My Metalli-Moments
Mumpung momennya tepat, mari merangkai memori mengenai Metallica. Agar seperi yang disampaikan James Hetfield, let the memory remains. ...
https://www.helmantaofani.com/2013/07/my-metalli-moments.html
Mumpung momennya tepat, mari merangkai memori mengenai Metallica. Agar seperi yang disampaikan James Hetfield, let the memory remains.
Momen pertama tentu kapan mulai bersentuhan eksistensi dengan Lars Ulrich cs. Jawabannya susah dipastikan, tapi sejak saya mengenal musik, Metallica sudah ada. Thanks to my brother's collection of cassette. Mengacu usia mengenal musik adalah 7-10 tahun, berarti era And Justice for All sampai album Black saya mulai menjajaki Metallica.
Sebagai band, secara visual berbagai poster yang ditempel kakak saya cukup membantu mengenali. Apalagi dulu ketika minta uang jajan ke kakak ada syarat menyebutkan personil band-band kesukannya. Tentunya Metallica termasuk di dalamnya.
A Year and a Half in the Life of Metallica menjadi video pertama yang ditonton. Masih melalui pita video betamax yang harus diperjuangkan untuk dibersihkan terlebih dahulu atau rewind memakai mesin.
Di media cetak, entah Hai Klip edisi Metallica atau liputan konser di Lebak Bulus yang lebih dahulu mengantarkan saya membaca literatur tentang band yang berdiri dari 1981 ini. Yang masih saya ingat adalah penggalan artikel tentang kunjungan Kirk Hammett ke rumah Setiawan Djody dan berdiskusi mengenai gitar. Visualisasi cover Hai Klip juga masih lekat, menampilkan Jason Newsted sebagai member Metallica pertama yang potong rambut cepak.
Videoklip dari Black Album menjadi fase berikut yang membantu saya mengenali Metallica. Wherever I May Roam, Enter Sandman, dan Nothing Else Matters masuk dalam kompilasi video rock/metal 1990-an yang dibawa teman SMP saya. Medianya masih video betamax. Dan ode khusus untuk teman saya karena ia tak mungkin menyaksikan konser Metallica lantaran sudah bergabung dengan Cliff Burton sekitar 15 tahun silam.
Ride the Lightning menjadi album yang paling suka. Lapak kaset bekas di Yogyakarta menjadi penyedia jasa, meski kaset yang saya beli amatlah buruk kondisinya. Dengan perjuangan membuka casing dan secara telaten mengelus pitanya akhirnya saya bisa mendengarkan album ini utuh. Escape justru menjadi underdog track yang saya suka disamping nomor wajib lainnya.
Ketika SMA, obrolan Metallica terbatas dengan benturan tren. Beruntung, mereka merilis The Unforgiven II yang masuk chart mainstream sehingga kami kembali membahas Metallica. Ini mengantar ke katalog lama, terutama And Justice for All dan VCD Live Shit Seattle (paruh kedua) yang saat itu mulai beredar. Saya sekelas dengan penggila Kirk Hammett ketika kelas 3 dan tak pernah berhenti memperbincangkan Live Shit Seattle sebagai the best ever concert.
Era VCD ditandai dengan munculnya beberapa dokumentasi Metallica. Selain Live Shit yang cuma separuh, ada juga Cliff 'Em All. Dan satu lagi yang mengantar saya mengapresiasi lebih dalam ke album Load dan ReLoad adalah VCD Cunning Stunts. Konser Metallica era itu dengan rambut pendek.
Masa kuliah, ketika Metallica sebenarnya surut, intensitas membahas band ini justru menemui zenith-nya. Didukung oleh internet, situs Encycmet menjadi rujukan penting saat itu. Saya menemukan banyak metalheads yang menggilai Metallica di mana-mana. Dari kampus sampai kos, lengkap untuk membahas Metallica dari sisi teknis sampai biografis.
Leverage Metallica hadir ketika merilis album S&M yang menaikkan kembali hype ke Jason Newsted co. Rilisan di Indonesia lumayan tepat waktu dan ketika album-leak belum jadi fenomena, berkali-kali cek ke toko kaset adalah pilihan yang diambil. Double album S&M ini hadir bersamaan dengan rilisan double album Guns N Roses. Dua megaband dari era 1990-an yang tengah berupaya menaikkan kembali pamor di 2000-an.
Momen lain yang paling diingat adalah "pengorbanan" yang harus dilakukan untuk menonton acara MTV Icon. Tempat saya kuliah dulu, di Solo, tidak bisa menangkap stasiun ANTV yang me-relay MTV. Untuk itu, kita hijrah ke Klaten, yang bisa menjangkau siaran tersebut.
Era internet juga mendorong banyak akses untuk lebih membuka ke Metallica. Kasus Napster, dinamika seputar St Anger, dengan mudah kita akses. Dokumentasi konser secara audio dan video juga lebih mudah didapat, sehingga lebih cepat meng-update. Ini tentu berlanjut sampai masa kerja.
Unduhan tablature bisa menjadi alternatif. Berbicara tablature, kakak saya mengoleksi tablature gitar Metallica hasil kliping majalah Guitar. Ternyata, ini bisa menjadi uang karena tingginya peminat. Saya rajin mencari majalah Guitar untuk kemudian difotokopi section tablature-nya. Era ini menguap ketika internet datang dan beberapa situs menawarkan transkrip tablature yang lebih lengkap.
Tapi beberapa kesenangan masih berwujud old-time sake. Misalnya ketika menemukan ada boxset Live Shit Binge and Purge dijual di salah satu pusat perbelanjaan di Bandung. Benda itu hanya dijadikan dekorasi oleh sang empunya kios kaset. WTF? Well, it's a treasure, dan mungkin jadi barang Metallica paling valuable yang saya koleksi.
Saya bukan kolektor benda Metallica, dan mungkin tak menggemarinya dengan intensitas sama seperti Pearl Jam misalnya. Tapi dengan konsensus kita "menguasai" 3/4 rilisan, maka saya juga bisa mendeklarasikan kesahihan value penggemar saya.
Sekali lagi, konser nanti akan menjadi ajang nostalgia yang menyenangkan. Membuka lagi memori-memori mengenai Metallica. Mengamini apa yang saya tulis sebelumnya, bahwa di setiap persimpangan hidup so far, saya selalu sempat membahas Metallica.
Posting Komentar