Highway to North - Sydney Travelogue Pt. 09

Catatan perjalanan hari kedua akan dimulai dari notes kesembilan! Saya sendiri tidak tahu kapan notes ini akan berakhir, karena tentu saja...



Catatan perjalanan hari kedua akan dimulai dari notes kesembilan! Saya sendiri tidak tahu kapan notes ini akan berakhir, karena tentu saja masih ada dua hari lagi untuk diabadikan dalam travelog ini.

Alasan yang kuat bagi saya dan Gina untuk menghentikan aktivitas belanja pada hari pertama, Kamis (4/3) adalah karena di hari kedua ini tercatat di jadwal bahwa kami harus sudah siap jam 8 pagi untuk menempuh perjalanan ke utara sejauh 160 kilometer (kurang lebih). Tepatnya ke daerah Port Stephens, sebuah ceruk (dengan kondisi geografis seperti Sydney) yang berbatasan dengan samudera pasifik, dan merupakan lokasi beberapa objek wisata marina. Di itinerari, sebetulnya tertulis tiga buah destinasi, dua di antaranya wisata berbasis kelautan, berupa melihat lumba-lumba dari kapal dan berseluncur pasir (pantai tentunya). Satu lagi adalah wine tasting di Hunter Valley, lokasi yang cukup bercabang dari Port Stephens. Jadi, tidak mengherankan saya bila kemudian itinerari yang nyeleneh dari jalur dicoret untuk efisiensi perjalanan. Jadilah tur hari kedua ini murni wisata marina!

Port Stephens ini dulunya merupakan pantai yang diincar oleh tentara Jepang untuk mendaratkan pasukannya. Dengan menguasai Port Stephens, maka tentara musuh bisa segera bergerak merebut dua kota vital, Brisbane di utara, dan Sydney di selatan. Letaknya memang di antara dua kota besar Australia tersebut, yang dihubungkan dengan jalan raya nomer wahid mereka, Pacific Highway (memang bernomer kode: 1). Pacific Highway adalah jalan raya besar (dengan bagian besarnya berupa "freeway" alias jalan tol) yang menjadi jejalur utama bagi lintas timur benua Australia. Menghampar dari Sydney (dan dikembangkan jauh sampai selatan) sampai ke Brisbane dengan melewati beberapa taman nasional, danau, dan pinggir samudra, melewati jalan ini bagi saya sudah menjadi wisata sendiri. Dari Sydney ke Port Stephens, setidaknya, kita juga akan disuguhi dengan pemandangan sungai Hawkesbury yang sangat luas, taman nasional Ku-Ring-Gai dan juga bebatuan cadas yang merupakan identitas geologis Australia. Cadas ini tidak diratakan, malah digunakan sebagai pembatas jalan dua arah. Bagi saya itu adalah karya skulptur jalan raya yang brilian!

Anyway, jalan tol di sini gratis, tidak perlu bayar. Jadi tidak ada gerbang tol dan sebagainya. Namun jangan harapkan Anda bisa ugal-ugalan di sini, karena banyaknya speed camera yang siap menangkap oknum penjahat jalanan dan pelanggar speed limit. Bagi yang nekad, siap-siaplah kehilangan SIM dan juga mesti membayar denda dengan jumlah besar. Adanya speedcam ini efektif untuk "menghilangkan" presensi dari polisi-polisi lalu lintas, bahkan di kota Sydney sendiri. Saya pikir, saya malah belum pernah melihat seragam polantas selama di Sydney, karena praktis semua masih bisa diatur dengan sistem yang mereka jalankan.

Meski tak berbayar, akses yang kami lalui di Pacific Highway ini memang layaknya jalan tol. Bebas hambatan, namun juga masih dalam koridor nyaman karena sopir tidak menjadi ugal-ugalan. Masih ada area-area untuk berhenti darurat lengkap dengan fasilitas komunikasi. Rest Area resmi tidak banyak, hanya di jarak-jarak tertentu, namun selalu ramai. Korelatif dengan peraturan yang menyatakan bahwa pengemudi kendaraan jarak jauh (termasuk bis yang kami tumpangi) wajib berhenti setiap jarak 80 kilometer. Ini artinya juga berlaku untuk bis yang kami tumpangi, ketika berhenti di rest area di daerah bernama Wyong. Memberi waktu bagi penumpang untuk buang hajat, sementara sopir bersantai sejenak, mungkin sambil minum kopi, supaya tetap segar. Ini sangat efektif menekan potensi kecelakaan yang melibatkan konsentrasi pengemudi.

