Bermain Pasir di Stockton Beach - Sydney Travelogue Pt. 10

Mungkin saya telah menemukan (satu lagi) jawaban dari pertanyaan apung di catatan keenam tentang Bondi dulu. Mengapa warga Australia malah...



Mungkin saya telah menemukan (satu lagi) jawaban dari pertanyaan apung di catatan keenam tentang Bondi dulu. Mengapa warga Australia malah memadati Bali, bila faktanya mereka adalah penduduk pesisir?

Sedikit berbalik ke kondisi Australia, semenjak "ditemukan" oleh orang Eropa, perkembangan permukiman warga Australia memang tak jauh-jauh dari pesisir. Mereka bahkan langsung mengkategorikan benua menjadi tiga layer, berupa daerah urban, rural dan outback. Nama terakhir ini sebutan untuk dataran gersang yang menjadi ciri 2/3 kontinen. Nyaris semua kehidupan urban berada di pesisir, dari Darwin dan Cairns di utara, sampai ke Melbourne dan Perth di selatan. Jadi, mestinya mereka akrab dengan kehidupan marina. Dan makin menambah beban pertanyaan lagi, mengapa mereka masih berburu pantai ke jiran?

Bila iklim menjadi salah satu asumsi yang saya buat di catatan tentang Bondi, maka kunjungan ke pantai Birubi ini adalah fakta lain. Birubi adalah pantai wisata, yang berbeda karakter dengan Bondi. Bondi adalah pelarian kaum urban, mengingat kedekatannya dengan kehidupan metropolitan. Sementara Birubi adalah sampel dari pantai yang secara alamai menjadi destinasi. Ini seperti membayangkan Parangtritis yang hip di Jogja dengan ragam pantai di Wonosari.

Sebagai pantai alami, Birubi - menurut pendapat saya - cenderung biasa saja. Kondisi geologis karang yang membujur di pesisir timur Australia membuat model pantainya sama semua. Yakni di antara bebatuan karang, bila ada sedikit pasir dan dataran yang lumayan luas, maka itu memenuhi kriteria sebagai sebuah pantai wisata. Itu juga yang terjadi dengan Birubi, selain daya tarik banyaknya Pipi, moluska yang banyak terdapat di daerah itu - yang dulunya banyak diburu, dan sekarang dilindungi. Jadi kondisi pantai alami di negeri kita memang relatif lebih unggul.

Oh, bila saya bicara mengenai "sedikit pasir", itu tak berlaku untuk Birubi yang bersebelahan dengan Stockton Beach, pantai panjang yang membentang 32 kilometer dari Birubi di Anna Bay sampai mendekati kota Newcastle. Bentangan yang penuh dengan pasir, membuatnya seperti padang pasir yang sangat luas! Bila Anda pernah berkunjung ke Parang Kusumo, pantai di Jogjakarta, maka kondisinya hampir sama, tentu saja jauh lebih bersih.

Stockton Beach penuh dengan raham kontur yang membentuk gunung-gunung pasir, seperti Sahara, sehingga penduduk lokal menyebutnya gundukan pasir, alias sand dune. Bila di Parang Kusumo itu menjadi spot favorit untuk berpura-pura di Arab (saya pernah latihan manasik haji ketika kecil di sana), maka sand dune di Stockton Beach juga digunakan untuk wisata. Terdapat berbagai moda untuk menelusuri panjang pantai ini. Yang paling populer adalah kendaraan 4WD yang akan mengantar kita ke beberapa objek di sepanjang pesisir Stockton Beach. Alternatif lain, kita bisa menunggang kuda atau unta bila ingin sedikit merasakan sensasi kaum badui.

Wisata sand dune yang kami ambil adalah seluncur pasir. Mirip dengan snowboarding, hanya saja ini di atas pasir. Meluncur dari gundukan menggunung yang bisa kami pilih (dari ketinggian sekitar 12 meter sampai 40 meter!), yang berbanding lurus dengan seberapa lama adrenalin dipompa. Untuk menuju ke gundukan spot sandboarding, mobil 4WD siap mengantar dari pantai Birubi memasuki belantara pasir. Di padang pasir ini banyak sekali piramida beton dengan tinggi sekitar 80 senti dipasang menyusuri pesisir Stockton Beach. Mulanya saya berpikir ini adalah petunjuk alur bagi mobil 4WD supaya tak tersesat. Ternyata itu bukan hanya piramid beton biasa, namun mempunyai nilai historis.

Piramida beton yang dipasang di pesisir Stockton Beach tersebut adalah barikade yang dipasang tentara Australia sebagai "anti-tank" dalam perang dunia kedua. Stockton Beach adalah incaran pendaratan tentara Jepang, karena memiliki garis pantai yang panjang (sehingga lebih aman untuk pendaratan massal), di samping fakta lokasi strategis Port Stephens seperti yang saya tulis di catatan sebelum ini. Untuk itulah barikade piramida beton itu dipasang untuk menahan laju tank negeri matahari terbit. Namun, Jepang tidak pernah sempat mendarat di Stockton Beach, dan baru sempat "mencicipi" bagian utara Australia ketika perang usai. Sekarang, piramida historis itu masih berdiri sebagai memori. Dan untuk hal ini, saya pikir Australia memang rajin merawat benda-benda sejarah mereka.

