Ibadah Sosial dan Sosial Media
Dalam urusan ibadah, jamaah haji dituntut untuk memiliki tenggang rasa. Hal ini disampaikan dalam banyak literatur yang saya baca dan di...
https://www.helmantaofani.com/2014/10/ibadah-sosial-dan-sosial-media.html?m=0
Dalam urusan ibadah, jamaah haji dituntut untuk memiliki tenggang rasa. Hal ini disampaikan dalam banyak literatur yang saya baca dan diperkuat dengan anjuran pemerintah Arab Saudi.
Haji, terutama bagi jamaah dari luar Arab, adalah kulminasi ibadah yang diperjuangkan dengan segenap kemampuan. Maka, wajar rasanya bila jamaah menuntut kesempurnaan ibadah dan kepuasan pribadi. Apalagi ketika melihat Kabah, biasanya jamaah akan mengedepankan emosi dibanding logika.
Hal ini yang selalu ditegaskan oleh berbagai ulama agar jamaah tidak mengejar kepuasan pribadi saja. Ibadah haji, sekali lagi, adalah ibadah sosial. Di dalamnya aspek hubungan antar manusia menjadi penting.
Yang sering terjadi adalah upaya untuk merangsek mendekati Kabah. Ini acap memotong dan mendesak jamaah lain yang sedang tawaf. Tujuannya untuk mengejar kepuasan menyentuh Kabah, mencium Hajar Aswad atau mengincar tempat-tempat yang mustajab untuk berdoa seperti Multazam atau Hijr Ismail.
Situasi ini sudah diantisipasi sejak jaman Nabi dengan memberikan kemudahan isyarat dari jauh untuk Hajar Aswad. Jamaah tak perlu mendesak masuk, menyakiti sesama, dan mungkin membatalkan tawafnya.
Bila memang menginginkan menyentuh Kabah atau mencium Hajar Aswad, bersabarlah dan tidak memotong arus tawaf. Ikut memutar dan pelan-pelan masuk cukup efektif untuk makin mendekat ke Kabah.
Masalah kedua biasanya timbul di belakang Maqam Ibrahim. Usai tawaf, jamaah disunahkan salat dua rakaat di daerah tersebut. Dalam kondisi peak, mencari tempat di area itu sangat sulit.
Oleh karena itu, ulama Saudi menganjurkan jamaah untuk mempcepat salat sunahnya, dan bisa berdoa di tempat lain untuk memberikan giliran bagi orang lain yang selesai tawaf. Beberapa jamaah memang cenderung berlama-lama, beberapa membaca Quran dan beberapa lagi kadang beristirahat.
Di tempat sa'i juga sering terjadi ibadah pribadi yang mengganggu ibadah orang lain. Dianjurkan berdoa di Safa dan akhir sa'i (Marwa), jamaah sering mengambil tempat yang dekat dengan arus putar balik. Akibatnya mereka mengganggu flow sa'i. Tempat di belakangnya kadang masih kosong.
Itu untuk urusan ibadah pribadi. Mengejar kepuasan pribadi jangan sampai mengganggu atau menyinggung jamaah lain. Itulah salah satu esensi ibadah sosial yang digariskan.
Perkembangan jaman membuat pengertian ibadah sosial menjadi luas. Ada juga permasalahan ibadah sosial media. Yang ini lebih sering urusan non ibadah juga mengganggu orang lain.
Fenomena "Kabah-Selfie" menjadi topik yang diperbincangkan di media Arab. Karena ada lintasan tawaf lantai dua, maka untuk mengambil selfie dengan Kabah jamaah masuk ke lintasan tawaf. Ini tentu saja mengganggu jamaah lainnya. Ringtone yang berbunyi ketika salat juga permasalahan lain.
Di area masjid, jaringan internet sangat lemah. Ini cukup bagus untuk memaksa jamaah tidak membuka Facebook atau Twitter ketika menunggu waktu salat.
Ibadah pribadi jangan sampai merusak esensi ibadah sosial. Tapi juga jangan terlalu sibuk bersosialisasi sehingga mengganggu ibadah pribadi.
Posting Komentar