Rendezvous Kota Tua
https://www.helmantaofani.com/2017/03/rendezvous-kota-tua.html
Hari pertama di Hanoi mengharuskan kami membabat enam jam berkeliling kota tua. Sejak berangkat dari rumah pukul 2 dini hari, kami baru bisa menyentuh kasur sekitar pukul 8 malam.
West Lake (Ho Tay) menjadi destinasi pertama yang dikunjungi begitu masuk Hanoi. Danau seluas 500 hektar itu memiliki atraksi Tran Quoc Pagoda, kuil Buddha tertua di Hanoi.
Destinasi berikutnya adalah Temple of Literature (disebut Van Mieu oleh orang Vietnam) yang berjarak tak terlalu jauh dari West Lake. Ini adalah universitas tertua di Vietnam, dari abad ke-11, yang didirikan sebagai pusat belajar Konghucu (Konfusianisme). Pengaruh Tiongkok memang sangat besar di Hanoi. Ini tentu tak lepas juga secara etnis mereka masih berkerabat dengan Tiongkok Selatan.
Daerah yang menaungi kedua atraksi tersebut disebut Old Quarter atau kota tua. Ada banyak pengaruh Perancis dan Eropa, berkat pendudukan Indochina dari abad ke-19 hingga 1954. Promenade atau trotoar lebar dengan pohon yang menaungi dihidupi dengan denyut ekonomi warga yang membuka toko. Langgam Eropa neoklasik dominan dijumpa sebagai fasad rumah dan toko.
Selain arsitektur, peninggalan utama dari Perancis adalah roti dan kopi. Bakery dan kafe mudah ditemui di Hanoi. Ada Starbucks, tapi jagoan lokal juga jamak. Starbucks tidak menyajikan ca phe sua, kopi susu Vietnam. Robusta yang diseduh pekat, kemudian ditambah susu kental manis.
Menyesap kopi khas Vietnam sambil memandang promenade dan bangunan kolonial adalah sebuah rendezvous. Dialog yang memelihara cerita antarmasa. Membuat jarak dengan modernisme.
Kami mengelilingi Old Quarter menumpang cyclo, atau becak Vietnam. Melihat langsung denyut nadi yang masih berdetak dengan kafe, kios, toko, dan sebagainya. Menyusur Hoan Kiem Lake, danau yang ditinggali kura-kura - satu dari empat makhluk suci Vietnam - yang makin sore makin indah dengan gemerlap lampu.
Di sini, premis bahwa Vietnam adalah Indonesia masa lampau mungkin benar adanya. Dalam arti mereka mampu membawa masa lampaunya ini ke ranah kiwari. Apa kabar kota tua kita?
Vietnam melihat cerita masa lalunya sebagai kebanggaan. Mereka tak malu atau tabu bicara mengenai perang Vietnam, palu arit, perbedaan agama, dan sebagainya. Bagi mereka, masa lalu adalah skena. Skena menjadi bahan cerita. Bahan cerita menjadi barang jualan.
Hingga temaram menutup denyut kota tua. Kembali kepada modernitas.
- Hanoi, 16 Maret 2017
Posting Komentar