Beli "Ori"
"Lucu nih, baru liat teasernya aja udah ngakak," tulis seorang kawan di Twitter mengenai serial televisi 30 Rock. "Eh, saya a...
https://www.helmantaofani.com/2011/11/beli-ori.html?m=0
"Lucu nih, baru liat teasernya aja udah ngakak," tulis seorang kawan di Twitter mengenai serial televisi 30 Rock.
"Eh, saya ada tuh season 1-nya lengkap dalam format box set DVD ori," respon saya via reply di microblogging yang sama.
"Wuidiih, maenannya ori. Ngeriii."
Well, itu memang candaan yang biasa dari kawan saya. Ori di sini maksudnya original, authentic, legal. Tapi saya sempat berpikir sejenak, kenapa saya selalu menyenangi prestise mengoleksi barang (dan jasa) yang ori? Dan uniknya, saya bukan tipe orang yang "anti piracy".
Jawaban mengapa saya mengoleksi atau membeli CD asli band pujaan saya tak usah diulas. Demikian juga dengan beberapa koleksi film yang saya suka. Meski tak sepenuhnya puritan orisinil, tapi bila saya suka dan terkesan dengan film, biasanya saya memburu versi koleksinya, yang tentunya ori.
Berbicara jersey sepakbola, ada satu footer menarik user Kaskus yang menyangkut dalam pikiran saya. "Belilah jersey ori klub kesayangan Anda. Itu akan membantu klub kesayangan Anda jadi lebih kuat di musim mendatang." Silahkan dirunut sendiri jalan dan logika kualitatifnya, tapi memang faktanya demikian.
Koleksi ori ini tak hanya menyangkut barang. Saya juga menggunakan fasilitas Uber Twitter berbayar, tercatat sebagai premium member sejumlah situs (jangan lupa, premium adalah untuk golongan tidak mampu - menurut Pertamina), dan kadang mendonasikan sebagian uang untuk Wikipedia, Postcrossing, Kaskus, dan sebagainya. Sama halnya dengan saya menjadi member unduh legal dari sebuah situs yang memungkinkan saya membeli mp3 (resmi) secara eceran. Itu juga mungkin termasuk "perilaku ori".
Sesungguhnya saya tidak mengincar prestise sebagai pemilik barang (dan jasa) ori. Toh autensitas mp3 yang saya punya juga tidak ada bedanya dengan mp3 hasil unduh ilegal. Hal itu sekedar menghargai para kreator dan orang-orang di balik sesuatu yang amat saya suka. Pengembang Uber Twitter berjasa membuat aplikasi yang bisa saya gunakan. Maka ketika ia "meminta" uang sekitar 5 dollar pertahun untuk membayar paid version, tentu saya tak berkeberatan. Sebetulnya, versi berbayar dan gratis tak jauh berbeda. Namun bagi saya 50.000 rupiah dalam setahun nilainya masih terlampau kecil dengan manfaat yang saya dapat.
Lalu, Wikipedia yang sangat sering saya gunakan sebagai rujukan, "meminta" sumbangan dari pengunjungnya. Ketika membaca motivasi di balik permintaan donasi itu, saya tak lagi pikir panjang untuk membayar. Founder-nya, Jimmy Wales, bilang ia tetap insist Wikipedia jadi taman bacaan gratis di dunia maya, meski sebetulnya ia punya opsi untuk mengomersialkannya.
Tidak semua saya mulai dari ori. Film 30 Rock pertama saya berasal dari unduhan (waktu itu sudah sampai season 2). Alex Baldwin cs ternyata mampu mengocok keras perut saya dengan komedi sketsa-nya. Jadilah ketika mampir di toko buku, dan terdapat boxset season 1-nya, saya segera membelinya sebagai reward apresiatif (meski saya sudah menonton semuanya).
Jadi, saya membeli ke-ori-an karena saya menganggap hal itu layak diganjar dengan penghargaan. Sebagai end consumer, - most of the time - saya hanya bisa membayar.
3 komentar
Untuk urusan originale (seperti hurupnya) saya teringat ucapan bosku waktu masih gawe di kantor open source (Linux).
Belilah yang asli, kalo belum mampu, carilah yang gratisan
Mangkanya aku sekarang pake Linux (plus Hackintosh)
:D
Hadeh, kalo komputer masih banyak part yang belum ori nih, Hehehe...belum biasa juga sama Open Source. Kayaknya mulai harus biasain ya.
mantap euyy...
sampai sekarang saya belum bisa sepenuhnya "beli ori"
kecuali untuk beberapa kasus yang memang saya apresiasi tinggi..
Posting Komentar