Mendengar Saigon Bercerita
https://www.helmantaofani.com/2017/03/mendengar-saigon-bercerita.html?m=0
Ada banyak alasan orang untuk senang pelesir. Bersenang-senang tentu, tapi bagaimana mengisi kegiatan pelesirnya itu yang melahirkan genre traveling berbeda-beda.
Ada yang sedemikian dalam ingin mencari jawaban dari pertanyaan-pertanyaan besar. Tipe filosofis seperti ini biasanya suka dengan pelesir ransel, mengembara, dengan itinerari yang mengutamakan destinasi kontemplatif.
Ada yang ingin memenuhi bucketlist objek wisata. Yang penting ada di satu objek. Cekrek. Bukti TKP disimpan atau dibagikan ke media sosial. Yang penting ada statement: "I was there."
Ada yang berniat memenuhi kebutuhan hedonisnya. Traveling jauh mencari klab malam, bersenang-senang. Yang nakal mungkin menargetkan tidur dengan berbagai pasangan multinasional, multietnis. Yang mereka cari adalah skena apa yang happening.
Ada juga yang seperti saya, pelesir untuk mendengarkan cerita. Yang ekstrovert mungkin mendengar cerita dari sesama pelancong, host Air BnB, atau penduduk lokal. Yang introvert seperti saya mungkin mendengar cerita dari objek-objek yang ada di destinasi.
Saya suka pergi ke wilayah yang bercerita. Kota tua adalah pencerita ulung. Apalagi bila direstorasi optimal seperti kota-kota di Eropa. Melalui arsitektur dan tata kota mereka bercerita. Seperti yang disebut Robert Venturi kala menggugat modernisme melalui esainya "Complexity and Contradiction in Architecture".
Ke Hanoi, di Old Quarter, saya mendengarkan cerita dari promenade dan arsitektur kolonial. Ditambah peninggalan yang lebih kuno lagi seperti Van Mieu. Menyusuri tepian Hoan Kiem Lake seperti kita didongengi mengenai kejayaan Indochina. Melihat Ba Dinh Square adalah guratan epos Ho Chi Minh.
Di Saigon juga sama. Kevin Lynch menuliskan lima elemen pembentuk citra kota: tetenger, jejalur, tepian, simpangan, dan distrik. Saigon punya semuanya.
Tetenger berupa peninggalan Indochina hingga julangan pencakar langit bersaing berebut atensi dengan taman-taman kota yang dibuat.
Jejalur paling menarik hadir dalam wujud sungai Sai Gon yang membelah kota. Lebar, bersih, rapi, sehingga kapal fregat juga bisa menyusurinya.
Tepian dan persimpangan adalah catatan hidup warganya. Tentang lapisan status ekonomi dan perilaku. Lihatlah bagaimana bentuk hunian berangsur memendek ketika kita menuju luar kota. Amati bagaimana sepeda motor yang memenuhi tiap simpangan.
Perancis dan kemudian Amerika juga mengamalkan pemberian nomor distrik untuk Saigon. Distrik 1 adalah pusat kota, tempat berbagai atraksi yang menjadi titik temu berbagai motivasi pelesir di atas. Dari perkampungan backpacker, sentra belanja, hingga masjid terbesar.
Ekspektasi pelesir saya mungkin keliru. Dari yang tadinya ingin hedonis, malah lebih banyak mengapresiasi kota. Dong yang tersisa banyak dibelanjakan untuk membeli segelas ca phe sua da di hari yang panas.
Agar tetap segar dan terjaga mendengarkan kota bercerita.
- Saigon, 19 Maret 2017
Posting Komentar