Yang Muda dan Berhaji
Dengan mayoritas jamaah haji Indonesia berusia 50 tahun ke atas, maka kontingen terbesar ini sekaligus menjadi salah satu yang paling re...
https://www.helmantaofani.com/2014/10/yang-muda-dan-berhaji.html
Dengan mayoritas jamaah haji Indonesia berusia 50 tahun ke atas, maka kontingen terbesar ini sekaligus menjadi salah satu yang paling rentan ditangani.
Rata-rata jamah haji di seluruh dunia juga sudah tua. Paling dinamis barangkali jamaah haji dari negara di mana muslim menjadi minoritas. Seperti dua orang Inggris yang saya jumpai kala santap malam di Pizza Hut.
Keduanya masih di awal 20-an tahun, berangkat dari London via biro layanan haji. Orangtua mereka keturunan India, tapi keduanya lahir dan besar di Inggris.
Muda dan keturunan imigran juga mendominasi jamaah dari Kanada. Grup mereka ringan dan kompak, bergegas, serta segar ketika berpapasan dengan rombongan kami di Mina.
Di antara rombongan saya, yang berjumlah 40 orang, adik saya yang berusia 29 tahun menjadi yang termuda. Berikutnya saya, 32 tahun. Ketika bertemu jamaah Indonesia di masjid, biasanya yang ditanyakan adalah tahun kelahiran saya. Haji identik dengan ibadah orang tua.
Dari 200.000 jamaah, tebakan saya 90% berusia di atas 50 tahun dan lebih dari sepertiganya di atas 60 tahun. Ini menjadikan kontingen Indonesia menjadi salah satu kontingen yang paling membutuhkan atensi.
Satu relawan atau petugas minimal menangani 40 jamaah. Jumlah ini sangat rawan, dengan kepentingan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, butuh bantuan dari jamaah sendiri untuk saling menjaga. Di sini peran jamaah yang masih muda cukup dibutuhkan. Mayoritas ibadah haji adalah ibadah fisik.
Setiap bertemu dengan jamaah muda saya bertanya apa yang mendasari mereka berhaji. Cukup banyak juga yang menemani keluarga (terutama orangtua). Alasan yang sama dengan saya sebenarnya. Tetapi ketika menjalani sendiri, saya berpikir bahwa kaum muda perlu mempertimbangkan berhaji juga segera.
Pertama, masa tunggu haji di Indonesia kini sudah mencapai 19 tahun untuk daerah tertentu (paling cepat 7 tahun). Di usia matang bekerja (sekitar 30 tahun), kita baru bisa berhaji pada usia 40-an tahun. Usia itu adalah transisi ke masa spiritual yang penting.
Kedua, dengan kondisi yang masih bugar, ibadah bisa menjadi lebih optimal. Plus, ada kesempatan untuk membantu jamaah lain. Kembali ke fakta 90% ibadah haji merupakan ibadah fisik dan rerata usia kontingen haji Indonesia.
Era semakin maju, kita yang muda yang menguasai alih teknologi. Saya masih ingat dua hari pertama di Makkah menjadi "petugas pengisian pulsa" provider lokal. Bantuan kecil semacam ini sangat berguna bagi jamaah lain.
Ketiga, haji adalah ibadah lifetime. Disarankan sekali seumur hidup. Dengan motivasi untuk bisa kaffah (sempurna), berhaji saat muda bisa digunakan untuk menggali sepenuhnya seluk-beluk ibadah. Kita bisa mengulanginya lagi kelak dalam jeda yang cukup agar bisa mencapai kesempurnaan pribadi. Atau seperti kasus ayah, kita bisa menjadi pembimbing bagi anak-anak kita nanti ketika berhaji bersama.
Keempat, haji seyogianya menghasilkan individu-individu yang berperilaku lebih baik. Semacam upgrade spiritual dan kedewasaan, sebagai salah satu syarat haji mabrur. Berhaji saat muda, dan insyallah mabrur, artinya kita masih mempunyai sisa usia yang lebih baik. Ini sangat dibutuhkan oleh negara (dunia, dan agama). Bakti pasca-haji kita lebih panjang.
Orang yang beragama dengan baik, pada prinsipnya, akan membawa kebaikan pada lingkungan sekitar. Apapun agamanya. Haji sebetulnya salah satu mekanisme investasi perbaikan kualitas sumberdaya manusia.
Lalu, kira-kira apa yang menunda orang mendaftar haji? Dengan kemajuan jaman, bepergian ke luar negeri bukan hal asing lagi.
Anak muda Indonesia sudah mampu bepergian ke luar negeri. Biaya haji tidak lebih mahal dibanding wisata sekali ke Amerika Serikat atau Eropa. Haji bisa menjadi gayung untuk meraih kewajiban sekaligus bonus wisata. So, what's holding you?
Paket umrah juga mulai diserbu generasi muda. Banyak juga yang berkali-kali. Di satu sisi ini bagus dari sisi meningkatnya kesadaran religius atau spiritual. Sisi lainnya, agak sayang juga hanya sebatas umrah. Padahal umrah itu sunat dan haji wajib. Prinsipnya kita mendahulukan yang wajib. Biaya haji paling tiga kali biaya umrah standar (beberapa paket umrah bahkan seharga ONH).
Alasan standar adalah belum merasa terpanggil. Mari kita bermain analogi. Apa yang Anda lakukan agar bisa dipanggil bos? Bermasalah atau berprestasi. Now this is simple. You must be either one.
Generasi muda Indonesia banyak yang sudah mampu berhaji (secara materi dan kesiapan mental).
Mampu sudah, kapan mau?
Posting Komentar