Paradoks Manusia Baja (1/2)
Bila ada riset mengenai superhero paling vintage , barangkali Superman akan ada di peringkat puncak. Semenjak muncul pertama, karakter ...
https://www.helmantaofani.com/2013/06/paradoks-manusia-baja-12.html
Bila ada riset mengenai superhero paling vintage, barangkali Superman akan ada di peringkat puncak. Semenjak muncul pertama, karakter komik ciptaal Joe Shuster dan Jerry Siegel ini hampir tak pernah banyak berubah.
Dari sisi cerita, Superman adalah salah satu superhero paling "lempeng". Ia tak mempunyai banyak kompleksitas cerita, selain fakta dirinya adalah alien dan diadposi pasangan Jonathan dan Martha Kent.
Kemudian dari sisi kekuatan, simply dari awal Shuster dan Siegel membuat karakter yang mahakuat, sehingga layak menyandang beban namanya: Superman. Untuk itu alibi diciptakan bahwa ia adalah alien, jadi bukan untuk ditakar dalam skala manusia.
Satu-satunya kelemahan Superman barangkali batu kripton, meteorit dari planet asalnya, yang dalam berbagai komik bisa menyebabkan dampak mengejutkan bagi sang manusia baja.
Dengan minimnya ruang improvisasi, ini menjadikan Superman relatif sama dari pertama muncul sampai sekarang. Di versi layar lebar, Richard Donner sukses membawa Christoper Reeve sebagai sang jagoan dalam empat instalasi yang baru bisa diperbarui medio 2000-an dengan Brandon Routh dalam Superman Returns. Itupun tak banyak membawa pembaruan.
Akhir 1990-an sempat muncul sket Superman dalam balutan busana futuristis. Berwarna perak, logo baru, dan rumornya akan dipersiapkan untuk film layar lebar yang dibintangi Nicholas Cage. Yak, Cage dengan dahi seluas Fortress of Solitude akan menjadi Clark Kent.
Rencana itu menuai pro-kontra dari penggemar Superman. Rasanya kontra lebih banyak lantaran rencana itu gagal terwujud.
Di era yang sama, DC juga membuat langkah spektakuler dengan mematikan Superman.
Apa? Superhero paling sempurna itu mati?
Well, meski akhirnya si manusia baja bisa beredar kembali, namun kematian Superman benar-benar membuka ruang improvisasi.
Dari jagad komik muncul berbagai spin-off alternatif. Di samping itu, realisme juga mulai masuk ke dalam dunia superhero. Mark Waid dan Alex Ross menghantam dunia DC dengan dekadensi para superhero yang digambar realistis via Kingdom Come.
Lalu serial Smallville juga muncul, mengeksploitasi kisah Clark beranjak dewasa, tanpa kostum biru. Ini adalah ruang interpretasi yang sebelumnya tak pernah tersentuh oleh Siegel-Schuster kala membuat Superman.
Di tengah suasana avant-garde ini, Superman Returns hadir untuk mengembalikan khittah Supes ke era klasik. Masih memakai cawat di luar, dan kostum old fashioned. filmnya malah menjadi alien ketika Marvel juga tengah naik daun dengan Spider-Man yang lebih realistis dan fun. Superman versi Bryan Singer dianggap katro.
DC baru bersaing dengan Marvel ketika Batman sukses reboot di tangan Christoper Nolan. Berbeda dengan Superman, Batman ini superhero yang memiliki banyak ruang improvisasi. Filmnya tak putus sejak dekade 1980-an, dan Chris Nolan berhasil mengambil frase "dark knight"-nya sebagai gerbong kebangkitan Bruce Wayne.
Film kedua Nolan bahkan membuat apa yang disebut Dark Knight Effects, yakni eksplorasi sisi humanisme dari para jagoan komik sampai batas yang cukup ekstrim. Kini para superhero itu tak lagi lurus, tapi juga mempunyai beragam masalah pribadi, sisi kelam, dan sebagainya. Sisi ini mendapat sambutan dari para realis, sekaligus menjadi senjata DC untuk melawan instalasi film-film superhero Marvel yang cenderung lebih komikal.
Maka tak heran bila Warner Bros kemudian menunjuk Nolan untuk memproduseri reboot Superman. Zack Snyder ditunjuk sebagai sutradara. Sebelumnya, Snyder menggarap adaptasi komik DC yang lumayan sukses berjudul Watchmen. Film ini, kebetulan, juga bergerak di ranah yang sama dengan The Dark Knight, dengan mengekspose sisi rapuh para superhero.
Tautan Nolan-Snyder ini diharapkan para eksekutif DC (dan Warner Bros sebagai perusahaan induk mereka) untuk kembali memetakan Superman dalam tren adaptasi film komik belakangan. Yang menjadi masalah, apakah Superman masih memberi ruang improvisasi bagi keduanya untuk dieksplorasi?
Posting Komentar