Tiga Misi Pearl Jam Nite
Sejak penyelenggaraan pertama, 4 September 2005, Pearl Jam Nite selalu membawa tiga misi. Yang pertama adalah untuk menumbuhkan kembali, ...
https://www.helmantaofani.com/2014/01/tiga-misi-pearl-jam-nite.html
Sejak penyelenggaraan pertama, 4 September 2005, Pearl Jam Nite selalu membawa tiga misi. Yang pertama adalah untuk menumbuhkan kembali, atau mengingatkan tentang bagusnya musik-musik yang dihasilkan oleh Eddie Vedder cs.
Yang kedua adalah untuk mengembalikan komunitas penggemar Pearl Jam ke radar pengamatan industri, dengan tujuan akhir tentu ada promotor yang mau menggaet PJ datang ke Indonesia. Lalu yang ketiga adalah sebagai ajang gathering nasional tahunan yang akan mempertemukan segala lapis penggemar, terutama yang ada di komunitas Pearl Jam Indonesia (PJID).
Syarat Pearl Jam Nite berhasil ada di tiga parameter itu. Dengan demikian, Pearl Jam Nite 8 yang diadakan di Rolling Stone Cafe pada 18 Januari kemarin bisa dibilang sukses.
Kriteria pertama ditandai dengan munculnya band-band yang mampu membawa semangat Pearl Jam kepada penggemarnya di Indonesia. Uwie dan Reza, Bandung Lost Dogs, dan Perfect Ten adalah nama yang sudah akrab di kalangan komunitas, tapi bagi pengunjung umum, mereka sanggup membawa identitas musik Pearl Jam yang menyatukan remaja di tahun 1990-an.
The Mindcharger berbeda konsep. Dengan format stripped down acoustic, mereka membawa lagu-lagu Pearl Jam ke tataran lounge. Tapi singalong yang dialunkan mengiringi "Light Years" dan "Sirens" tentu berbeda suasana dari sekedar menyeruput kopi di tengah alunan lagu akustik. Apalagi di akhir penampilan, The Mindcharger menghadirkan Lala Karmela, biduanita cantik, yang mengiringi "Daughter".
Kejutan kedua adalah dari Sonic Wood, alumnus Acoustology jilid pertama pada tahun 2009. Berisi kumpulan musisi yang mumpuni, kembalinya Sonic Wood ditandai dengan munculnya lagi frontman mereka Ryo Domara setelah sekian lama absen. Ryo yang jarang lagi tampil, di luar dugaan hadir dengan kualitas vokal prima yang mampu membabat semua jenis vokal. Dari alunan lullaby di "Future Days" hingga teriakan kencang di "Blood".
Kedua band yang tampil terakhir ini jelas akan kembali memaksa kita untuk googling atau mendengarkan ulang lagu-lagu macam "Sleeping By Myself" dan "Marker in the Sand". Menggugah kembali "iman" para Jamily yang hadir.
Untuk misi kedua, kehadiran Blackrock sebagai salah satu penyelenggara PJ Nite tentu membuktikan bahwa komunitas telah sampai kepada promotor musik. Krishna Raditya cs yang sukses menghadirkan Metallica memang mengincar Pearl Jam sebagai salah satu band yang dinilai punya dedikasi kepada musik. Upaya mereka kini bergantung pada kebijakan manajemen Pearl Jam untuk mau melakukan single concert di Jakarta. Lobi mereka akan dibantu oleh komunitas dengan banyak aktivitas, di antaranya Pearl Jam Nite ini.
Sementara misi ketiga adalah sebagai sarana rendezvous komunitas. Misi ini dalam beberapa penyelenggaraan terakhir selalu menjadi nilai terdepan. Kali ini, misi kedua lebih menyeruak dengan tema "Faithfull: Bring Pearl Jam to Indonesia". Tetapi ajang Pearl Jam Nite tetap saja menjadi sarana reuni penggemar.
Bonus lain dari Pearl Jam Nite kali ini adalah audiens yang lebih heterogen (faktor venue) serta bintang tamu tak terduga yang mewarnai acara. Mengingatkan pada acara-acara Pearl Jam Nite mula ketika sering ada musisi terkenal yang meramaikan. Kali ini giliran Fadly dan Rindra dari band Padi yang turut naik panggung.
Pearl Jam Nite 8 telah membuat ajang tahunan ini menjadi sesuatu yang akan kembali ditunggu tahun depan. Semoga bisa diselingi dengan konser Pearl Jam pdaa tahun ini, mengamini keyakinan yang diteriakkan pengunjung Rolling Stone Cafe malam itu.
"We all believe!"
4 komentar
Jangan lupa, Pearl Jam Nite VIII ini juga berhasil memaksa seorang fans Pearl Jam dari seberang pulau untuk akhirnya datang dan menghadiri PJN pertamanya
Mwahahahaha
Nice first time Pearl Jam Nite you had!
Yes, faithfull we all believe tetap percaya suatu saat Pearl Jam akan manggung di Indonesia
Posting Komentar