Perspektif Kartun dalam Sejarah
Sejak dulu saya selalu tertarik dengan sejarah. Meski kesulitan menghafal tanggal perjanjian Renville dibuat atau kapan tepatnya Cut ...
https://www.helmantaofani.com/2013/12/perspektif-kartun-dalam-sejarah.html?m=0
Sejak dulu saya selalu tertarik dengan sejarah. Meski kesulitan menghafal tanggal perjanjian Renville dibuat atau kapan tepatnya Cut Nya Din menyerah kepada Belanda yang jadi penghalang mata pelajaran sejarah menjadi capaian mercusuar kala sekolah.
Tapi saya suka dengan logika kausalitas dalam pelajaran sejarah. Menghubungkan munculnya Napoleon dengan Max Havelaar tentu akan sulit bila kita tidak mendalami kronologi yang sebetulnya sangat berhubungan. Richard Wagner dan zionisme barangkali menjadi efek kupu-kupu yang seolah kaos, padahal linier sederhana. Sayangnya, pelajaran sejarah di kurikulum, setidaknya yang keluar di tes, lebih mementingkan hapalan tentang tanggal yang menjadikannya mirip matematika.
Sejarah juga erat dengan perspektif. Membaca catatan sejarah sebetulnya memandang dunia dari perspektif penulisnya. Memang ada upaya kurasi dan komparasi, tetapi tidak semuanya kritis. Salah satu yang bagus, di luar dugaan, adalah komik sejarah yang ditulis oleh Larry Gonick dengan serial "Cartoon History of..."-nya.
Dimulai dari "Cartoon History of the Universe" sebanyak 3 seri, Gonick mencuri perhatian dengan memberikan tinjauan kritis sejarah peradaban dunia yang disarikan dari banyak sumber. Sesuai judulnya, narasi hadir dalam bentuk kartun. Berbekal sudut pandang yang pas, melalui buku ini Gonick yang sarjana matematika dari MIT, benar-benar menghadirkan sisi kartun dari sejarah. Setelah sejarah peradaban, Gonick melanjutkannya dengan 2 seri "Cartoon History of Modern World" yang baru saja terbit edisi pamungkasnya.
Kartun dalam pengertian budaya populer adalah bahasa gambar dengan karakter yang naif, kadang tidak logis, lucu (meski kadang satir), dan bersifat kritis. Demikianlah sejarah manusia, terutama sejak dunia mengenal intrik kekuasaan, agama, dan materialisme. Sudut pandang kartun itu menjadi kekuatan utama Gonick untuk mengantar kisah panjang menjadi tidak membosankan. Contoh paling menarik adalah legenda kebijaksanaan Sulaiman untuk menentukan orangtua dari bayi yang diperebutkan dua orang. Kita mengenalnya sebagai kisah agama, tetapi ada hipotesa mengenai kisah sesungguhnya yang terus berulang hingga abad ke-20 (dan mungkin sekarang).
Belajar sejarah bersama Gonick terasa menyenangkan. Kekuatan utamanya adalah pada kurasi hipotesa sejarah yang dipilihnya, dirangkai dengan celetukan kartun yang satir dan komedi. Ia pantang surut dengan tema sensitif seperti kelahiran agama-agama samawi, atau sejarah negerinya sendiri. Sebagai keturunan Yahudi Amerika, ia justru lebih kritis terhadap tema Yudea dan bangsa Yahudi serta kebijakan politik Amerika Serikat yang tak pernah lurus.
Di Indonesia, pustaka yang mendapat pujian New York Times ini juga diterbitkan oleh KPG (grup Gramedia). Edisi Indonesianya sangat direkomendasikan dengan terjemahan yang sangat baik, dengan masih membawa nilai humor di dalamnya. 3 edisi sejarah peradaban bahkan sempat dijual bundle. Karyanya yang lain, "Cartoon History of United States" juga diterjemahkan dan menjadi rekomendasi untuk memahami tinjauan kritis sejarah negeri Paman Sam.
Saat ini, edisi terakhir (Cartoon History of Modern World jilid 2) masih dalam proses terjemahan. Bila rilis nantinya, jangan lewatkan untuk membaca bab yang merentang kisah dari revolusi Perancis sampai invasi Amerika ke Irak di awal milenium.
2 komentar
I love to hear you telling history. awesome-ly sexy..
Wah dikomentarin seksi sama Little Owl. Agak aneh...
Posting Komentar