Benefit Komunitas Dulu dan Kini
Tujuh tahun silam, pertanyaan yang sering muncul mengenai komunitas Pearl Jam Indonesia adalah: "Apa benefit dari ikut komunitas itu?...
https://www.helmantaofani.com/2012/03/benefit-komunitas-dulu-dan-kini.html
Tujuh tahun silam, pertanyaan yang sering muncul mengenai komunitas Pearl Jam Indonesia adalah: "Apa benefit dari ikut komunitas itu?"
Saya kebetulan ikut membidani lahirnya kumpulan orang yang sama-sama gemar terhadap Eddie Vedder dkk tahun 2005 silam. Sebelumnya, komunitas ini eksis sejak 2001 dalam wujud milis. Di awal-awal berdiri, jawaban yang meluncur dari saya - apabila ditanya perihal keuntungan yang didapat selalu sama.
"Kita bisa bertukar informasi tentang Pearl Jam. Bisa berbagi material-material langka. Saling pamer koleksi, dan berburu bareng rilisan langka," jawaban standar saya.
Informasi saat ini, refresh dalam hitungan detik. Dengan berlangganan Google Alert, maka saya - dan semua orang - bisa mendapatkan update mengenai kuintet Seattle tersebut secara real time. Twitter meraja sebagai info kilat. Singkat dan praktis, mendahului segala keribetan berkirim email via milis. Maka poin benefit pertama bisa dicoret. Apalagi rerata anggota komunitas actively engaged dengan barang social media dan subscriber informasi yang rapid.
Sekarang juga era Torrent, pertukaran file yang didukung kecepatan data menggila. Mega-byte-per-second adalah hitungan standar. Sebelum 2005, kita masih bahagia dengan unduh berkecepatan 5KBPS, dimana untuk mengambil file video musti kongkalikong dengan penjaga warnet. Maka material langka kini aksesibel bagi semua orang. Gem dari komunitas ini (dulu) adalah video konser Pink Pop 1992, yang sekarang bertebaran di YouTube. Barter materi tak lagi menjadi daya tarik.
Dan terakhir, kartu kredit dengan sistim belanja online yang lebih aman mendukung situs macam Amazon dan eBay. Hunting barang langka tak harus dilakukan dengan menelikung teman untuk melobi lapak di Jalan Surabaya. Kinerja seperti ini lebih individual, karena internet adalah "one big pool with nearly everything".
Ini membuat saya sering berpikir ketika ditanya apa benefit ikut komunitas Pearl Jam Indonesia. Kini jawabannya justru merambat ke elemen lain. Yaitu fungsi komunitas sebenarnya berupa networking dan mutual relationship.
Saya termasuk yang pertama mengalami. Bisa dibilang, mendapatkan raihan paling berharga berupa pendamping hidup. Saya bertemu pertama secara virtual dengan istri melalui milis Pearl Jam Indonesia. Lalu bertemu muka pertama di event yang diadakan komunitas ini. Ini benefit networking paling primitif rasanya.
Networking lain mungkin bisa mengambil sampel band Alien Sick. Band grunge asal Jakarta tersebut eksis sebelum ada Pearl Jam Indonesia. Namun mereka overhaul setelah komunitas menjembatani networking mereka dengan bassis baru. Sang bassis menghubungkan dengan vokalis. Lalu drummer melengkapi missing piece, atas rekomendasi seorang kawan yang juga sama-sama di komunitas PJId. Ini bertahan sampai formasi paling gres sepertinya. Mereka, sedikit banyak, mengambil benefit dari komunitas.
Alien Sick bukan satu-satunya band yang dihasilkan komunitas. Dan juga bukan satu-satunya entitas enterprise yang muncul. Ada yang berserikat membentuk badan usaha EO. Tiga orang tengah berkongsi menerbitkan komik. Lalu lini usaha penghasil merchandise yang berjalan. Dan masih banyak lagi.
Mungkin memang sudah tidak bisa berjalan di atas rel yang selalu "Pearl Jam Related". Istilah kami di komunitas, sudah banyak yang NPJC (Non Pearl Jam Content). Tapi saya - sebagai salah satu yang menggagas - justru lebih bangga dengan pencapaian komunitas saat ini. Lebih nyata dan benar-benar memberi manfaat sebagai komunitas.
Pearl Jam Indonesia kini menjadi wadah bersosialisasi dan menjalin hubungan tanpa harus selalu ada pamrih berupa konten-konten Pearl Jam. Inilah benefit seharusnya dari ikut komunitas. (Foto: Agus Muslim)
2 komentar
gyaaaa...saingaaann
:))
nyerah deh gue..
Benefit ngintip blog ente, daeng. Hehehe.
Posting Komentar