3x3 Bulan Puasa
Ada situasi dulu, warung makan yang buka selama siang hari berkurang atau menutup akses view -nya. Kesadaran sendiri, ngga ada yang maksa...
https://www.helmantaofani.com/2015/06/3x3-bulan-puasa.html?m=0
Ada situasi dulu, warung makan yang buka selama siang hari berkurang atau menutup akses view-nya. Kesadaran sendiri, ngga ada yang maksa. Apa alasannya?
Manajemen pegawai. Mayoritas pelayan, juru masak, dan pekerja di warung biasanya berpuasa. Mengurangi/mengubah jam kerja (atau mungkin tutup) bisa jadi strategi juga. Beberapa mengatur atas nama toleransi juga.
Toleransi. Meski saya yakin mayoritas yang berpuasa tak menuntut untuk "dijaga", tapi hal seperti ini adalah bentuk empati saja. Saya sering menemukan empati bentuk seperti ini di level orang per-orang (rasa sungkan ketika orang makan di depan orang yang berpuasa). Logis bila ini diangkat ke level yang lebih luas.
(Lagi-lagi) Hukum ekonomi. Tempat makan buka artinya ada potensi pendapatan dan permintaan. Bisakah disimpulkan sebagai makin banyak orang yang tidak berpuasa. Tentu. Saya tidak akan terburu membuat asumsi muslim berkurang. Makin banyak, kok, orang yang (mengaku) Islam tapi tidak puasa.
Berkurangnya empati. Yang ada, sekarang malah seolah dipaksakan orang yang puasa diminta berempati pada yang tidak puasa. Atas dalil apa? Bahwa perjuangan orang mencari tempat makan selama bulan puasa jauh lebih berat ketimbang menahan lapar, dahaga, yang dilakukan orang berpuasa. Motivasi berpuasa (harus iklas, dilandaskan ketaatan, dan tidak tergoda) dijadikan advantage factor yang membuat posisinya di atas kebutuhan mencari tempat makan. Sweeping tempat makan malah makin menegaskan bias atau fallacy atas logika ini.
Ada kelompok yang resah dengan menurunnya jumlah orang berpuasa. Apakah upaya ini sistematis (berkat aktivitas dakwah dari kepercayaan lain), atau ekses gaya hidup saja. Tapi percayalah, atas enigma ini segala pemaksaan atau sweeping menyambut Ramadan terjadi. Untuk itu, meski kepercayaan bukan hal utama, perlu ada upaya menutup (kesan) "growth" orang yang tidak berpuasa. Caranya? Jangan terlalu banyak mengumbar ketidakpuasaan di jam-jam puasa. Kuncinya kembali ke empati.
Empati tetap harus dijaga, terutama mengingat poin pertama. Di sisi lain, bulan puasa ini sudah jadi calendar event tahunan yang punya aura festivitasnya sendiri. Bila Anda ngotot bahwa tiap Agustus wajib marak dengan merah-putih, bulan puasa juga punya alasan menuntut hak serupa kok.
Posting Komentar