Graphic Awareness
Being Pearl Jam fans taught us a lot. Step aside from fanaticism, but their organization-model has been inspiring. Saya belum perna...
https://www.helmantaofani.com/2012/07/graphic-awareness.html
Being Pearl Jam fans taught us a lot. Step aside from fanaticism, but their organization-model has been inspiring.
Saya belum pernah membaca atau tahu band lain yang benar-benar memberdayakan poster konser selain Pearl Jam. Berdasar artikel yang saya edit, recently, Pearl Jam mulai membangun gimmick poster konser sejak medio 1990-an. Itu termasuk early awareness, karena dunia grafis memang baru mulai menggeliat di awal milenium. Sebelumnya, ia menempel erat dengan imej seni dan tidak banyak orang yang mencoba terjun di dalamnya.
Ames Bros adalah agensi grafis pertama yang menukangi mereka. Agak nepotisme karena Ames Bros adalah Ament bersaudara, Jeff dan Barry, meski pada kenyataannya Jeff jauh lebih fokus ke tugasnya membetot bas di Pearl Jam.
Semenjak saat itu, gig posters menjadi elemen wajib bagi setiap konser Pearl Jam. Saya pikir, mereka adalah band pertama yang merilis buku dedicated untuk gig posters archive (Pearl Jam Vs Ames Bros). Juga, arsip mereka di situs gig poster adalah yang paling lengkap dan ekstensif. Di tur Eropa yang masih berjalan, mereka bahkan punya ide untuk mash up dua desainer di dalam satu poster. Band sudah bekerja dengan banyak sekali desainer grafis – salah satunya dari Indonesia, desainer bernama Fadjrial.
Di sisi lain, awareness tentang gig posters ini juga menghinggapi mindset penggemar (Pearl Jam). Termasuk di Indonesia dengan komunitas PJID. Ada obligasi tak tertulis mengenai beban kualitatif yang diemban setiap kali membuat publikasi acara. Band yang menginspirasi komunitas ini begitu aware dengan desain grafis, maka kami KW-nya ini mengusung semangat serupa.
Berkah yang patut disyukuri adalah banyaknya desainer dan ilustrator yang berkecimpung dalam PJID. Bukan amatir, tapi mereka yang profesional, atau memang menekuni studi terkait. Yang lebih canggih, mereka inklusif sekali bersedia sharing kemampuan melalui sejumlah poster dan karya publikasi lain.
Selama bertahun-tahun PJID sukses meng-infect anggota komunitasnya tentang awareness desain yang diwujudkan dalam gig posters atau merchandise event. Mungkin mereka komunitas fans pertama yang memberi gift berupa poster event terbingkai. Hasilnya, sense apresiasi desain anggotanya juga makin meningkat. Ketika ada orang (seringnya di luar atau anggota baru PJID) yang posting poster acara ala kadarnya, apresasinya bisa jatuh – bahkan dicela. Atau ketika ada yang coba menjual merchandise tanpa kualitas yang oke (design wise), kemungkinan besar dagangannya tidak laku.
Jujur, bahkan saya sendiri yang desainer grafis kadang merasa minder untuk berkontribusi dalam komunitas, lantaran standar tinggi yang biasa diterapkan. Hal itu bagus untuk komunitas, anyway.
Dunia desain grafis kini sudah menjadi domain khalayak di Indonesia. Computer graphic booming membuat semua bisa menjadi desainer. Tapi peningkatan martabat profesi ini masih senjang. Apresiasi juga masih kurang. Hitung saja band di Indonesia yang aware dengan aspek ini sebagai gimmick mereka. Berapa band yang membuat poster konser di Indonesia?
Dari sini kutipan saya di awal tulisan menjadi relevan. Komunitas PJID barangkali advanced dalam hal meraih manfaat (dan juga semangat menghargai) desain grafis lantaran mereka punya role model yang bagus.
Posting Komentar