Relasi Jalan Belakang
Kala anak saya "dilabeli" autis oleh dokter dan psikolog anak, kira-kira, apa yang paling mengganggu? Ya! Bagaimana hidupnya na...
https://www.helmantaofani.com/2016/10/relasi-jalan-belakang.html?m=0
Kala anak saya "dilabeli" autis oleh dokter dan psikolog anak, kira-kira, apa yang paling mengganggu? Ya! Bagaimana hidupnya nanti, apakah ia akan menikah, punya anak, dan sebagainya seperti halnya saya?
Tunggu. Ini mestinya posting berisi review film "The Accountant", bukan "random notes". Tapi film yang ingin saya tulis memang mengetengahkan mengenai autisma, meski sebetulnya itu lebih ke attachment saja. Alkisah Christian Wolff (Ben Affleck), seorang akuntan yang juga sempat divonis autis ketika kanak-kanak. Ia toh tumbuh besar juga, meski kadang "awkward" dalam hal bersosialisasi. Tak hanya tumbuh besar, berkat militansi didikan ayahnya, ia juga mempunyai keterampilan ekstra.
Coret autisma di film ini, lalu ganti saja dengan ia alien, atau masa kecil terkena radioaktif. Mungkin juga traumatis seperti Bruce Wayne yang berulang kali gagal move on dari trauma kecilnya di berbagai film Batman. "The Accountant" juga sebetulnya sama saja. Ia adalah penerjemahan novel grafis (baca: komik yang lebih njlimet) superhero dengan gaya alurnya yang non-linier, serta kental dengan penuturan atau perspektif karakter di dalamnya. Kita mendapatkan gambaran apa yang membentuk Christian Wolff (termasuk adegan kecil ketika ia berbahasa Indonesia), dan sebetulnya mulai bisa menebak bagaiman twist yang ditawarkan.
Nyawa dari film ini, bagi sebagian, adalah adegan aksi "das-des" tanpa ba-bi-bu yang mengingatkan kita kepada film-film superagent macam Jason Bourne, Jack Reacher yang sebentar lagi rilis, atau John Wick-nya Keanu Reeves. Pendukungnya adalah kecemerlangan kinerja sang akuntan, dalam beberapa hal menggambarkan kecerdasan di atas rata-rata dalam formula visual yang bisa kita temukan di film macam "A Beautiful Mind" atau "Imitation Game". Keduanya kebetulan menokohkan karakter dengan gangguan psikologis. Di sini jembatan itu dibuat.
Saya menjadi relate dengan unsur ekstrinsik yang ditonjolkan dengan mengetengahkan latar anak-anak autistik. Film ini dibingkai dengan pesan yang bagus, awal dan akhir film, mengenai bagaimana anak-anak autistik seharusnya bertumbuh. Di situlah penilaian saya mengenai film ini menjadi subjektif, terkait pertanyaan di paragraf pembuka. Bagaimana film ini dibingkai, memberi kesan terbanyak di memori saya. Seusai penayangan, saya masih tertegun (membendung air mata) mencerna pesan dari film ini, karena related dengan anak saya yang divonis autistik juga.
Saya teringat dialog di film ini:
"Tell me, are you a good dad?"
Film "The Accountant" rupanya menemukan saya lewat jalan belakang.
Posting Komentar