Axl, Slash, dan Pasar Nostalgia
Ron "Bumblefoot" Thal adalah gitaris karismatik, berbakat, dan tidak kurang bagus dalam menyanyi. Silahkan lihat videonya untuk...
https://www.helmantaofani.com/2017/02/axl-slash-dan-pasar-nostalgia.html
Ron "Bumblefoot" Thal adalah gitaris karismatik, berbakat, dan tidak kurang bagus dalam menyanyi. Silahkan lihat videonya untuk Loudwire, di mana ia membabat lagu sulit milik Bruce Dickinson dan Rob Halford dengan gitar Hello Kitty.
Ron datang bersama dengan Axl Rose, ke Jakarta, empat tahun silam. Ia berstatus gitaris Guns N' Roses waktu itu. Dan betapa keras ia mencuri perhatian penonton, termasuk dengan menyandungkan Indonesia Raya dari gitarnya, gumaman itu tetap ada. Ia bukan Slash.
Guns N' Roses, populer ekstrim di Indonesia pada 1990-an, identik dengan Axl dan Slash. Mereka adalah dwitunggal layaknya Page-Plant. Boleh saja ada Duff menyela dan melengkapi (and we still miss Izzy). Dan formasi ini yang kembali ke Asia Tenggara (Singapura, 25 Feb dan Bangkok tiga hari kemudian) dalam rangka tur Not In This Lifetime, istilah yang diambil dari kata-kata Axl ketika dulu ditanya kapan kesempatan reuni dengan Slash.
Axl dan Slash sempat berpisah usai tur dunia kala mempromosikan Use Your Illusion, album kedua sekalian album pamit dan cerai berai alumni Sunset Strip ini. Axl membawa panji GNR, dengan janji demokrasi Tiongkok, oksimoron yang tak kunjung tiba. Sementara Slash menemukan beberapa entitas musik yang menjadi persinggahannya. Dari Scott Weiland hingga Myles Kennedy, tapi tak satupun yang merupakan Axl.
Betapa kehadiran dua orang mampu mendongkrak nilai kontrak sungguh fantastis. Bayaran Guns N Roses dengan Bumblefoot paling mahal di angka 500.000 dollar. Kini, dengan Slash dan Duff, GNR dibayar rerata 3 juta dollar. Naik enam kali lipat!
Axl dan Slash sadar betul potensi pasar nostalgia. Penggemar yang menggilai mereka dulu sekarang telah berubah menjadi mesin pencetak uang. Mempunyai kemampuan finansial yang mau membayar berkali lipat duit untuk mendapatkan kembali memori ketika mereka muda. Meski dengan Axl dan Slash yang juga melonjak berkali-kali lipat dalam urusan berat badan.
Sekali lagi, ceruk itu disadari betul bila menyimak setlist lagu yang dibawakan di sepanjang tur. Nyaris semua hits dibawa, termasuk yang sudah susah dijangkau opa Axl macam Coma, yang jujur saja, mendengarkan Axl di lagu itu seperti mendengar Mickey Mouse menyanyi. Secara teknis ia tak lagi mampu menjangkau oktaf ketiga yang dulu acap dipamerkannya dalam lagu Knock In Heaven's Door.
Musuh atau sasaran banding dari Guns N' Roses tidak lain adalah mereka sendiri dari masa lampau. Ini adalah persoalan pelik yang dihadapi semua band nan menua. Tapi dengan bekal hits yang panjang, andai Axl datang dan diam, penonton akan menyelesaikan kepingannya sendiri dengan bernyanyi Sweet Child O' Mine bersama-sama. Yang terdengar adalah koor satu stadion atau paling tidak bule mabuk di sebelah. Tidak jadi soal selama ada Axl di panggung, dan kribo bertopi tinggi. Bukan DJ Ashba atau Bumblefoot.
They're Guns N' fucking Roses.
Posting Komentar