Anyway, setelah sampai di gundukan pasir pertama maka kesenangan dimulai! Dengan sedikit instruksi, peserta sandboarding sudah bisa meluncur. Bila memilih dune yang tinggi, maka disarankan meluncur dengan posisi duduk. Bila relatif rendah dan ingin mencoba ala peseluncur profesional (dengan berdiri) boleh-boleh saja. Tergantung nyali masing-masing karena memang relatif tidak terlampau bahaya dengan pasir yang betul-betul lembut (dan sangat kecil sampai tak terasa bila kita "ngemil" pasir dalam jumlah banyak). Memilih tebing yang tinggi memang asyik, tapi konsekuensinya kita harus mendaki yang lumayan melelahkan untuk kembali ke atas (dengan memutar supaya tidak merusak kontur gundukan).

Satu-dua luncur saya pikir cukup untuk pengalaman baru ini. Saya lebih suka melihat hamparan pasir yang meluas ini sambil menatap Samudera Pasifik di kejauhan sambil membayangkan antisipasi invasi tentara Jepang di masa lampau. Sebagai benua yang mengandalkan pesisir, Australia punya tugas berat untuk mengawasi garis pantainya. Di masa kini, pekerjaan itu juga berarti mengawasi dari penjahat-penjahat lingkungan yang siap mencemar atau merampas spesies-spesies makhluk hidup. Manusia yang datang di benua ini sekarang punya tanggung jawab untuk menjadi garda ekosistem. Dan saya pikir ini cukup menarik untuk dilihat sebagai salah satu pencapaian Australia, yang saya buktikan antaranya di perjalanan lanjutan menelusuri Port Stephens.

Related

Makkah, Kota Muslimpolitan

Arab Saudi adalah negara yang sejahtera. Sebagai eksportir minyak terkemuka, negara kerajaan ini bisa dibilang amat kaya malah. Oleh karena itu, meski tak sekosmopolit negara Emirates, kota-kota d...

Haji, Percakapan Acak Antar Bangsa

Tiba waktu salat adalah saatnya keynote speaker dalam "World Muslim Summit" yang diikuti jamaah haji. Di Masjidil Haram, ketika sang imam memerintah merapikan barisan (saf), siapa berdiri di sampi...

Saya Mengeluh, Tuhan Menjawab

Orangtua saya mengibaratkan melakukan ibadah haji itu seperti dipanggil oleh Ketua RT. Setelah dipanggil, pertanyaan dari tetangga dan mungkin istri biasanya berkisar pada pertanyaan:  "Ta...

Posting Komentar Default Comments

Hot in WeekRecentComments

Recent

Konser Green Day, Redemsi yang Mengisi Memori

Konser Green Day di Jakarta, Sabtu (15/2) lalu membuka banyak catatan bagi diri saya. Hajatan tersebut menjadi redemsi bagi saya atas ikhtiar yang tertunda setengah dekade.Sekitaran hari ini, lima tah...

Konser Pearl Jam Nite XII, Energi dari Kolektivitas Penampilan

Lama tak dihelat, Pearl Jam Nite XII meluncur di Bandung. Event bertajuk Alive at The Star ini diadakan di (sesuai namanya) The Star, yang menyatu dengan Avery Hotel Bandung pada hari Sabtu, 9 Novembe...

Narasi Reaktif untuk Album Pearl Jam, Dark Matter

Terpaut 4 tahun dari album terakhirnya, Pearl Jam kembali dengan meluncurkan Dark Matter yang dirilis tengah malam WIB tadi (19 April 2024).Album sebelumnya, Gigaton (2020) memegang rekor sebagai albu...

Suar Industri Sinema dalam Film Jatuh Cinta Seperti di Film-Film

Menonton "Jatuh Cinta Seperti di Film-Film" mengingatkan lagi memori sekitar awal 2000-an, mengenai jalur apa yang mesti diambil sinema Indonesia agar bisa bersaing dan punya unique selling point?Pada...

Kedekatan Dune dan Konteks Dunia Nyata

Sebagai penonton yang lumayan paham dengan sejarah Islam dan sedikit dunia Arab, film Dune jadi bisa dinikmati lebih dalam.Ada yang belum menonton Dune? Saat ini seri keduanya tengah mengisi gedung pe...

Comments

Anonymous:

Katanya menjadi ustadz,ini kok pendeta?

Faizal jam:

selalu renyah membaca tulisan helman ini, bahasa luwes & ringan, sehingga ga bosen membacanya. cuma masukan aja, ada tradisi dari PJ nite 1 hingga ke-12, yaitu koor bareng antara vocalist & au...

papa4d:

Thanks on your marvelous posting! I seriously enjoyed reading it, you may be a great author

Anonymous:

"It seems silly, like, 'We cannot have real roulette however we will to} have this,' " Lockwood says. "But it is certified everywhere in the the} country as a slot machine, not ...

Anonymous:

In Germany and lots of|and lots of} other countries, the earnings from lotteries and betting swimming pools are used to subsidize newbie sports. Major League Soccer the highest soccer league within th...

Ads

Popular

Arsip Blog

Ads

Translate

item