Mr Recordman
I'm out of words, mungkin apresiasi patut ditautkan kembali ke sebuah artikel yang pernah saya buat tiga tahun lalu untuk BlogFam. Anda ...
https://www.helmantaofani.com/2010/11/mr-recordman.html
I'm out of words, mungkin apresiasi patut ditautkan kembali ke sebuah artikel yang pernah saya buat tiga tahun lalu untuk BlogFam. Anda bisa membacanya di sini.
Tapi pertandingan AC Milan vs Real Madrid semalam sekali lagi me-refresh keyakinan saya bahwa kerja keras adalah variabel yang lebih besar daripada bakat. Kemauan adalah variabel yang lebih kuat daripada keberuntungan. Tanyakan pada Inzaghi.
Entah kebentulan atau tidak, tajuk tabloid Bola edisi Selasa ini mengangkat pledoi Dwi Widjatmiko tentang skuad "tua" Milan yang akan dipaparkan dengan pasukan "kinyis-kinyis" Madrid. Kombinasi umur Gattuso, Seedorf dan Inzaghi lebih besar dari jumlah usia separuh starter Madrid di Bernabeu pada leg pertama. Dan leg kedua adalah jawaban sahih pendapat Wiwid yang mungkin tak populer bahkan di kalangan tifosi Milan.
Bagi saya, orang yang mengerti Inzaghi adalah mereka yang bisa mendalami karakter orang untuk tak berhenti di permukaan. Di dunia sepakbola, siapa yang lebih jago daripada Il Speciale, Jose Mourinho?
Jelang leg pertama (matchday 3) duel Real Madrid vs AC Milan, Jose Mourinho berujar bahwa ia tak berharap Massimiliano Allegri menurunkan Filippo Inzaghi dalam starting XI di stadion Bernabeu. Pengamat menganggap itu adalah psy-war, justru supaya Allegri menurunkan Inzaghi, pilihan penyerang yang menurut mereka lebih "jinak" ketimbang Ibrahimovic, Pato, Ronaldinho dan Robinho.
Mourinho jelas lebih paham pebola daripada para pengamat. Hal serupa pernah dikatakannya saat Mou menangani Internazionale. Kunci dua kemenangan Beneamata di derby Milan, menurut Mou, adalah karena Milan tak menurunkan Inzaghi. Ia tentu paham bahwa dengan antusiasme, semangat dan gaya bermain Inzaghi, konsep "cufflink" yang ia bangun di permainannya bisa rusak.
Dua gol Pippo, lajang 36 tahun asal Piacenza, ke gawang Madrid di matchday 4 Liga Champion semalam (3/11) juga membenarkan artikel FourFourTwo bulan Oktober. Bahwa kerja keras dan latihan intensif adalah faktor utama pembentuk atlit berprestasi. Handicap usia bisa dikalahkan dengan kemauan dan antusiasme. Tengok selebrasi Inzaghi yang bisa dibandingkan dengan rekaman YouTube semenjak ia ditemukan di Atalanta musim 1996/1997. Steven Tyler bilang "Same Old Song and Dance".
Kisar dua minggu lalu, saya juga kebetulan menonton film berjudul RED. Mengenai para pensiunan CIA namun masih energik. Saya ingat betul satu adegan kala karakter Marvin yang diperankan John Malkovich menembakkan pistol ke arah agen yang lebih muda. Kata-kata yang diucapkannya rasanya pas untuk di-echo Inzaghi ke hadapan yunior, pengamat bola, dan semua yang meragukannya dengan raihan 70 gol di pentas eropa di atas Raul dan Gerd Muller (rekor) dan 150 gol untuk Milan melewati Marco Van Basten (rekor lagi).
"Old man, my ass!"
Posting Komentar