Dinamika Jamaah dan Keringat Karu
Setiap jamaah haji (kuota) mendapatkan allowance living cost sebesar 1500 riyal (sekitar 5 juta). Jumlah itu bisa lebih besar diterima o...
https://www.helmantaofani.com/2014/09/dinamika-jamaah-dan-keringat-karu.html
Setiap jamaah haji (kuota) mendapatkan allowance living cost sebesar 1500 riyal (sekitar 5 juta). Jumlah itu bisa lebih besar diterima oleh Kepala Regu (Karu) dan Kepala Rombongan (Karom).
Dalam satu kloter, ada 8-9 rombongan. Dalam satu rombongan ada 4-5 regu. Rata-rata seregu beranggotakan 10 personil. Tugas Karu dan Karom adalah mengkoordinasikan jamaah pada banyak aktivitas. Now bear in mind bahwa jamaah haji Indonesia rerata berusia 45 tahun ke atas dan menyimpan dinamika menarik.
Let's say, sebagai gambaran, di kloter saya mungkin banyak jamaah yang baru pertama kali naik pesawat. Belum juga proses keimigrasian. Dinamika di kloter Jakarta mungkin beda lagi. However, ini adalah tugas sulit para Karu dan Karom. Dalam pelaksanaannya, saya paham mengapa ada kompensasi tambahan bagi mereka.
Bagaimana mereka membimbing pengisian deklarasi kesehatan yang berbahasa Inggris, misalnya.
"Pak, ini yang dicentang yang mana?"
"Yang tertulis 'NO', Bu! Aduh Bu, yang dicentang di boksnya, bukan tulisannya."
Selisih sebentar ada selia suara dari belakang.
"Pak, ini form ibu disobek."
Lain waktu frustrasi cabin crew pesawat yang minta bantuan Karu untuk mengingatkan.
"Bapak, tolong jangan mengantri toilet dengan berjajar di lorong. Ini pesawat Pak, bukan WC umum!"
Bukan kali itu saja persoalan toilet menjadi sumber kisruh. Ketika layover dan fuel charge di Padang, toilet terpaksa ditutup sementara karena gagal flush akibat semua membuang tisu di dalamnya. Cabin crew mengancam akan menutup toilet bila terjadi lagi gagal flush.
"Tolong Pak, Bu, ini baru 2 jam. Masih ada 8 jam lagi. Bila toilet nanti ditutup, kita harus nahan pipis lebih lama."
Dengan motivasi ibadah tinggi, tak jarang permintaan unik jamaah menjadi satu warna yang menarik. Kali ini saya cukup takjub menyaksikan penyelenggaraan salat Subuh berjamaah di pesawat. Imamnya di ruang cabin crew, dengan pengeras suara PA dipegang oleh pramugara. Ini juga hasil diskusi.
"Yang pegang speaker tolong pramugara ya! Kalau perempuan saya ngga khusyuk nanti salatnya," ujar sang imam.
Tiba giliran makan, seperti biasa pramugari menawarkan jus konsentrat dari boks. Mungkin jamaah kloter saya lebih familiar dengan menyebutnya sirup. Maka ketika ditawari jus, ada juga yang minta jus apukat.
Saya membayangkan tugas para Karu dan Karom di Tanah Suci nanti. Sejauh ini dinamika masalah masih berupa anekdot. Semoga sebatas itu. Begitu juga sudah cukup merepotkan.
Barangkali 500 riyal ekstra bisa berguna untuk membeli beberapa cangkir kopi guna menebus lelah hari per hari mereka mengurus jamaah.
Posting Komentar