Cekal Sini, Cekal Sana
Kawan saya yang orang Malaysia menanggapi postingan bergambar film The Raid 2 dengan komentar bahwa film karya Gareth Evans tersebut tida...
https://www.helmantaofani.com/2014/04/cekal-sini-cekal-sana.html?m=0
Kawan saya yang orang Malaysia menanggapi postingan bergambar film The Raid 2 dengan komentar bahwa film karya Gareth Evans tersebut tidak lolos sensor untuk beredar di negeri jiran.
Ini menimpali berita sebelumnya. Giliran negara kita yang disebut-sebut lantaran Lembaga Sensor Film (LSF) menutup jalan bagi film Darren Aronofsky yang memprofilkan (atau memfiksikan) Nuh. Bagi umat Islam (dan Nasrani, serta Yahudi), Nuh adalah tokoh suci agama. Di kitab suci, Tuhan mewartakan Nuh dan bahtera yang mampu menyelamatkannya dari banjir.
Arronofsky konon membumbui fiksi kisah Nuh dalam filmnya, Noah. Ia menggandeng Russel Crowe dan si imut Emma Watson. Sudah tentu Hollywood ingin "memberi lebih". Dan itu beresiko hujatan dan pencekalan, terutama di negara yang masih mempertimbangkan agama sebagai salah satu pilar.
Ketika LSF mengumumkan bahwa Noah tak bisa tayang, opini segera dibentuk menegaskan betapa kerdilnya kita di hadapan apresiasi seni. Saya ragu. Kalian yang menghujat hanya ingin melihat hiburan, bukan sebagai kritikus yang memeriksa detail sebuah film. Tapi toh kita gampang larut.
Di Malaysia, ketika The Raid 2 dilarang tampil, tidak ada berita heboh. Mungkin karena Iko Uwais bukan Russel Crowe. Tapi mungkin saja masyarakat Malaysia sudah sadar kandungan The Raid 2 yang sarat darah dan adegan kejam. Setingkat di bawah gore, yang digawangi Eli Roth cs. Film seperti itu memang berpotensi tersandung di gunting sensor. Apa jadinya meloloskan Julie Estelle hanya untuk melihatnya dibabat sensor sehingga berdurasi sekian menit saja.
Film Noah juga sebetulnya salah satu film yang seharusnya sudah diantisipasi untuk tersandung di LSF. Konten agama masih menjadi isu sensitif. Apalagi bila dilabeli produk Hollywood yang bagi penggemar konspirasi lekat dengan imej Wahyudi. Eh, tapi menurut Yahudi Nuh juga suci. Sudahlah...
Saya tidak akna mengutuk LSF karena mereka berisi orang pintar yang juga meloloskan Tali Pocong Perawan dan pernik mistis lainnya. LSF adalah lembaga yang mempertimbangkan betul keberlangsungan kehidupan bernegara dengan mencegah kerusakan sendi masyarakat. Melarang film Indonesia bisa berarti mogok kreatif yang tak bisa menafkahi Nayato Fio Nuala dan bintang bokep dari luar negeri yang tampil sebagai cameo tanpa melepas busana.
Atau mungkin LSF memberi jalan bagi The Raid 2 agar bisa menjadi raja di rumah sendiri. Mereka memang sangat peduli terhadap film nasional. Proteksi supaya The Raid 2 melenggang ini terbukti bisa menjadikan film laga ini diputar di dua slot bioskop dan mengundang penonton. Bila ditayangkan bersamaan dengan Noah, mungkin Yayan Ruhian terpaksa melancarkan jurus-jurus khusus agar penonton kelas menengah yang hanya peduli hiburan untuk mau menonton ia dan Iko beradu pukul.
Pasal Noah dilarang dari kaidah agama entah muncul dari mana. Di kitab suci, cerita Nuh tak pernah tuntas dibahas. Kapalnya saja tak tentu rimba, apakah di Ararat atau Garut. Celah interpretasi mestinya tak bisa dihindari. Sejauh yang saya baca, plot bahwa Nuh orang yang mendengarkan Tuhan dan selamat karena membuat bahtera masih setia diceritakan Arronofsky. Dari sisi apa Noah membahayakan akidah? Entahlah.
Noah yang kadung tenar di Indonesia justru membahayakan akidah lantaran vokalisnya doyan merekam adegan seksnya bersama seleb terkenal di perangkat elektroniknya.
Saya jadi berpikir. Apakah Malaysia juga bersiasat khusus dengan melarang The Raid 2. Otak konspirasi saya menyugesti bahwa mereka dan lembaga sensor tidak ingin melihat film dari Indonesia mendunia. Negara yang mencekal ucapan Allah bagi kaum non muslim ini tentunya juga tidak meloloskan Noah. Tapi rasanya tidak ada yang terlalu memusingkan hal itu. Setidaknya yang terekam di jejaring sosial saya seperti halnya komentar yang muncul di awal tulisan ini. Ia lebih pusing The Raid 2 tak tampil dibanding Noah.
Standar memang memusingkan.
Ini menimpali berita sebelumnya. Giliran negara kita yang disebut-sebut lantaran Lembaga Sensor Film (LSF) menutup jalan bagi film Darren Aronofsky yang memprofilkan (atau memfiksikan) Nuh. Bagi umat Islam (dan Nasrani, serta Yahudi), Nuh adalah tokoh suci agama. Di kitab suci, Tuhan mewartakan Nuh dan bahtera yang mampu menyelamatkannya dari banjir.
