Who's the Good Guy?
https://www.helmantaofani.com/2017/03/whos-good-guy.html?m=0
Melanjutkan kisah Cu Chi, kami kembali ke Saigon siang harinya. Tujuannya adalah ke War Remnants Museum.
Hyu membawa kami ke replika penjara yang dibangun di sebelah gedung utama. Di sana ada bermacam-macam replika penjara yang dibangun pemerintah pada masa imperialis Perancis.
Penjara-penjara tersebut ada yang merupakan replika dari pulau Con Dao. Nusa Kambangan masa Indochina. Di replika ini banyak ditayangkan peraga alat-alat penyiksaan beserta foto ilustrasi untuk menggambarkan kekejian pemerintahan pada masa itu.
Mengikuti diorama dan display, saya teringat Monumen Lubang Buaya yang memajang kekejaman PKI. Kental aroma propaganda untuk memosisikan satu pihak sebagai penjahat perang. Sama-sama berguna juga untuk mengingatkan penguasa incumbent adalah "the good guy" sahabat rakyat.
Setelah tour of terror, termasuk melihat replika gilotin, Hyu berkata bahwa waktu berikutnya adalah jam bebas. Saya heran, karena ia tidak membawa kami ke gedung utama atau halaman museum yang dipenuhi kendaraan dan artileri peninggalan perang.
Mungkin tugasnya sudah selesai, sesuai instruksi. Yaitu menjelaskan mengenai "who's the good guy".
Di dalam gedung utama terdapat kios kopi dan suvenir. Banyak memorabilia yang tidak berhubungan dengan perang dijual di situ. Mayoritas malah replika poster film Hollywood.
Literatur mengenai perang dijual juga, walau sedikit. Saya menduga yang dipasang di situ, dan yang terbit di Vietnam, adalah buku perang yang diseleksi ketat oleh pemerintah. Mayoritas dari penerbit Gioi. Tentu saja harus selaras dengan cerita yang disepakati. Who's the good guy.
Tapi cerita adalah cerita. Pembawa kisah harus piawai merangkainya menjadi menarik. Ada pengantar, alur, dan klimaks. Dari sisi ini kita harus sepakat bahwa Vietnam adalah pencerita yang sangat baik.
Melalui pencerita langsung seperti Hyu dan Phong. Melaui poster-poster propaganda. Atau melalui re-enactment yang bisa dirasakan langsung oleh mereka yang ingin mendapatkan pengalaman empiris dan nostalgik.
Yang patut disyukuri adalah perang sudah berlalu, dan semoga membawa hal positif bagi Vietnam. Sejauh yang diamati sih, iya.
Seperti di daerah perang lainnya, kemesraan dua pihak berseteru bisa segera pulih dengan insentif ekonomi. Jerman kini mesra sudah dengan musuh-musuhnya di Perang Dunia. Jepang juga "mengasihi" eks jajahannya.
Amerika sendiri mulai hadir lagi di Vietnam. Bukan dengan tentara, tapi melalui cengkeraman kapitalisnya.
Saya melihat Apple, McDonald's, Starbucks, Levi's, Pepsi, dan sebagainya mulai muncul di Saigon. Kembali perang dengan merk-merk lokal. Medan perang paling terlihat ada di Distrik 1 Saigon. Tempat keduanya berhadap-hadapan seperti di Khe Sanh.
Tak ada yang menyembuhkan luka perang selain kepentingan ekonomi.
- Saigon, 19 Maret 2017
Posting Komentar