan visual yang menawan, ditambah cerita yang "open book". Itu adalah syarat bagi sebuah film yang berkualitas. Namun, bila Anda langsung membaca ke bagian bawah ini, besar kemungkinan film ini menjadi kurang berkenan lantaran ekspektasi yang dibangun masih ter-euforia dengan paradoks summer-movie di bawah asuhan Michael Bay.
District 9 - Rating
Nine is the number...
Posting Komentar