Fino Alla Finale
"Milanista. Sejak 1994." Jawaban standar kalau ditanya bab sepakbola. Tapi sejak 1996 saya lebih hardcore lagi menggemari skal...
https://www.helmantaofani.com/2015/05/fino-alla-finale.html?m=0
"Milanista. Sejak 1994."
Jawaban standar kalau ditanya bab sepakbola. Tapi sejak 1996 saya lebih hardcore lagi menggemari skala yang lebih besar, yaitu sepakbola Italia. Tim nasionalnya, tentu saja, dan yang tak kalah penting adalah liganya. Serie A.
Momen yang menimbulkan fanatisme terhadap Serie A ini dipicu oleh final Liga Champions tahun 1996. Juventus melawan Ajax, yang dimenangi Si Nyonya Besar dalam adu pinalti. Ajax adalag juara bertahan, waktu itu. Tahun sebelumnya memupus harapan Milan.
Tahun 1996 pula saya masuk SMA dan bersua dengan sekumpulan penggemar sepakbola. Periode itu diwarnai dengan hegemoni Super-Juve di bawah Marcello Lippi, dan awal menguatnya klub Premier League. Manchester United mulai menggeliat ketika Class of 90s-nya mulai berkibar.
Di SMA, rivalitasnya mengerucut ke liga. Yang suka Serie A, mendukung Juventus. Yang suka Premiership mendukung Man United. Kebetulan Milan absen dari Eropa waktu itu, tahun gelap yang mirip dengan periode sekarang.
Apa yang kita dapat saat ABG konon jadi point-of-reference. Kadang saya terkejut juga mendapati status teman-teman SMA saya di tahun 2015 yang membuat waktu seperti terlipat. Kadang masih membicarakan Juventus dan Man United. Rasanya seperti kemarin saja saya dan dua orang teman dikeluarkan dari pelajaran PPKN selama satu semester gara-gara ngomongin Alessandro Del Piero waktu itu.
Juventus ke final Liga Champions membawa ke nostalgia lama. Terakhir Bianconeri ke final, saya tidak mendukung mereka karena lawannya adalah Milan. 6 Juni nanti tentu saya akan di sisi mereka lagi, demi sepakbola Italia.
Fino alla finale. Forza Italia!
Jawaban standar kalau ditanya bab sepakbola. Tapi sejak 1996 saya lebih hardcore lagi menggemari skala yang lebih besar, yaitu sepakbola Italia. Tim nasionalnya, tentu saja, dan yang tak kalah penting adalah liganya. Serie A.
Momen yang menimbulkan fanatisme terhadap Serie A ini dipicu oleh final Liga Champions tahun 1996. Juventus melawan Ajax, yang dimenangi Si Nyonya Besar dalam adu pinalti. Ajax adalag juara bertahan, waktu itu. Tahun sebelumnya memupus harapan Milan.
Tahun 1996 pula saya masuk SMA dan bersua dengan sekumpulan penggemar sepakbola. Periode itu diwarnai dengan hegemoni Super-Juve di bawah Marcello Lippi, dan awal menguatnya klub Premier League. Manchester United mulai menggeliat ketika Class of 90s-nya mulai berkibar.
Di SMA, rivalitasnya mengerucut ke liga. Yang suka Serie A, mendukung Juventus. Yang suka Premiership mendukung Man United. Kebetulan Milan absen dari Eropa waktu itu, tahun gelap yang mirip dengan periode sekarang.
Apa yang kita dapat saat ABG konon jadi point-of-reference. Kadang saya terkejut juga mendapati status teman-teman SMA saya di tahun 2015 yang membuat waktu seperti terlipat. Kadang masih membicarakan Juventus dan Man United. Rasanya seperti kemarin saja saya dan dua orang teman dikeluarkan dari pelajaran PPKN selama satu semester gara-gara ngomongin Alessandro Del Piero waktu itu.
Juventus ke final Liga Champions membawa ke nostalgia lama. Terakhir Bianconeri ke final, saya tidak mendukung mereka karena lawannya adalah Milan. 6 Juni nanti tentu saya akan di sisi mereka lagi, demi sepakbola Italia.
Fino alla finale. Forza Italia!
1 komentar
Ayo daftarkan diri anda di www.junorbola.com dan nikmati berbagai bonus menarik Piala Dunia 2018.
Add contact kami BBM : d8c328fc Whatsapp : +62-821-6835-2486 Line: juniorbola
Posting Komentar