Nostalgia Robot vs Monster
Anda yang besar di tahun 1980-an dan 1990-an pasti akrab dengan serial Jepang yang sering ditonton melalui kaset video. Mulai dari Mega...
https://www.helmantaofani.com/2013/07/nostalgia-robot-vs-monster.html?m=0
Anda yang besar di tahun 1980-an dan 1990-an pasti akrab dengan serial Jepang yang sering ditonton melalui kaset video. Mulai dari Megaloman, Ultraman, sampai -man yang lainnya, semua menampilkan plot yang kurang lebih sama. Monster dari luar angkasa datang mengancam bumi, dan butuh ada seseorang (atau alat) yang melindungi manusia.
Sineas Jepang sering menggambarkan ketidakberdayaan manusia dengan adegan duel di atas kota yang hancur berantakan. Gedung-gedung tinggi di Tokyo jadi sasaran. Tren itu mungkin terasa wah di jamannya dulu, sesuai dengan teknologi sinema yang berkembang pada saat itu.
Sekarang, ketika kita menengok balik ke masa itu, teknologinya terasa outdated. Serial macam Power Rangers, yang sejatinya diadaptasi dari Jepang, dulu memunculkan adegan pertarungan robot dengan monster sebagai klimaks. Kini, serial macam itu telah punah, dan anak-anak tentu tak bisa lagi "dipaksa" menelan imajinasi dengan visualisasi yang tertinggal.
Di situ ceruk yang dilihat oleh sutradara spesialis fantasi, Guillermo Del Toro. Setelah membesut dua seri Hellboy dan film fantasi-noir Pan's Labyrinth, Del Toro kembali dengan film bertema robot melawan monster berjudul Pacific Rim. Ia menggabungkan kecanggihan mecha dan romantisme monster raksasa yang muncul dari dasar laut.
Adegan dan jalan cerita yang dijual juga masih selaras dengan serial macam Ultraman. Del Toro tak menjual kekelaman dan kompleksitas naskah, bukti bahwa atensi memang ingin disorotkan ke sosok robot raksasa yang dipanggil jaeger, melawan monster besar yang disebut kaiju. Pacific Rim memang dibuat Del Toro sebagai homage untuk film robot versus monster ala Jepang.
Dengan tetap fokus ke jalan cerita yang simpel, Pacific Rim telah meninggalkan Transformers atau bahkan Man of Steel. Del Toro tahu betul apa yang ditunggu oleh penonton melalui film semacam ini. Adegan pertarungan dengan scene kota dengan gedung bertingkat, atau "jurus-jurus" yang muncul secara implisit, mau tidak mau memang akan membangkitkan nostalgia terhadap apa yang dulu menjadi kesenangan bersama sampai dekade 1990-an.
Penonton dewasa yang menyaksikan akan dibawa kembali ke alam serial Jepang jadul - dengan teknologi dan visualisasi yang diperbarui tentu. Sementara, penonton anak-anak juga bisa dipicu kembali kekaguman yang sama tentang robot-robot raksasa. Beberapa mungkin menyimpang dan menggemari kaiju. Intinya, everybody happy.
Posting Komentar