Enigma Pippo
Filippo Inzaghi adalah seorang "pelayan" luar biasa. Ia mendedikasikan 9 tahun terakhir untuk mengabdi kepada Milan. Jelang satu d...
https://www.helmantaofani.com/2010/11/enigma-pippo.html
Filippo Inzaghi adalah seorang "pelayan" luar biasa. Ia mendedikasikan 9 tahun terakhir untuk mengabdi kepada Milan. Jelang satu dekade berbaju merah hitam, Pippo berikan enigma bagi manajemen Milan dan Inzaghi sendiri. Bertahan atau lepas?
Tiga kata yang hanya memuat dua solusi. Raihan 79 gol dari 193 partainya bersama Milan tentu merupakan pertimbangan bahwa striker 37 tahun ini adalah salah satu pahlawan Milan. Prestasi Pippo di Milan sudah melebihi klub-klub sebelumnya, termasuk Juventus yang memanggungkannya ke pentas dunia. Maka, akan sangat indah sebetulnya bila Pippo bersedia menuntaskan karirnya dengan tetap berbaju rossonero. Namanya akan selalu tergrafir abadi, termasuk dwigolnya ke gawang Liverpool pada final Liga Champions 2007.
Milan sendiri menunjukkan itikad baik melalui Adriano Galliani yang akan menjamin perpanjangan kontrak Inzaghi. Namun tak ada jaminan bahwa perpanjangan kontrak juga berbanding lurus dengan kesempatan bermainnya. Ini hal yang berbalik enigmatif bagi manajemen Milan. Mereka mempunyai Robinho, Pato dan Ibra yang bisa berkembang bersama beberapa tahun menjelang. Secara virtual, tak ada tempat bagi striker kelahiran Piacenza, 9 Agustus 1973 tersebut.
Pilihannya kini, bila terus bertahan bersama Milan, adalah menjaga ambisinya untuk bisa terus diandalkan pada saat-saat sekunder. Sesuatu yang dijawabnya musim ini kala mencetak 4 gol dari 5 partai yang ia lakoni. 90 persennya bermula dari bangku cadangan. Selaras dengan hukum alam usianya yang menua, ini adalah opsi aman bagi Pippo. Masih bermain di level atas, meski kontribusinya kian mini.
Pertanyaannya, apakah itu sesuai dengan cita-citanya? Ini membawa ke opsi kedua bila Pippo memutuskan hengkang.
Secara sentimentil memang patut disayangkan bila Pippo pindah klub. Namun Milan juga harus sadar bahwa hasrat dan ambisi Pippo mungkin masih besar, dan itu artinya tidak sejalan dengan visi manajemen untuk memupuk pemain yang disiapkan di masa depan. Kontrak Pippo yang akan habis akhir musim ini menjadikannya eligible menggaet kesepakatan dengan klub lain pada tengah musim. Kesempatannya untuk pergi dan mengejar ambisi pribadinya bisa terwujud manakala klub semenjana datang dan menawarinya kontrak. Jaminan tempat reguler tentu bisa menggoyahkan iman Pippo.
Bola ada di tangan Pippo sekarang. Apakah ia akan menghabiskan masa edarnya dengan memudar klub yang bergengsi. Atau menolak hukum alam dengan pindah ke klub yang menjaminnya tampil di 30 lebih partai semusim?
Posting Komentar