Apa Susahnya Bangun Rel Kereta?

Hari-hari terakhir, berita media banyak diisi dengan hiruk-pikuk seputar manajemen transportasi jalan raya. Kemacetan senantiasa menjad...


Hari-hari terakhir, berita media banyak diisi dengan hiruk-pikuk seputar manajemen transportasi jalan raya. Kemacetan senantiasa menjadi obrolan di kota. Lalu kecelakaan jalan raya di beberapa tempat. Dipuncaki dengan kontroversi peresmian tol yang melintasi hutan mangrove di Bali.


Di Jawa Tengah, jembatan yang menjadi jejalur tol Solo-Semarang ambruk. Pembangunan tol trans Jawa yang tak kunjung usai ini menambah rumit masalah transportasi di Indonesia. Belum lama, komplen melayang dari kantor Gubernur DKI Jakarta kepada Pemerintah terkait kebijakan produksi LCGC (mobil murah) yang belum didukung infrastruktur sempurna.

Pikiran saya menerawang ke moda lain, yaitu kereta api. Jaringan kereta api yang ada saat ini adalah warisan pemerintahan kolonial Hindia-Belanda. Beberapa dari era 3 tahun Jepang berkuasa. Tetapi kontribusi pemerintah Indonesia sangat minim dengan usia 60 tahun lebih mengelola negeri sendiri. Jaringan kereta tidak bertambah. Berkurang malah.

Dulu, kampung saya di Temanggung dilalui kereta api bekas Belanda. Awalnya memang digunakan untuk pengangkutan hasil ladang dan kebun, tetapi sampai sekitar tahun 1960-an, jaringan kereta digunakan sebagai sarana mobilisasi warga. Kini rel itu lenyap. Begitu juga di daerah lain. Yang membuat saya bertanya, mengapa pemerintah kita tak berminat mengembangkan jejaring transportasi berbasis rel nan massal ini?

Pembebasan lahan untuk keperluan rel jelas lebih mudah dibanding jalan tol. Dampak ekonominya juga bagus, tidak mematikan malah menumbuhkan titik-titik ekonomi baru. Jaringan kereta saat ini melewati daerah-daerah sepi (cenderung tertinggal). Keberadaan jejalur yang menghubungkan tentu akan sangat membantu pemerataan. Tanyakan saja kepada warga Rangkasbitung, Banten yang terbantu dengan adanya kereta menuju ke Jakarta. Tiap pagi, sayuran segar dipasok melalui transportasi kereta.

Serumit apakah membangun jaringan kereta? Saya yakin kita mampu membuat rel. Secara teknis hal itu sama saja dengan membangun jalur ganda pada beberapa jaringan rel di Jawa. Apa susahnya membuat baru? Teknologi sekarang sudah lebih maju dari zaman kolonial.

Banyak pertanyaan yang terlalu bodoh rasanya untuk diungkapkan, karena kita sudah mengetahui jawabannya. Hingga, pertanyaan yang tersisa hanya "kenapa".

Dengan agresivitas pertumbuhan fasilitas kendaraan jalan raya (mobil dan motor), susah bagi kita untuk tidak berpikir ada skenario lain di balik kebijakan ini. Entah itu tekanan produsen kendaraan, lobi pemerintah asing, atau pemerintah yang terlalu bebal untuk menjawab pertanyaan bodoh mengapa kita tidak membangun jejaring kereta.

Related

transportasi 8092079354176496752

Posting Komentar Default Comments

2 komentar

iPul Gassing mengatakan...

paragraf terakhir sebenarnya sudah jadi jawaban untuk pertanyaan ini..hahaha

pas baca2 di awal sebenarnya udah mau menjawab itu, tapi akhirnya terjawab sendiri pas di paragraf akhir jadi ya sudahlah...

di Makassar juga dulu ada kereta, sisa jalurnya masih ada. tapi dulu, waktu jaman belanda

Gina mengatakan...

yang mati bukan akal pikiran tapi hati nurani.

Hot in WeekRecentComments

Recent

Konser Green Day, Redemsi yang Mengisi Memori

Konser Green Day di Jakarta, Sabtu (15/2) lalu membuka banyak catatan bagi diri saya. Hajatan tersebut menjadi redemsi bagi saya atas ikhtiar yang tertunda setengah dekade.Sekitaran hari ini, lima tah...

Konser Pearl Jam Nite XII, Energi dari Kolektivitas Penampilan

Lama tak dihelat, Pearl Jam Nite XII meluncur di Bandung. Event bertajuk Alive at The Star ini diadakan di (sesuai namanya) The Star, yang menyatu dengan Avery Hotel Bandung pada hari Sabtu, 9 Novembe...

Narasi Reaktif untuk Album Pearl Jam, Dark Matter

Terpaut 4 tahun dari album terakhirnya, Pearl Jam kembali dengan meluncurkan Dark Matter yang dirilis tengah malam WIB tadi (19 April 2024).Album sebelumnya, Gigaton (2020) memegang rekor sebagai albu...

Suar Industri Sinema dalam Film Jatuh Cinta Seperti di Film-Film

Menonton "Jatuh Cinta Seperti di Film-Film" mengingatkan lagi memori sekitar awal 2000-an, mengenai jalur apa yang mesti diambil sinema Indonesia agar bisa bersaing dan punya unique selling point?Pada...

Kedekatan Dune dan Konteks Dunia Nyata

Sebagai penonton yang lumayan paham dengan sejarah Islam dan sedikit dunia Arab, film Dune jadi bisa dinikmati lebih dalam.Ada yang belum menonton Dune? Saat ini seri keduanya tengah mengisi gedung pe...

Comments

Anonymous:

Katanya menjadi ustadz,ini kok pendeta?

Faizal jam:

selalu renyah membaca tulisan helman ini, bahasa luwes & ringan, sehingga ga bosen membacanya. cuma masukan aja, ada tradisi dari PJ nite 1 hingga ke-12, yaitu koor bareng antara vocalist & au...

papa4d:

Thanks on your marvelous posting! I seriously enjoyed reading it, you may be a great author

Anonymous:

"It seems silly, like, 'We cannot have real roulette however we will to} have this,' " Lockwood says. "But it is certified everywhere in the the} country as a slot machine, not ...

Anonymous:

In Germany and lots of|and lots of} other countries, the earnings from lotteries and betting swimming pools are used to subsidize newbie sports. Major League Soccer the highest soccer league within th...

Ads

Popular

Arsip Blog

Ads

Translate

item