Narasi Patah Hati
Once upon a time, I was single. And desperately looking. Umbaran kalimat yang dikutip dari bilik pengakuan saya di atas korelatif dengan fil...
https://www.helmantaofani.com/2010/01/narasi-patah-hati.html?m=0
Once upon a time, I was single. And desperately looking.
Umbaran kalimat yang dikutip dari bilik pengakuan saya di atas korelatif dengan film yang baru saya tonton semalam, (500) Days of Summer, yang rilis hampir tepat setahun lalu. Saya purba luarbiasa mengenai ketertinggalan dalam hal dunia perfilman, terutama rilisan tahun lalu.
(500) Days of Summer adalah film mengesankan, menurut saya, mengenai hubungan sepasang manusia. Tom (Joseph Gordon-Levitt) dan Summer (Zooey Deschanel) adalah protagonisnya, di bawah arahan sutradara "hijau" di bidang film Marc Webb. Bagi pencinta videomusik (klip), nama Marc Webb barangkali lebih tenar, dan kini ia tengah meretas karirnya sebagai high-profiler mengikuti jejak David Fincher.
Sinopsisnya sederhana, mengenai Tom yang seorang lulusan arsitek namun tersesat bekerja di sebuah penerbit kartu ucapan (macam Harvest). Tom jatuh cinta kepada Summer, yang juga rekan sekerjanya. Dari titik itu dihitung rentang perjalanan kisah mereka (yang bisa dibilang "kurang sukses" dari satu sisi) sampai angka 500 yang menjadi dasar titel.
Film ini menceritakan tentang sebuah kisah patah hati. Diceritakan dengan narasi nonlinear yang brilian, beserta perpindahan sekwens menawan, memanjakan hasrat visual. Mungkin lantaran Webb adalah seorang pekerja visual. Petunjuk alur muncul dalam bentuk hitung acak angka yang menunjukkan hari, beserta atmosfer yang tertuang dalam sketsa pemandangan musim panas.
Bagi saya, tanpa attachment emosional, film ini sudah sarat kualitas. Saya sering heran, bahwa film komedi-romantis saat ini bisa dibesut dengan cara yang sangat oke, seperti halnya "Juno" tiga tahun silam, dibanding dengan kondisi jaman saya ABG dulu. Joseph Gordon-Levitt dulu bermain di film kojo ABG 90-an, "10 Things I Hate About You", dan kini ia tampak tidak bertambah terlalu dewasa, sehingga masih layak mengisi peran sebagai pekerja fresh graduate (slot yang jarang terisi di film-film romantis) bersama Zooey Deschanel (salah satu grupis di film Almost Famous).
Kemistri antara Tom dan Summer tampak sangat nyata. Kembali ke kutipan pengakuan saya di atas, dalam satu masa, saya (dan juga kalian) pernah mengalami hal semacam itu. Tentang gulatan untuk membangun (dan mencari) sebuah hubungan, sementara definisinya kita belum begitu paham. Mengembara untuk mendapatkan tautan hati, dengan berbagai trik. Membaca buku di kereta dengan harapan bisa membuka diskusi dengan anonim, yang lantas bisa berlanjut? Memutar musik keras-keras untuk memanah atensi pujaan? Tampil menyanyi bersama band antah-berantah di atas pentas untuk mencari sematan label "oke"?
We've been there. Or at least, I did.
Oleh karena itu, tak perlu banyak eksplanasi dalam film, saya bisa langsung merasakan berseminya afeksi antara Tom dan Summer, kemudian sampai pada puncak dan bergulir jatuh ke bawah.
Kandas.
Romantisme kadang bisa ditilik dari sisi yang patah ataupun dikecewakan oleh fakta bahwa kisah cinta memiliki sisi yang fragile dan mendung. Sebuah desperasi, yang membawa kita ke narasi romansa. Formula yang dulu membuat saya tertegun menyaksikan "Eternal Sunshine of the Spotless Mind". Dan kini saya kembali tertegun melalui (500) Days of Summer, meski sirkumstansi sudah jauh berbeda.
I am happily married, with brand new family, and can absolutely feel the word "love".
Posting Komentar