Let's Go Italy: Sepakbola dan Konser
Sehari sebelum konser mereka di Milan, Pearl Jam melalui akun social media mereka mengumumkan bahwa gate akan dibuka lebih awal karena me...
https://www.helmantaofani.com/2014/07/lets-go-italy-sepakbola-dan-konser.html?m=0
Sehari sebelum konser mereka di Milan, Pearl Jam melalui akun social media mereka mengumumkan bahwa gate akan dibuka lebih awal karena mereka akan menyiarkan pertandingan Piala Dunia antara Italia melawan Kosta Rika di big screen.
Momen saya di Italia memang kurang pas bagi penggemar bola karena tengah berada pada off-season. Serie A sudah habis, sebagian besar pemain juga berada di Brasil bersama tim nasional masing-masing. Tapi saya masih berharap bisa merasakan atmosfer bola bersama negeri yang dikenal passionate terhadap bola tersebut dalam wujud nonton bareng. Entah di bar, resto, atau tempat lainnya. Yang jelas, nonton La Nazionale bersama locals tentu akan menarik.
Sayang, pertandingan pertama Italia di Piala Dunia bertepatan dengan kami berangkat dari Indonesia. Lalu pertandingan kedua tepat digelar sebelum konser. So, impian menonton bareng timnas Italia bersama Italiani sudah kami kubur. Paling-paling kami merasakan atmosfer Piala Dunia dengan menyaksikan semarak atribut Italia dijual di jalan-jalan. Dari bendera, jersey rip off, sampai scarf Azzurri.
Tentu saja, kabar dari Pearl Jam kembali membuat saya bersemangat. Jam lima sore saya sudah menyambangi San Siro. Kick off akan digelar jam 6. Konsernya sendiri dijadwalkan jam 8.
Sampai di San Siro, kami bergabung bersama sekitar 30.000 penonton lainnya. Sebagian sudah hadir untuk mengamankan front rows, sebagian lagi, yang tiketnya seated, memang datang untuk menonton pertandingan. Sebelumnya, tentu booth Official Merchandise menjadi destinasi wajib untuk disambangi. Banyak yang menitipkan oleh-oleh memorabilia konser. Sayang, kapasitas ekonomi kami terbatas, plus kartu yang tidak bisa digesek sehingga ketika seluruh uang kami habis (150 euro) maka belanja harus di stop. Kami segera kembali ke tempat duduk di stadion.
Jelang kickoff, tiba-tiba dua big screen berganti pemandangan di atas panggung dan menampilkan sosok berbaju timnas Italia bernomor 10. It’s Eddie Vedder!
Paginya kami sempat menyambangi toko yang menjual pernak-pernik sepakbola di daerah Duomo. Ketika saya menyablon nama “Pearl Jam” di atas jersey, penjaganya bilang bahwa Eddie Vedder mampir ke toko tersebut kemarin, dan menyablon namanya di atas jersey bernomor 10. “Ah masa sih,” gumam saya waktu itu. Turn out she’s talking the truth.
Eddie mengambil gitar akustik dan memainkan kord yang familiar.
“What the fuck is this world/
running to you didn’t…”
Menyelesaikan bait pertama “Porch”, penonton menggila dan mendekat ke bibir panggung seraya menyambut dengan koor “Ooo…ooo…ooo…”
Sepenggal teaser itu sudah cukup memanaskan penonton sebelum laga Italia vs Kosta Rika. Vedder kembali ke belakang panggung setelah mengucap “In bocca al lupo…” alias good luck dalam ungkapan local.
Sayang, puluhan ribu penonton di stadion harus kecewa karena Italia bermain sangat jelek dan akhirnya menyerah 0-1 dari Kosta Rika. Menarik melihat gestur dan makian para penonton Italia sepanjang pertandingan. Dari ucapan “diavolo” ketika Kosta Rika membangun serangan, sampai dua tangan menjulur ke depan tanda tidak percaya. “Vai Cerci”, “Vai Cassano”, dan ucapan penyemangat lainnya acap terdengan sepanjang pertandingan, tetapi mungkin tak terdengar sampai Brasil.
Saya awalnya menduga penonton Italia akan bersemangat dan khidmat seperti para pub-viewer di Inggris kala menonton timnas. Ternyata mereka tidak terlalu ambil pusing, dan lebih sering seliweran membeli panini atau bir. Tak ada chant, sorakan, dan sebagainya. Mungkin benar yang dikatakan Cesare Prandelli, bahwa timnas Italia tidak punya supporter bahkan di negerinya sendiri. Oleh karena itu, mood penonton hampir tak terpengaruh meskipun hasil pertandingan tidak berakhir gembira.
Usai pertandingan, para penonton tetap saja chit-chat tertawa, atau bersorak manakala ada selebritis yang juga menonton konser. Salah satunya adalah Marco Materazzi yang sempat berfoto di hadapan saya. Satu-satunya reaksi kompak adalah ketika peluit akhir berbunyi, siulan membahana dari seisi stadion. Hmm, rupanya begitu penonton Italia membunyikan kekecewaan mereka, sama seperti di pertandingan Serie A.
Mungkin kekuatiran penonton turun mood-nya juga mempengaruhi penilaian Pearl Jam. Eddie Vedder sempat berkata di tengah set.
“Lupakan apa yang baru kalian lihat. Kita akan bersenang-senang beberapa jam ke depan.”
Dengan penonton mencapai 65.000 audiens (salah satu rekor tertinggi Pearl Jam untuk non-festival), tentu Vedder concern dengan mood umatnya. Dan rasanya Pearl Jam memang mampu membawa penonton melupakan takluknya Italia dengan menyajikan 33 lagu dalam 2 jam 45 menit.
Posting Komentar