Kaka dan Milan Baru
“Oooooooooooooo Oooooooooooooooo Siam Venuti Fin Qua Siam Venuti Fin Qua Per Vedere Segnare Kaka”
https://www.helmantaofani.com/2013/09/kaka-dan-milan-baru.html?m=0
“Oooooooooooooo
Oooooooooooooooo
Siam Venuti Fin Qua
Siam Venuti Fin Qua
Chant tersebut terakhir terdengar pada 31 Mei 2009, partai terakhirnya bersama Milan. Saat itu, fokus suporter dan pemain lebih kepada momen perpisahan Paolo Maldini dan Carlo Ancelotti. Tak banyak yang tahu bila itu menjadi saat terakhir Ricardo Izecson Dos Santos Leite berbaju merah-hitam. Usai partai tersebut, Kaka menjalani laga bersama Brazil dan tak pernah kembali lagi ke Milanello.
Masa empat tahun bersama Madrid adalah lubang hitam dalam CV pemain relijius ini. Musim pertama dilalui dengan baik oleh Kaka, yang menghasilkan dana 65 juta Euro sebagai kompensasi transfer ke Milan. Usai Piala Dunia 2010, Kaka cedera, dan di saat bersamaan Madrid memboyong Mesut Ozil sebagai dirigen lapangan tengah. Posisinya menghilang, dan makin surut kala El Real menambahkan Luka Modric. Ia tak pernah menjadi pilihan pelatih Jose Mourinho.
Kaka, seperti pribadinya, tak menyerah untuk bertarung mendapat skuad utama. Ia masih bermain beberapa partai, dan sebetulnya juga sering bermain bagus kala diberi kesempatan. Kecepatan melesat bukan lagi cirinya, digantikan visi dan akurasi tendangan jarak jauh, seperti kala menjebol gawang APOEL Nicosia di Liga Champions 2011/2012.
Musim baru bergulir, harapan Kaka naik seiring dengan datangnya Carlo Ancelotti, pelatih yang memberinya debut di Milan pada 2003. Selama di Milan, Kaka selalu bersama Don Carletto, dan dirinya tak pernah dilatih oleh orang lain. Tapi Madrid punya rencana lain dengan mendatangkan Isco serta Gareth Bale. Ini yang mendorongnya keluar dari El Real.
Bukan hanya Real yang tak pernah memberi Kaka kesempatan, tetapi sang pemain sendiri juga tak tampak memberi hatinya untuk Madrid. Hati Kaka tertambat di San Siro. Selama membela The Whites, Kaka jarang menunjukkan afeksi kepada simbol klub sebagaimana yang dilakukannya kala membela Milan. Menepuk emblem klub Milan yang berada di dada adalah gambaran paling gampang dicari bila Anda mengetik "Kaka" dan "Milan" via Google Images.
Kini Kaka kembali ke Milan. Tetapi Milan yang ini sungguh berbeda dengan Rossoneri yang dikenalnya dulu. Hanya ada dua pemain yang sempat bermain bersama peraih Ballon D'Or 2007 ini: Christian Abbiati dan Daniele Bonera. Sisanya adalah buah revolusi Milan di bawah Massimiliano Allegri yang bersikap no mercy terharap para Senatori. Seedorf, Zambrotta, Gattuso, Pirlo, yang dulu bermain bersama Kaka dipangkas karena kontribusinya tak maksimal. Ambrosini yang menjadi kapten bahkan rela mengungsi ke Fiorentina setelah dijelaskan oleh Allegri bahwa tak ada tempat bagi sang Blond Captain.
Kaka mungkin tak akan menemukan kembali sahabatnya di masa lalu. Tapi Milan yang sekarang mampu mengemulasi skuad yang sempat dijuluki Il Meraviglioso - 75% karena kontribusi Kaka. Pirlo pergi tapi ada Montolivo yang siap memberinya umpan panjang diagonal. Gattuso absen, tapi kini ia bisa bergantung pada Nigel De Jong bila bola hilang dari kakinya. Shevchenko dan Inzaghi yang dimanjakan dengan umpannya kini berganti Mario Balotelli dan Stephan El Shaarawy yang sama-sama berbakat.
Milan akan membuat suasana rumah bagi Kaka. Apalagi sahabat karibnya di Selecao, Robinho, masih bertahan di San Siro. Pemain boleh berbeda, tapi sistem baru Allegri tampaknya diciptakan untuk mereplika kejayaan Milan yang berbuah dua final Liga Champions bersama Kaka di mark I. Kecepatan mungkin hilang, tapi hal itu bisa ditutup Kaka dengan visi dan akurasi. Serie A yang lebih pelan cocok bagi Kaka untuk kembali bangkit layaknya burung phoenix yang kembali dari abu.
Yang terpenting, chant di atas akan kembali terdengar di riuhnya San Siro. Hal itu menjadi elemen terpenting bagi semua pemain untuk merasa tenang seperti layaknya di rumah. Milanisti akan mengantarkan kembali Kaka merebut reputasi yang hilang darinya. Suporter akan mendukung dirinya kembali ke Selecao dan menjalani turnamen luar biasa di kampung halamannya. Bekalnya adalah arungan kompetisi di rumah keduanya. Di Milan.
Posting Komentar