Kelumit Hateful Eight

Niscaya cuma segelintir sutradara yang sedemikian cult -nya sehingga audiensnya mempunyai mindset "bodo amat, apapun film dia, gua ...


Niscaya cuma segelintir sutradara yang sedemikian cult-nya sehingga audiensnya mempunyai mindset "bodo amat, apapun film dia, gua sikat". Stanley Kubrick mungkin. Atau bagi generasi yang besar di '90s adalah Quentin Tarantino.

Mungkin hanya Tarantino juga yang cukup percaya diri untuk memberi nomor pada fitur filmnya. Sebagaimana tampak dalam credit title opening film anyarnya, The Hateful Eight. Disitu dituliskan sebagai "8th Film by Quentin Tarantino". Ada yang bisa menyebutkan tujuh lainnya?

Django Unchained (2012), karya sebelum The Hateful Eight, pasti akan menjadi komparasi langsung. Sama-sama bersetting western, ada tokoh koboi kulit hitam dan sekilas membaca dari premis ceritanya.

Disebutkan, sebuah penginapan di tengah gunung menjadi tempat singgah pemburu bayaran (Kurt Russell) yang membawa kriminal (Jennifer Jason Leigh) seharga sepuluh ribu dollar. Dalam badai, ia terpaksa menginap di penginapan bersama dengan tujuh karakter lainnya, yang entah siapa, punya kepentingan kontra. Apakah itu mengincar uang tebusan (bounty), atau malah kroni si kriminal.

Samuel L Jackson kembali hadir sebagai Mayor Marquis, veteran perang sipil. Ia dipilih bukan untuk jadi seperti Jamie Foxx di Django. Ia dipilih dengan alasan sama Sam hadir di film Quentin lainnya. Dialog panjang dan cepat, mirip dengan sketsa stand up comedy Chris Rock, dengan nada sarkas memang paling pas muncul dari dialek Sam Jackson.

Hateful kembali ke ranah dialog-dialog panjang untuk menjelaskan atau menarasikan sesuatu. Umumnya film, narasi di dalamnya (apakah itu kisah, flashback, dan sebagainya) akan muncul dalam ilustrasi skena. Di universe Tarantino, ha itu mucul melaui tutur kata atau celoteh panjang karakternya. Konsep sama muncul di Reservoir Dogs (film pertama Quentin, rilis 1992).

The Hateful Eight memang paing banyak bersisian paralel dengan Reservoir Dogs. Tak hanya kembalinya Michael Madsen dan Tim Roth, tapi juga situasi dead-end yang terjadi di satu ruangan. Masing-masing karakter membawa alibi dan kecurigaan yang menarik dibongkar dengan praduga-praduga penontonnya. Sekilas bisa dibilang film ini adalah mashup antara Reservoir Dogs dan Gosford Park (2001) karya Robert Altman (atau genre film "pembunuhnya salah satu di antara kita" yang marak di dekade 1960an).

Umat Tarantino tentu juga mengikuti bahwa bintang lain dari film kali ini adalah pengambilan gambar dengan kamera 70 mm Panavision. Dalam versi aslinya, film ini berdurasi 3 jam yang hanya diputar di bioskop dengan proyektor dan layar sesuai.

Versi rilisan komersil, film berdurasi lebih pendek (berbeda sekitar 20 menit). Sepertinya versi terakhir yang akan masuk di bioskop Indonesia. Selain karena biaya pengadaan yang mahal (untuk pemutaran reel 70 mm), prediksi animo penonton tentu akan kompleks bila disuguh dengan 187 menit dialog panjang dan cepat. Tapi dengan durasi komersil sekalipun, ketahanan penonton tetap akan diuji, apalagi bagi penonton yang mungkin gagal mengaitkan sarkasme dengan konteksnya.

Quentin adalah Quentin. Ia dalam zona dimana dirinya adalah imam dari mahzab Tarantinesque. Pengikutnya akan menerima apapun yang ia sajikan dan berusaha berpikir dengan jalan sang imam. Untuk ini, nikmati saja dekonstruksi genre western yang dibawa ke dalam universe Tarantinoan. 

Related

western 5962154560447806387

Posting Komentar Default Comments

Hot in WeekRecentComments

Recent

Konser Green Day, Redemsi yang Mengisi Memori

Konser Green Day di Jakarta, Sabtu (15/2) lalu membuka banyak catatan bagi diri saya. Hajatan tersebut menjadi redemsi bagi saya atas ikhtiar yang tertunda setengah dekade.Sekitaran hari ini, lima tah...

Konser Pearl Jam Nite XII, Energi dari Kolektivitas Penampilan

Lama tak dihelat, Pearl Jam Nite XII meluncur di Bandung. Event bertajuk Alive at The Star ini diadakan di (sesuai namanya) The Star, yang menyatu dengan Avery Hotel Bandung pada hari Sabtu, 9 Novembe...

Narasi Reaktif untuk Album Pearl Jam, Dark Matter

Terpaut 4 tahun dari album terakhirnya, Pearl Jam kembali dengan meluncurkan Dark Matter yang dirilis tengah malam WIB tadi (19 April 2024).Album sebelumnya, Gigaton (2020) memegang rekor sebagai albu...

Suar Industri Sinema dalam Film Jatuh Cinta Seperti di Film-Film

Menonton "Jatuh Cinta Seperti di Film-Film" mengingatkan lagi memori sekitar awal 2000-an, mengenai jalur apa yang mesti diambil sinema Indonesia agar bisa bersaing dan punya unique selling point?Pada...

Kedekatan Dune dan Konteks Dunia Nyata

Sebagai penonton yang lumayan paham dengan sejarah Islam dan sedikit dunia Arab, film Dune jadi bisa dinikmati lebih dalam.Ada yang belum menonton Dune? Saat ini seri keduanya tengah mengisi gedung pe...

Comments

Anonymous:

Katanya menjadi ustadz,ini kok pendeta?

Faizal jam:

selalu renyah membaca tulisan helman ini, bahasa luwes & ringan, sehingga ga bosen membacanya. cuma masukan aja, ada tradisi dari PJ nite 1 hingga ke-12, yaitu koor bareng antara vocalist & au...

papa4d:

Thanks on your marvelous posting! I seriously enjoyed reading it, you may be a great author

Anonymous:

"It seems silly, like, 'We cannot have real roulette however we will to} have this,' " Lockwood says. "But it is certified everywhere in the the} country as a slot machine, not ...

Anonymous:

In Germany and lots of|and lots of} other countries, the earnings from lotteries and betting swimming pools are used to subsidize newbie sports. Major League Soccer the highest soccer league within th...

Ads

Popular

Arsip Blog

Ads

Translate

item