Cacat Skenario Rusak Film
Sering kita diminta mengabaikan detail dalam sebuah film. Tapi untuk kasus film dengan latar politik, detail itu penting dan bisa menga...
https://www.helmantaofani.com/2013/03/cacat-skenario-film-politik.html?m=0
Sering kita diminta mengabaikan detail dalam sebuah film. Tapi untuk kasus film dengan latar politik, detail itu penting dan bisa mengantar ke jurang logika yang menjadikan penonton tak menangkap maksud.
Kasus paling baru ada dalam film Broken City. Memajang casting keren, Russel Crowe, Mark Wahlberg, dan Catherine Zeta-Jones, film ini menceritakan tentang intrik politik di sekitar pemilihan Walikota New York City. Berputar di sekitar perselingkuhan dan manajemen kampanye, sekilas kita akan membandingkan film karya Allen Hughes ini dengan Ides of March tahun 2012 lalu.
William Taggart (Wahlberg) adalah eks polisi yang pernah terlibat kasus penembakan. Ia kini menjadi detektif swasta dan disewa oleh Nicholas Hostetler (Crowe), walikota petahana yang bersiap menuju pemilihan selanjutnya. Taggart diminta menyelidiki skandal seputar istri walikota (Zeta-Jones) yang diduga berselingkuh. Seperti halnya thriller politik, skandal ternyata berbuntut besar dan panjang. Ada udang di balik batu, seperti halnya yang diduga melalui trailer film yang dirilis Januari 2013 ini.
Ada jarak waktu tujuh tahun sejak Taggart bebas dari kasus penembakan, yang ditolong oleh walikota saat itu, Nicholas, sampai sekarang jelang pemilihan. Masa pemilihan walikota NYC berlangsung tiap November, empat tahun sekali. Artinya, Hostatler akan memasuki running ketiganya. Hostetler meminta Taggart menyelidiki skandal istrinya di tahun ketujuh setelah ia "berjasa" membebaskannya dari penjara.
Di sini detail yang agak mengganggu terjadi. Bila Hostetler memang begitu visioner melihat masa depannya (dengan "memelihara" Taggart), kasus yang menyandung dirinya diselesaikan dengan kesalahan sangat elementer dan merusak imej tersebut. Karena batasan spoiler, maka saya tidak bisa bercerita hal itu. Sementara bila itu berjalan natural, jangka tujuh tahun agak terlalu lama dengan banyaknya variabel kemungkinan terjadi di dalamnya. Akan lebih halus bila jangka waktunya dekat, katakanlah tujuh bulan.
Yang kedua, alasan yang digunakan Taggart untuk membalik pendiriannya kurang kuat. Mengaca pada Ides of March misalnya, kita akan menemukan kenapa karakter Ryan Gosling melakukan tindakan yang mengarahkan alur film. Sub-plot untuk membangun hal ini kurang tuntas digambarkan, dan gagal menyuguhkan u-turn dramatis bagi penonton untuk bisa menyelami logika Taggart.
Ini kesalahan mendasar dari sisi skenario yang agak merusak logika. Mungkin pengaruh sukses Ides of March memaksa penulis skenario Brian Tucker merevisi alur supaya tidak terlalu sama. Dengan casting bagus, sutradara juga sudah berupaya membidik film menarik dengan sub-plot yang sebetulnya mengalir. Russel Crowe juga mampu menghantarkan akting yang brilian sebagai walikota yang bermain di wilayah abu-abu, protagonis atau antagonis, sampai akhir film. Sayang memang.
Posting Komentar