Vietnam Sampai Kelak
https://www.helmantaofani.com/2017/03/vietnam-sampai-kelak.html?m=0
"Apa yang paling disuka dari tur ini?"
Hyu bertanya untuk mendapatkan masukan. Saya segera menjawab kota tua. Maksud saya adalah peninggalan lama, baik di Hanoi dan Saigon. Tapi Hyu langsung menangkap maksud kami sebagai Old Quarter Hanoi.
"Mirip sama turis Eropa," kata Hyu. "Mereka senang berjalan-jalan di sana."
Impresi saya atas trip Vietnam kali ini luar biasa. Saya mendapatkan kesan di atas ekspektasi. Boleh saya berpendapat bahwa Vietnam adalah Indonesia era Orde Baru. Tapi di sisi positifnya mereka belum terlanjur hancur oleh kesenjangan ekonomi dan politik yang memangsa banyak potensi kemajuan.
Turisme adalah indikasi mudah kemajuan bangsa. Negara yang bisa mengemas turisme atau pariwisata adalah negara yang sudah lepas dari kebutuhan dasar. Ia mengembangkan kebutuhan aktualisasi berbentuk rasa percaya diri untuk menawarkan orang dari negara lain masuk.
Pemerintah Vietnam sangat serius mempersiapkan wisatanya. Kemasan mereka menarik, mempunyai konsep, dan dibekali pergerakan SDM yang beriringan. Ekonomi kreatif tumbuh dan bergairah. Dengan visi semacam itu, kehadiran swasta benar-benar mengakselerasi perkembangan industri turisme. Lihat saja Halong.
Dukungan lain berupa infrastruktur dan promosi juga aktif dilakukan. Vietnam tengah seperti Central Highlands, Da Nang, Hoi An, kini menghiasi artikel-artikel di majalah inflight. Mereka masif bergerak untuk memberi keseimbangan ekonomi antara utara, tengah, dan selatan
Pemerintah Vietnam masih menjadikan Indonesia sebagai benchmark. Tetapi mereka optimis dalam 2-5 tahun sudah bisa mengungguli Indonesia dalam hal pamor wisata.
"Rival wisata kami adalah Siem Reap, Phuket, dan Bangkok," kata Hyu. Menurutnya, Kamboja punya Angkor Wat sama seperti Indonesia dan Borobudur. Ada sesuatu yang memang khittah-nya menarik.
Sementara Thailand adalah apa yang dilakukan Vietnam. Mempromosikan alam dan kebudayaannya, serta memberi tempat bagi hedonis. Secara umum, wisata Vietnam ada di rel paralel dengan Thailand dalam hal arah pengembangannya.
"Tapi kami lebih unggul di sejarah," kata Hyu.
Mengejar Thailand mungkin sulit, tapi dengan akselerasi keterbukaan ekonomi seperti sekarang bukan tidak mungkin Vietnam benar-benar melaju.
Kuncinya di stabilitas politik. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana narasi-narasi wisata yang mereka siapkan berantakan bila ada pergantian penguasa dan ideologinya.
Ah, Vietnam. Kelak kita berjumpa lagi sudah jadi seperti apa engkau?
- Changi, 20 Maret 2017
Posting Komentar