Beda Sana, Beda Sini
Bila di Indonesia tengah meributkan perbedaan hari raya, jamaah Indonesia dan Asia Tenggara tengah meributkan keputusan penyelenggara ha...
https://www.helmantaofani.com/2014/10/beda-sana-beda-sini.html
Bila di Indonesia tengah meributkan perbedaan hari raya, jamaah Indonesia dan Asia Tenggara tengah meributkan keputusan penyelenggara haji Arab Saudi.
Tanggal 8 Zulhijjah mestinya jamaah tarwiyah di Mina, sehari semalam di sana, baru ke Arafah pada 9 Zulhijjah. Praktik demikian dilakukan oleh Muhammad di haji satu-satunya yang dijadikan pedoman.
Nah, penyelenggara haji Arab Saudi memutuskan bahwa arus kedatangan jamaah ke Arafah akan dibagi dua pada 8 Zulhijjah. Satu berangkat via Mina lalu ke Arafah seperti tuntunan di atas. Satu lagi langsung ke Arafah dan menginap di tempat wukuf tersebut.
Hal ini dilakukan sebagai manajemen pergerakan dua setengah juta manusia dan kapasitas pendukungnya (jalan dan sarana transportasi). Meski Saudi telah membangun MRT ke Mina dan Arafah, namun tetap saja tidak bisa muat sekaligus.
Mengikuti prinsip Nabi berarti semua berangkat serentak setelah Subuh dari Mina, 12 kilometer ke Arafah. Diharapkan Zuhur sudah sampai untuk melakukan creme de la creme dari haji, berwukuf.
Asia Tenggara, termasuk Indonesia, kebagian pilihan kedua. Artinya kami berangkat 8 Zulhijjah menuju Arafah langsung, melewatkan sesi tarwiyah di Mina. Bagi sebagian, ini tentu menodai ritus haji lantaran tak runut dan lengkap seperti Rasul.
Ini sempat pula jadi perbincangan dengan jamaah Malaysia yang juga mengeluhkan jadwal ini. Di kloter kami, beberapa yang ragu memutuskan untuk berangkat ke Mina secara swadaya. Mereka mencari dan mencarter kendaraan sendiri karena Kementerian Agama menegaskan tidak akan memfasilitasi kepergian ke Mina.
Saya mengikuti apa yang digariskan penyelenggara haji, baik dari Saudi maupun dari Kementerian Agama. Pertimbangannya tentu ada, dan sudah dikonsultasikan dengan semacam dewan syariah.
Lagipula tarwiyah bukan rukun haji. Yang penting dan jadi rukun adalah wukuf di Arafah pada 9 Zulhijjah. Bila mengikuti petunjuk Rasul, waktu untuk wukuf adalah dari Zuhur hingga Magrib sebelum beranjak ke Muzdalifah.
Bila 2,5 juta manusia bergerak bersamaan pada saat Subuh dari Mina, dikuatirkan akan berdesakan, macet, dan membahayakan kedatangan untuk wukuf pada waktunya atau sudah tidak bisa masuk wilayah Arafah.
Haji tahun ini dibilang sebagai haji akbar karena wukuf jatuh di hari Jumat. Jamaah lokal diperkirakan akan sangat banyak.
Mencari kesempurnaan memang baik, tapi saya ingat tulisan Quraish Shihab untuk tidak mempersulit agama. Keputusan telah diambil, dan saya bisa memahami celah logikanya.
Maka, pada 8 Zulhijjah (2 Oktober) kami akan mengenakan kembali ihram, bertalbiyah, dan siap menyambut acara puncak ibadah haji di Arafah.
Lucunya, keluarga di rumah yang berlebaran pada hari Minggu (mengikuti pemerintah) baru akan puasa Arafah pada tanggal 4 Oktober, atau sehari setelah kami wukuf.
Perbedaan itu seru.
Posting Komentar