Wah, saya membayangkan hal ini jadi regulasi di negara kita, tentu akan jarang kecelakaan yang merenggut banyak nyawa akibat konsentrasi pengemudi menurun...

Setelah dua jam perjalanan, kami meninggalkan Pacific Highway menuju Nelson Bay Road yang mengantar ke Port Stephens. Bila di Pacific Highway kami melihat alam Australia, maka di jalan menuju Port Stephens ini pemandangan berganti dengan kehidupan ranch di Australia. Kami melewati ladang dan lahan pertanian yang luas nan hijau, dengan kuda dan binatang-binatang ternak lain berkeliaran bebas. Sekitar 15 menit perjalanan, rambu-rambu petunjuk wisata marina mulai muncul, tanda kami sudah dekat dengan perairan. Ada jalur menuju Nelson Bay, Salamander Bay dan Anna Bay. Tujuan kami adalah ke Anna Bay, pantai yang berada di wilayah selatan dari kawasan marina Port Stephens. Makin mendekat ke laut, lahan peternakan makin menyempit, berubah ke permukiman permanen dan area karavan. Daerah-daerah hijau mulai bertransformasi dengan munculnya pasir-pasir pantai berwarna krem, sebelum Samudra Pasifik benar-benar terlihat memancarkan birunya.

Inilah Pantai Birubi, fragmen dari Anna Bay, bab pertama dari wisata marina di Port Stephens.

Related

travelogue 1425749230980855828

Posting Komentar Default Comments

Hot in WeekRecentComments

Recent

Konser Green Day, Redemsi yang Mengisi Memori

Konser Green Day di Jakarta, Sabtu (15/2) lalu membuka banyak catatan bagi diri saya. Hajatan tersebut menjadi redemsi bagi saya atas ikhtiar yang tertunda setengah dekade.Sekitaran hari ini, lima tah...

Konser Pearl Jam Nite XII, Energi dari Kolektivitas Penampilan

Lama tak dihelat, Pearl Jam Nite XII meluncur di Bandung. Event bertajuk Alive at The Star ini diadakan di (sesuai namanya) The Star, yang menyatu dengan Avery Hotel Bandung pada hari Sabtu, 9 Novembe...

Narasi Reaktif untuk Album Pearl Jam, Dark Matter

Terpaut 4 tahun dari album terakhirnya, Pearl Jam kembali dengan meluncurkan Dark Matter yang dirilis tengah malam WIB tadi (19 April 2024).Album sebelumnya, Gigaton (2020) memegang rekor sebagai albu...

Suar Industri Sinema dalam Film Jatuh Cinta Seperti di Film-Film

Menonton "Jatuh Cinta Seperti di Film-Film" mengingatkan lagi memori sekitar awal 2000-an, mengenai jalur apa yang mesti diambil sinema Indonesia agar bisa bersaing dan punya unique selling point?Pada...

Kedekatan Dune dan Konteks Dunia Nyata

Sebagai penonton yang lumayan paham dengan sejarah Islam dan sedikit dunia Arab, film Dune jadi bisa dinikmati lebih dalam.Ada yang belum menonton Dune? Saat ini seri keduanya tengah mengisi gedung pe...

Comments

Anonymous:

Katanya menjadi ustadz,ini kok pendeta?

Faizal jam:

selalu renyah membaca tulisan helman ini, bahasa luwes & ringan, sehingga ga bosen membacanya. cuma masukan aja, ada tradisi dari PJ nite 1 hingga ke-12, yaitu koor bareng antara vocalist & au...

papa4d:

Thanks on your marvelous posting! I seriously enjoyed reading it, you may be a great author

Anonymous:

"It seems silly, like, 'We cannot have real roulette however we will to} have this,' " Lockwood says. "But it is certified everywhere in the the} country as a slot machine, not ...

Anonymous:

In Germany and lots of|and lots of} other countries, the earnings from lotteries and betting swimming pools are used to subsidize newbie sports. Major League Soccer the highest soccer league within th...

Ads

Popular

Arsip Blog

Ads

Translate

item