Melayang Pada Hitungan Ketiga
Angka tiga adalah eksepsional. Di sepakbola, dikenal istilah hattrick, apabila seorang pemain menggelontorkan tiga buah gol ke gawang lawan....
https://www.helmantaofani.com/2010/02/melayang-pada-hitungan-ketiga.html
Angka tiga adalah eksepsional. Di sepakbola, dikenal istilah hattrick, apabila seorang pemain menggelontorkan tiga buah gol ke gawang lawan. Hattrick menjadi konsesnsus umum pada hitungan tiga, menunjukkan bahwa sebuah eksepsional dimulai ketika kuota mencapai bilangan tiga.
Jason Reitman baru mempunyai tiga buah portfolio di industri film mainstream. Debut industrialnya adalah ketika dia memvisualisasikan profesi PR sebuah megakompani rokok dalam diri Aaron Eckhart dalam film "Thank You for Smoking". Film yang menuai pujian dan melambungkan nama Jason sejajar dengan ayahnya, Ivan Reitman yang pernah membuah dua seri "Ghostbusters". Itu adalah debut gemilang, Ratusan sutradara lainnya mempunyai debut gemilang. Quentin Tarantino dengan "Reservoir Dogs", Marc Webb dengan "(500) Days of Summer". Mel Gibson dengan "Braveheart".
Lalu ada film kedua Reitman (Jason), kali ini tentang setting tak lazim, kisah drama-komedi hamil di luar nikah berjudul "Juno". Ellen Page melambung sebagai Juno, di mana dialog-dialog lugas meluncur berkat bantuan skrip Diablo Cody. Namun tentu whole-package dari Reitman sangat membentuk Juno sebagai salah satu fenomena film noughties. Dua film perdana yang berkualitas, certified "fresh" di situs kritik Rotten Tomatoes dengan angka absolut. Bisa dibilang Jason Reitman mencetak dwigol. Quentin Tarantino masih melakukannya dengan dwisukses menyusul rilis film keduanya, "Pulp Fiction". Banyak sutradara lainnya juga bisa melakukan capaian dobel. So, dua masih tahap ekselen, belum eksepsional.
Di akhir 2009 lalu, muncul film ketiga Jason Reitman. Lagi-lagi tentang fenomena "offbeat", seorang berprofesi "pemecat" karyawan yang menjadi frequent business traveler, berjudul Up in the Air. George Clooney menjadi protagonis utama bernama Ryan Bingham, dalam karakter yang tertulis di kalimat sebelumnya. Bila dobel pencapaian Reitman belum memuaskan Anda (yang belum mencoba "Up in the Air"), pertimbangkan fakta bahwa Clooney sangat brilian memilih film yang memakai jasanya sebagai aktor (terutama tiga tahun belakangan). Film-film Clooney yang juga "offbeat drama" tak tertandingi oleh aktor lainnya bila menyebut "Michael Clayton", "Burn After Reading" atau "Syriana". Di "Up in the Air", Clooney bermain sangat prima yang membuatnya diganjar nominasi "Best Actor" di Academy Awards 2009. Pendamping Clooney adalah Vera Farmiga, peran sekunder yang mirip versi Ryan Bingham versi wanita. Penampilan Vera sebagai Alex -scene stealer- di sini juga membuatnya masuk dalam kandidat "Best Supporting Actress" untuk merebut Oscar.
Jalan cerita "Up in the Air" masih offbeat dan banyak hal-hal yang tak familiar dengan penonton menjadi kunci dalam cerita. Siapa yang tahu tentang prosedur pengepakan, poin mil terbang, membership hotel dan segala yang Anda perlukan dalam sebuah business trip? Core kisahnya hanyalah sebuah problem filosofi kehidupan yang sedikit menyentuh kehidupan George Clooney di dunia nyata, mengenai pilihan untuk menetap atau mengembara. Itu adalah cerita klasik drama-komedi yang membuncah di antara katalog film sejenis Hollywood. Lalu bagaimana menggabungkan elemen setting yang tak wajar dengan kisah yang awam?
Di situ letak kehebatan Jason Reitman. Ia adalah seorang pencerita yang andal. Adegan demi adegan dirangkai dengan transisi-transisi menarik. Visualisasi penceritaan sebuah proses sepenuhnya menggunakan bahasa visual, untuk mengurangi banyaknya kutipan-kutipan yang harus Anda ingat dari dialognya. Itu tentu membuat narasi film ini menjadi meluncur cepat -well paced- dan mulus. Ini mengulangi apa yang dicapai Reitman dalam Smoking dan Juno, sebagai penutur dan visualisator skrip brilian.
Up in the Air mendapatkan rating yang tinggi dari berbagai kritikus film dan konsensus pemirsa di MetaCritic atau Rotten Tomatoes. Bila dideret dengan Smoking serta Juno, maka Up in the Air menjadi bilangan ketiga pencapaian Reitman. Bilangan sakral yang di dunia sepakbola disebut dengan hattrick. Quentin Tarantino sedikit drop di effort ketiganya lewat "Jackie Brown".
Namun Reitman bisa melalui rintangan ketiga untuk layak disebut sebagai pencapaian eksepsional. Maka, bila Quentin dengan raihannya sudah bisa membentuk mahzab Tarantinian, Reitman kini sudah bisa membentuk sektenya.
Dengan saya mengikrarkan diri menjadi pemeluknya.
Posting Komentar