Prekuel Klasik Oz
Butuh 80 tahun bagi Hollywood untuk membuat remake film klasik adaptasi dongeng Frank Baum, Wizard of Oz . Kali ini Disney tes pasar de...
https://www.helmantaofani.com/2013/03/prekuel-klasik-oz.html
Butuh 80 tahun bagi Hollywood untuk membuat remake film klasik adaptasi dongeng Frank Baum, Wizard of Oz. Kali ini Disney tes pasar dengan meluncurkan prekuelnya, Oz the Great and Powerful.
Apakah pesona Judy Garland sebagai Dorothy masih sangat kuat, atau tembang "Over the Rainbow" sakral sifatnya untuk diusik? Yang jelas, kisah Oz ini sebetulnya sudah banyak dikisahkan ulang - rata-rata film animasi - tapi memang tidak ada yang bisa menandingi pesona film Oz tahun 1939 yang notabene juga remake. Maka, wajar bila Disney kemudian memutuskan untuk membuat remake-nya secara halus, dengan mengisahkan asal mula sang penyihir Oz terdampar di Oz.
James Franco berperan sebagai Oz, pesulap yang bekerja untuk sirkus. Ia memanfaatkan pesonanya untuk memikat hati para wanita yang datang dan pergi, meski ada satu gadis (Michelle Williams) yang tampaknya adalah cinta sejati Oz. Belum siap mapan, Oz merelakan sang gadis pujaan bertunangan dengan lelaki lain bermarga Gale. Ini sedikit menguak hubungan takdir dengan Dorothy yang bermarga Gale di Wizard of Oz.
Dalam sebuah situasi pelik, Oz terdampar ke "World of Oz" sama seperti Dorothy, yaitu tersedot tornado ketika ada di dalam balon udara. Ia bertemu dengan Theodora (Mila Kunis), penyihir muda yang mengungkap ramalan mengenai seseorang bernama Oz akan membebaskan Oz. Oke, sudah terlalu banyak Oz di sini.
Long story short, beberapa karakter muncul, terutama Evanora (Rachel Weisz) dan Glinda (Michelle Williams). Nah, casting terakhir membuat koneksi juga mengenai interpretasi dunia Oz ini. Tentu Disney tak kekurangan uang untuk meng-casting dua kali Michelle Williams dalam dua karakter. Di Wizard of Oz, ada penafsiran bahwa dunia Oz adalah mimpi Dorothy yang tak sadarkan diri setelah tertumbuk tornado. Nah, teori yang sama juga bisa diungkapkan ke Oscar (alias Oz).
Di dunia wajar (dengan tone monokrom), Oscar sempat diminta untuk sembuhkan kaki seorang gadis kecil yang lumpuh. Ia, tentu saja, tidak bisa karena memang pesulap, bukan penyihir. Nah, di dunia Oz (tone technicolor), ia bertemu dengan gadis keramik (China Girl) yang disembuhkan kakinya. Tampak seperti obsesi bawah sadar bukan?
Lalu karakter Finley, sosok asisten setia berwujud monyet bersayap juga mirip dengan asisten Oscar di dunia wajar yang sering dicemoohnya. Di sisi lain, sedikit dialog tentang seringnya Oscar mematahkan hati wanita dan sikap anti komitmennya juga mendapat karma di dunia Oz. Intinya, ketika Michelle Williams bermain di dunia wajar dan Oz, artinya memang dibuka interpretasi seperti ini.
Oz the Great and Powerful boleh dibilang lumayan sebagai film independen yang berdiri sendiri. Tanpa referensi Wizard of Oz sekalipun, kita bisa menikmati filmnya, terutama pembaruan dunia digital yang meng-upgrade technicolor tahun 1939 jadi lebih fantastis. Tetapi, film ini tetaplah sebuah jembatan menuju fitur utamanya, kisah Wizard of Oz yang terbarui. Oleh karena itu, akhir film memang agak menggantung untuk memberi yellow brick road bagi sekuel.
Mari kita berharap Wizard of Oz yang terbarukan akan dirilis. Pengharapan yang layak diapungkan bila melihat posisi box office saat ini akan membuat Disney tergiur untuk segera merealisasikan hal itu. Meski tak akan menawarkan plot berbeda, tapi Tin Man, Scarecrow, dan Coward Lion - yang masing-masing sempat muncul jadi cameo - layak diberi kesempatan tampil lagi dengan efek seindah Oz the Great and Powerful.
Posting Komentar