Arronofsky konon membumbui fiksi kisah Nuh dalam filmnya, Noah. Ia menggandeng Russel Crowe dan si imut Emma Watson. Sudah tentu Hollywood ingin "memberi lebih". Dan itu beresiko hujatan dan pencekalan, terutama di negara yang masih mempertimbangkan agama sebagai salah satu pilar.
Ketika LSF mengumumkan bahwa Noah tak bisa tayang, opini segera dibentuk menegaskan betapa kerdilnya kita di hadapan apresiasi seni. Saya ragu. Kalian yang menghujat hanya ingin melihat hiburan, bukan sebagai kritikus yang memeriksa detail sebuah film. Tapi toh kita gampang larut.
Di Malaysia, ketika The Raid 2 dilarang tampil, tidak ada berita heboh. Mungkin karena Iko Uwais bukan Russel Crowe. Tapi mungkin saja masyarakat Malaysia sudah sadar kandungan The Raid 2 yang sarat darah dan adegan kejam. Setingkat di bawah gore, yang digawangi Eli Roth cs. Film seperti itu memang berpotensi tersandung di gunting sensor. Apa jadinya meloloskan Julie Estelle hanya untuk melihatnya dibabat sensor sehingga berdurasi sekian menit saja.
Film Noah juga sebetulnya salah satu film yang seharusnya sudah diantisipasi untuk tersandung di LSF. Konten agama masih menjadi isu sensitif. Apalagi bila dilabeli produk Hollywood yang bagi penggemar konspirasi lekat dengan imej Wahyudi. Eh, tapi menurut Yahudi Nuh juga suci. Sudahlah...
Saya tidak akna mengutuk LSF karena mereka berisi orang pintar yang juga meloloskan Tali Pocong Perawan dan pernik mistis lainnya. LSF adalah lembaga yang mempertimbangkan betul keberlangsungan kehidupan bernegara dengan mencegah kerusakan sendi masyarakat. Melarang film Indonesia bisa berarti mogok kreatif yang tak bisa menafkahi Nayato Fio Nuala dan bintang bokep dari luar negeri yang tampil sebagai cameo tanpa melepas busana.
Atau mungkin LSF memberi jalan bagi The Raid 2 agar bisa menjadi raja di rumah sendiri. Mereka memang sangat peduli terhadap film nasional. Proteksi supaya The Raid 2 melenggang ini terbukti bisa menjadikan film laga ini diputar di dua slot bioskop dan mengundang penonton. Bila ditayangkan bersamaan dengan Noah, mungkin Yayan Ruhian terpaksa melancarkan jurus-jurus khusus agar penonton kelas menengah yang hanya peduli hiburan untuk mau menonton ia dan Iko beradu pukul.
Pasal Noah dilarang dari kaidah agama entah muncul dari mana. Di kitab suci, cerita Nuh tak pernah tuntas dibahas. Kapalnya saja tak tentu rimba, apakah di Ararat atau Garut. Celah interpretasi mestinya tak bisa dihindari. Sejauh yang saya baca, plot bahwa Nuh orang yang mendengarkan Tuhan dan selamat karena membuat bahtera masih setia diceritakan Arronofsky. Dari sisi apa Noah membahayakan akidah? Entahlah.
Noah yang kadung tenar di Indonesia justru membahayakan akidah lantaran vokalisnya doyan merekam adegan seksnya bersama seleb terkenal di perangkat elektroniknya.
Saya jadi berpikir. Apakah Malaysia juga bersiasat khusus dengan melarang The Raid 2. Otak konspirasi saya menyugesti bahwa mereka dan lembaga sensor tidak ingin melihat film dari Indonesia mendunia. Negara yang mencekal ucapan Allah bagi kaum non muslim ini tentunya juga tidak meloloskan Noah. Tapi rasanya tidak ada yang terlalu memusingkan hal itu. Setidaknya yang terekam di jejaring sosial saya seperti halnya komentar yang muncul di awal tulisan ini. Ia lebih pusing The Raid 2 tak tampil dibanding Noah.
Standar memang memusingkan.
2 komentar
nice thought man
hello everyone , am here to to recommend the good work of DR .OZI ,am highly greatful for what you have done for me , i was diagnosed with HIV/AIDS for over
12 years which made loose my job and my relationship with my fiance after
he discovered that i was having HIV, he departed from me i tried all my
best to make him stays with me, but neglected me until a friend of mine on
Facebook from Singapore told me Great healer, who will restore my life back
with his powerful healing medicine, he sent me the email address to contact
and i quickly contacted him, and he said my condition can solved, that he
will treat the disease immediately only if i can accept trust him and
accept his terms and condition, i Agreed because i was so much in need of
help by all means, so i did all he want from me and truly he sent me the medicine and illustrate me how to take it for just a month and after one month he told me that i should go to the hospital for a
checkup, which i truly did, i confirm from my doctor that i am now ( HIV
NEGATIVE) my eyes filled with tears and joy, crying heavily because truly
the disease deprived me of many things from my life, This is a Miracle,
Please do not en-devour to email him on doctorcollins3@gmail.com or
whatsapp him on +2348167455536.
Posting Komentar